Dua hari setelah camping, kini Elina dan yang lainnya sudah harus kembali ke sekolah. Dan sialnya mereka harus terlambat karna menunggu Juan yang baru bangun pukul setengah 7 pagi.
"Ini semua gara gara lo Ju! Pake acara kesiangan segala" protes Andra masih tak terima harus hormat pada bendera di bawah matahari yang sedang sangat ceria pagi ini.
"Jangan salahin gue. Salahin noh mantan mantan gue yang seenaknya masuk mimpi gue mana di mimpi pada balas dendam semua lagi" keluh Juan.
"Hubungannya apa?"
Juan mendelik "Ya gara gara itu gue kebangun tengah malem dan gabisa tidur lagi karna takut liat karma gue dimimpi!" Curhatnya kesal sontak mengundang tawa meledek dari yang lain.
"Makannya tobat Ju!" Ujar Rega.
"Gue mau tobat kalo udah dapetin Elina" sahut Juan membuat Rega menatapnya tajam.
Si empu yang ditatap tajam hanya mampu mengeluarkan cengiran tak berdosanya.
Leo mendengus "sok iye lu Ju!"
"Jadi cowo tuh harus setia Ju" nasihat Galang.
"Buat apa setia kalo ujung ujungnya jadi sadboy karna gamon" timpal Juan julid.
"Wah wah wahh, nantangin tuh Lang!" Kompor Elina.
Galang hanya mendelik malas, tak mau menanggapi lagi karna tak akan ada habisnya.
Hukuman mereka berakhir setelah bel istirahat berbunyi.
"AKHIRNYAAA!" sorak Juan. Cowo itu lantas duduk begitu saja di depan tiang bendera karna merasa kakinya sudah tak kuasa menahan bobot tubuhnya lagi.
Katakan Juan lebay!
Yang lain lantas mengikuti saja. Tak perduli menjadi sorotan siswa lain yang baru saja keluar dari kelas.
"Panas bangett" keluh Elina seraya mengipasi wajahnya dengan tangan.
"Beli minum kek!"
"Gue aja" kata Zio lalu cowo itu beranjak dari duduknya berjalan menuju kantin.
"Minggir yuk! Disini panas" ajak Alvin. Yang lain lantas mengangguk setuju lalu beranjak untuk duduk ditepi koridor.
"Sini gue kipasin" tawar Alvin saat melihat Elina terus mengipasi wajahnya menggunakan telapak tangan dengan keringat yang bercucuran.
Cowok itu lantas mangipasi Elina dengan buku tulisnya yang baru saja ia ambil dari dalam tas. Elina jelas tak menolak karna ia memang sedang sangat kepanasan saat ini.
"Beban banget jadi cewek" ujar seorang siswi yang duduk tak jauh dari mereka bersama gerombolannya.
"Si paling merasa queen. Ga sadar aja orang orang disekitarnya merasa tertekan sama tingkahnya" ujar temannya menimpali.
"Kalo gue sih malu ya"
Elina menghela nafas jengah. Selalu ada saja!
Ia jelas paham pada siapa kalimat kalimat itu ditunjukkan. Tapi bukan Elina namanya jika terpancing emosi dengan mudahnya.
"Pinjem hp dong Ga!" Kata Elina pada Rega.
Tanpa banyak bertanya, Rega memberikannya saja.
"Aduhh masih cantik nihh. Jelek jelekin lagi dong!" Ujar Elina lantang seraya bercermin menggunakan ponsel Rega. Sengaja mengeraskan suaranya agar di dengar gerombolan tadi.
"Ga ngaruh El. Yang ada makin cantik" timpal Leo membantu.
"Iyalah queen nya teleios gitu" bangga Juan.
"Tenang El! Lo itu jadi queen nya teleios diakui bukan mengakui" ujar Alvin.
"Sirik tanda tak mampu" timpal Andra.
Merasa kesal mendengar itu, gerombolan tadi lantas beranjak dari tempatnya lalu melangkah pergi dari sana.
"Yahh kok pergi. Masih cantik nih! Yakin gamau jelek jelekin lagi?!" Elina berseru seraya menatap kepergian mereka yang tak digubris sama sekali.
Cih. Elina kok di senggol!
"Kenapa?" Tanya Zio yang baru saja kembali dari kantin dengan satu kantong air mineral botol di tangannya.
"Biasa" jawab Elina acuh seraya mengambil satu botol air dari kantong yang dibawa Zio.
*****
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
TELEIOS (END)
Teen FictionSUDAH END!! Bagi warga SMA Nusantara, teleios itu merupakan kumpulan manusia tampan yang sempurna. Tapi bagi Elina, teleios itu tak lebih dari kumpulan manusia manusia abnormal yang kelakuannya bikin geleng geleng kepala. Elina ini sebenarnya gadis...