Happy Reading.
Ayu sudah kembali bekerja di rumah Radit, seperti hari juga dia membawa Daffa untuk ikut dengan nya. Dan nanti Daffa akan di temani main oleh Radit jika pria itu pulang makan siang.
Seperti saat ini ke tiganya sedang makan siang bersama di rumah Radit. Setelah makan Radit menyuruh Daffa untuk menunggunya di ruang tengah.
"Saya ingin bicara sebentar." Ucap Radit.
Ayu berhenti membersihkan meja beralih menatap Radit. "Iya, ada tuan?"
"Saya akan membawa Daffa besok. Keluarga saya sudah tak bisa menunggu lagi, saya harap kamu mengerti."
Deg.
Inilah yang di takutkan Ayu, takut di pisahkan dengan putranya. Tapi dia tak bisa egois, Daffa pasti juga ingin bertemu dengan keluarga kandung nya.
"Sa- saya akan menyiapkan keperluan Daffa."
"Tidak perlu, saya bisa membelikan nya nanti." Ayu menelan ludah lalu mengangguk kaku.
"Baiklah terima kasih, kau bisa lanjutkan pekerjaan mu aku yang akan menjadi Daffa." Ayu kembali mengangguk. Bibir nya kelu untuk berbicara saat ini, dadanya sesak bagaikan terhimpit oleh dua bongkahan batu besar.
Ayu melanjutkan pekerjaan dengan Air mata yang kadang keluar, ah hari dia bekerja penuh dengan air mata.
Hingga sore harinya, Ayo di izinkan untuk pulang cepat dari biasanya. Radit menyuruhnya untuk pulang agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama Daffa sebelum di membawa Daffa pergi.
Ayu mempergunakan waktu itu dengan sebaik mungkin. Dia menghabiskan waktunya bersama Daffa lebih istimewa lagi.
Aulia sedih setelah mengetahui semuanya, dia tak mau berpisah dengan Daffa sama halnya dengan Ayu. Tapi mereka tak bisa egois, meskipun mereka yang merawat Daffa tapi keluarga kandung nya juga mempunyai hak lebih pada Daffa.
"Daffa sayang, makan malam dulu yuk. Setelah itu kita lanjut main."
"Ya Bunda!" Ayu dan Aulia tertawa. Ketiga nya berjalan menuju dapur dan duduk di tas meja makan yang sederhana.
"Makan yang banyak sayang." Ucap Ayu.
"Jangan lupa makan sayur juga." Timpal Aulia.
"Xixi iya onty, Bunda." Ucapnya. Ayu tersenyum melihat anaknya sudah makan.
"Kakak makan juga." Ujar Aulia mengelus tangan sang Kakak.
"Iya." Mereka makan dalam diam, sesekali Daffa melontarkan pujian untuk masakan Ayu.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Radit datang menjemput Daffa untuk segera pergi. Mereka mempunyai penerbangan yang pagi-pagi sekali, Daffa saja belum bangun. Jadilah Radit membawa nya yang masih tertidur.
Ayu langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai, tubuhnya begitu lemas melihat melihat putranya pergi.
"Kak, Kakak yang kuat ya. Bagaimana pun juga mereka mempunyai hak yang lebih besar dari kita." Ucap Aulia bijak. Disaat-saat seperti ini dia harus tetap berada di sisi sang kakak.
Ayu mengangguk lemah, dengan di bantu oleh Aulia dia berdiri lalu di tuntun berjalan masuk.
Di sisi lain Daffa dan Radit sudah ada di pesawat. Keluarga besarnya saat ini tengah berlibur di Bali. Dia diminta untuk membawa Daffa ke sana untuk liburan bersama.
Pesawat mereka mendarat dengan selamat, bahkan sampai saat ini Daffa masih tertidur nyenyak. Mungkin karena kemarin malam dia sedikit begadang karena keasikan bermain bersama Ayu dan Aulia.
Radit di jemput dan segera menuju vila keluarga nya. "Assalamualaikum." Salamnya memasuki vila.
"Waalaikumussalam, yaallah Radit." Radit di sambut oleh mami nya, Najwa.
"Dia..."
"Dia putra Radit mi, cucu Mami." Tampak mata Najwa berkaca-kaca menatap cucunya.
"Cucu Oma." Ucapnya mengelus pipi berisi Daffa.
"Aku antar ke kamar ya mi, biar dia tidur dengan nyaman."
"Iya, Mami sudah diapain kamar untuk kalian berdua."
Radit tersenyum tulus. "Makasih mi." Ucapnya.
Tbc.
Mawar Jk
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda Ayu [TAMAT] OPEN PO
Conto"Siapa yang tega menaruh anak nya disini" pulang dari tempat kerjanya Ayu menemukan bayi laki-laki di halte yang tengah menagis, bayi itu hanya di baluri handuk dan di taruh di dalam kardus. Merasa kasian Ayu pun membawa pulang bayi itu ke tempat ti...