Chapter 12 ⚠

476 35 1
                                    

Keesoan harinya, Kediaman keluarga Jayendra ini benar-benar terasa gelap dan mencekam. Nanda yang menginap disana juga merasakannya. Pagi ini Ibu Jayendra dan Arsa itu pulang kerumah dengan membawa berbagai makanan dari berasa manis sampai asin karena mengetahui jika Nanda menginap dirumahnya.

Nanda senang menyantap bubur ayam yang dihidangkan berbeda dengan Jayendra, apalagi Arsa. Pagi ini, Nanda yang kebetulan tidur bersama Jayendra di ruang tamu dengan beralasan kasur lantai dibangunkan dengan suara kerasnya Arsa yang marah-marah pada kakaknya.

Arsa kesal karena Jayendra yang terlalu ikut campur dengan masalahnya. Sedangkan Sang kakak juga ikut marah-marah karena ia melakukan itu juga karena peduli, Jayendra merasa tidak dihargai.

Setelah itu Ibu mereka pulang, Arsa masuk kedalam kamar mandi dan Jayendra menghampiri Ibunya dengan sapaan lembut, Nanda mendengarnya. Pemuda itu mungkin tak ingin orang tuanya tahu jika anak-anaknya tengah tidak akur.

Sampai sekarang di meja makan, Nanda masih merasakan hawa dingin diantara mereka. Meskipun kedua pemuda itu berakting baik-baik saja di depan ibunya dengan berbincang.

"Lain kali jangan kelahi gitu ya, kak. " ucap Ibunya setelah mendengar cerita bagaimana Jayendra bisa mendapatkan luka lebam di wajahnya.

Dia tak berbohong jika dirinya memang berkelahi sehingga mendapatkan luka itu, dengan alasan jika Jayendra berani memukul orang karena kesal melihat orang itu suka membully adik kelas. Ibunya percaya saja karena memang beliau pikir anaknya itu tak pernah berbohong padanya. Dan ya alasan Jayendra juga tidak begitu terdengar berbohong. Dia membela adiknya.

"Kalau kamu kenapa pucet gitu, sa? Sakit?" Tanya Ibunya itu.

Arsa yang tengah memakan bubur ayam dengan malas itu, segera menjauhkan tangan Ibunya yang mencoba meraba keningnya untuk mengecek suhu tubuhnya. Sebenarnya dia merasa tidak enak badan namun Arsa harus pergi kesekolah untuk bertemu Reyan dan mungkin setelahnya bisa menjenguk Bara. Ia harus membenarkan sesuatu sehingga rencanannya tak akan gagal.

"Badan kamu lumayan panas, istirahat dirumah aja ya? Nanti Ibu kasih tahu wali kelas kamu." Ujar Sang Ibu dengan khawatirnya namun Arsa menggeleng sebagai penolakan.

"Enggak, Arsa gak papa bu. Ada ujian harian juga hari ini. Sayang banget semalem aku udah belajar."

Jayendra melirik Nanda. Mereka tentu tahu jika Arsa berbohong. Setelah pindah ke tempat tidurnya pun Arsa tidak bangun-bangun lagi, langsung tidur pulas.

"Dianter kakakmu aja ya? Jayendra anter Arsa kesekolahnya dulu bisa?"

"Bisa."

"Gak usah." Lagi-lagi Arsa kembali menyerukan penolakannya.

"Tapi Sa, Ibu takut kamu kenapa-napa di jalan." Arsa membalas tatapan sang ibu yang dipenuhi rasa khawatir itu. Lalu mengenggam tangannya.

"Ibu aku gak papa. Cuma gak enak badan sedikit. Gak usah khawatirin aku. "

Arsa meminum air putihnya lalu pamit untuk masuk kedalam kamarnya lagi, ia meninggalkan tas sekolahnya disana. Jayendra mengikutinya sedangkan Nanda masih dimeja makan sembari mengobrol kecil dengan ibu dari Jayendra dan Arsa ini.

"Udah gue anter aja. " ucap Jayendra

"Gue bilang gak usah, ya gak usah!" Jawab Arsa dengan tegasnya dan lantang. Dia menghiarukan keberadaan kakaknya dan lebih sibuk memasukan beberapa buku kedalam tasnya, dia lupa mengerjakaan PR yang harus dikumpulkan hari ini dan baru dikerjakan tadi.

Arsa sangat marah pada Jayendra karena dia sudah merusak rencananya, bahkan jika Bara atau Reyan sudah mengetahui soal kakak dari Arsa ini ternyata masih hidup. Tentu kehidupan Jayendra juga akan diganggu dan Arsa tak ingin itu terjadi.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang