°30°

336 54 14
                                    

.
.
.
.
.

Sumire dengan sepenuh tenaga mencoba mengejar dan menghentikan penjaga yang menyeret pergi Midoriya dari kediaman timur.

"Lepaskan Nona Midoriya!" Pintanya terus menerus sejak tadi. Namun tenaganya jelas tak ada apa-apanya dibandingkan para penjaga.

"Apa kalian bahkan punya bukti?! Jika kalian seenaknya membawa calon permaisuri, kalian akan mendapat hukuman berat!"

Para prajurit tak mendengarkan ancamannya sama sekali. Mereka mendorong jatuh Sumire dan terus berjalan pergi membawa Midoriya.

"Nona!" Sumire berseru dengan putus asa. Dia menangis, tak tahu mengapa tuduhan penipuan tiba-tiba datang pada Midoriya.

Saat itu seseorang lewat di sampingnya. Sumire melihat pada Ren yang melewatinya begitu saja, menyusul rombongan prajurit yang membawa Midoriya.

Kepala pelayan itu merasa amat murka. "Kupikir Jenderal Kirishima melakukan kesalahan dengan mempercayai orang yang salah," serunya. "Tapi kini aku lebih mempercayai jika kau bukanlah orang yang dikirim untuk menggantikannya menjaga Nona. Jenderal Kirishima tak akan melakukan kesalahan sefatal ini."

Sumire ingat beberapa hari lalu dia sempat mendengar bisikan para penjaga yang berkata jika penjaga baru Midoriya nampaknya berbeda dengan Giro yang mereka tahu.

Ren berhenti berjalan, dia menoleh ke belakang. Menyeringai. "Instingmu tajam, sesuai dugaan."

"Di mana Giro?! Apa kau membunuhnya?"

"Tidak, tidak. Dia di suatu tempat. Aku yakin dia masih hidup, tapi aku mungkin akan segera membunuhnya."

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan?"

"Sebuah era baru."

Sumire terkejut. "Kau... berniat melakukan pengkhianatan pada Yang Mulia?"

Ren hanya tersenyum picik. "Waktu bicara habis." Dia berjalan pergi.

"Tunggu—!" Sumire hendak mengejar, tapi dia terhenti karena kakinya yang terkilir akibat terjatuh tadi. Kepala pelayan itu hanya bisa menatap nanar ke arah Ren pergi.

"Keadaan akan semakin gawat, Yang Mulia harus segera kembali sebelum semuanya hancur."

.
.
.
.
.

Midoriya dilempar masuk ke dalam salah satu ruangan penjara istana. Dia mendarat keras di lantai hitam dingin yang hanya beralaskan jerami tipis. Pintu selnya pun dikunci rapat.

"Diam di sini dan tunggu kunjungan seseorang." Ujar dewan pengadilan sebelum pergi meninggalkannya begitu saja.

Midoriya melihat kepergian para dewan dan prajurit dengan tak berdaya. Dia tak tahu soal siapa yang akan dia temui. Dia kini hanya penasaran satu hal. Bagaimana mereka tahu soal penipuannya?

"Midoriya-sama...?"

Midoriya menoleh mendengar seseorang memanggilnya. Suaranya berasal dari sel sebelah. Samar, dalam temaramnya cahaya dari obor dia bisa melihat terdapat seseorang di sebelah selnya. Seorang pria, tapi dia tak bisa melihat wajahnya yang ada di dalam bayang-bayang ruangan yang tak terkana cahaya obor.

"Ya? Siapa di sana...?"

Pria itu terdengar bergerak mendengar jawaban Midoriya. "Jadi benar itu Anda!" Serunya pelan sebelum dia merangkak mendekat ke sekat sel mereka berdua.

Wajah seorang pria yang tak Midoriya kenal nampak setelah memasuki bagian ruangan yang terkena cahaya obor.

Midoriya mengernyit tipis. "Maaf... aku tak mengenalmu, tapi ada apa?"

Fake Bride - BNHA Fanfict (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang