Jangan remehkan profesi ojek online! Apakah kamu pernah disuruh jadi intel, padahal tidak punya latar belakang pendidikan sekolah intelejen? Apakah kamu pernah disuruh menyelamatkan kucing kejepit paralon, padahal bukan petugas damkar? Apakah kamu pernah diminta jadi pengawal padahal cuma tukang ojek, bukan bodyguard? Atau, sekadar hal remeh seperti disuruh masang gas di rumah orang?
Arvi sudah pernah melakukan semuanya. Sampai pernah dibawa ke kantor polisi karena dikira penjahat yang menguntit, padahal dia cuma mendapat orderan untuk memata-matai pacar orang. Sampai hampir digerebek warga, dikira mau berbuat mesum karena masuk ke rumah customer, padahal diminta tolong buat masang gas.
Capek? Tentu saja. Akan tetapi, Arvi tidak punya pilihan lain. Mencari pekerjaan di zaman sekarang bagaikan mencari jarum di dalam kubur. Ya, kecuali kalau mayatnya pakai susuk. Mungkin ketemu, tuh, jarumnya. Apalagi, Arvi cuma lulusan SMA dan tidak punya keterampilan apa pun. Tahu sendiri, kan, ya. Lowongan pekerjaan sekarang itu syaratnya mulai dari yang berat sampai yang aneh pun ada. Minimal pendidikan S1, IPK minimal 4.0, fresh graduate dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun, usia maksimal 25, berpenampilan menarik, menguasai banyak hal, bisa bekerja di bawah tekanan, bisa membelah lautan. Oke, yang terakhir bercanda.
Namun, bagi Arvi, untuk hal mendasar seperti ijazah S1 saja dia tidak punya. Masih alhamdulillah bisa tamat SMA, walaupun terseok-seok masalah biaya. Jadi, daripada lanjut kuliah, Arvi memilih mencari uang saja. Tidak mau membebani kedua orang tuanya lebih daripada itu. Kalau suatu hari dapat rezeki nomplok, sih, Arvi juga mau kuliah. Ya, mengkhayal saja dulu.
Setiap hari, Arvi berangkat kerja dengan perasaan was-was. Takut mendapat orderan aneh-aneh lagi seperti sebelum-sebelumnya. Tapi kalau ditolak juga sayang. Uang tipnya biasanya besar. Sampai ada yang berani membayar sepuluh kali lipat, tergantung kesulitan dan risiko yang dihadapi Arvi. Sekarang kalau mau berangkat kerja, Arvi suka minta doa ke ibunya, seperti seorang anak yang pamit mau menghadapi ujian. Biar pekerjaannya lancar, meski harus menjalani orderan teraneh sekalipun.
Saat sebuah orderan masuk ke ponselnya, Arvi sedang asyik mangkal bersama teman-teman. Arvi yang tadinya duduk di atas motor tiba-tiba berdiri, sampai celananya tersangkut footstep dan dia hampir terjatuh. Untung saja Arvi tertahan oleh badan temannya yang ada di sebelah.
"Hati-hati, dong, Vi! Belum makan lu letoy gitu?" omel Bang Ojan.
Arvi cengangas-cengenges sambil garuk-garuk tengkuk. "Hehe, kaget, Bang. Dapet orderan dari gebetan."
"Yeee, paling juga tuh gebetan udah punya cowok," ledek Bang Ojan.
"Ya, gak masalah. Naksir, kan, bebas."
"Naksirnya bebas. Sakit hatinya juga bebas."
Arvi menghela napas dan membuang muka sebal. Bang Ojan kalau ngomong suka bener.
Tanpa mau buang-buang waktu lagi, Arvi langsung tancap gas setelah mengirim pesan,
"Sesuai aplikasi, ya, Cantik."
Arvi menuju ke sebuah toko kue. Marin, si gadis tetangga yang sudah Arvi sukai sejak SD memesan sebuah kue ulang tahun. Tidak tahu untuk siapa. Sebab, hari ulang tahun Marin sendiri masih tiga bulan lagi. Arvi yakin tidak salah ingat. Dulu waktu SD, Arvi pernah mengintip tanggal lahir Marin di buku absensi guru yang tergeletak di meja. Sampai sekarang, Arvi tidak pernah melupakannya.
Sambil menunggu orderannya siap, Arvi mengecek pesan di aplikasi, siapa tahu Marin bicara sesuatu padanya. Ternyata benar. Arvi menarik senyum saat membaca pesan dari Marin.
"Loh? Arvi?"
"Iya, Cantik," balas Arvi.
"Sempit amat dunia. Kok order gongfud aja nyangkut di elu."
"Berarti kita jodoh hehe."
"Ieewwwh! Buruan lu, atau gue cancel."
"Siap, Cantik. Ditunggu, ya. Tapi BTW, kuenya buat siapa?"
"Buat cowok gue."
Arvi mendadak muram. Ternyata benar kata Bang Ojan. Tapi, ya, sudahlah. Masa dia mau cancel cuma gara-gara patah hati. Harus profesional, dong.
Orderan sudah siap. Arvi membawa kue ulang tahun berukuran mini itu dengan hati-hati. Jangan sampai ketika tiba di tangan Marin bentuknya sudah meleyot.
Arvi tiba di kediaman Marin setelah beberapa lama. Rumah kontrakan sederhana itu terlihat sepi. Saat Arvi memanggil Marin beberapa kali pun tidak terdengar sahutan. Ketukan pintu juga tidak ada respons. Arvi kemudian mengecek pesan di aplikasi, berniat menghubungi Marin lewat sana. Namun, pesan Marin malah sudah mendahului.
"Vi, bantuin! Ini darurat! Gue lagi ngejar maling. Lo cegat di gang RT 02. Dia lari ke sana. Cepetan!"
Kedua mata Arvi membeliak. Setelah menyimpan kuenya di atas meja yang ada di teras, Arvi langsung tancap gas lagi menuju lokasi yang diinstruksikan Marin. Dengan keahliannya sebagai ojek online, Arvi melewati gang sempit dengan mulus. Tiba di mulut gang RT 02, Arvi memarkir motornya dengan posisi melintang.
Seorang pria kini tampak berlari ke arahnya. Namun, melihat motor Arvi yang menghalangi jalan, pria itu berbelok ke jalan lain. Arvi yang bergegas mengejarnya, bertemu dengan Marin yang juga sedang mengejar maling tersebut.
"Apa yang hilang, Rin? Dia ngambil barang berharga lo?" tanya Arvi.
"Celana dalam gue."
Arvi memelotot. "Hah?"
"Dia ngambil jemuran gue, Arvi! Cepat kejar dia!" Marin memukuli Arvi sambil mengentak-entakkan kakinya. Karena kelelahan, Marin melimpahkan tugasnya kepada Arvi.
"Woi, berhenti lu!" teriak Arvi sambil berlari sekencang yang dia bisa.
Pria yang dikejar Arvi terus memacu kecepatan, berbelok dari satu gang ke gang lain. Sampai akhirnya dia menabrak seorang petugas damkar yang sedang membawa sarang tawon. Sarang tawon tersebut terjatuh, dan isinya berpencar ke luar. Sialnya, rombongan tawon itu terbang ke arah Arvi. Mau tidak mau Arvi putar balik. Sekarang, bukan dia yang mengejar maling, melainkan dia yang dikejar tawon. Arvi kembali ke tempat di mana Marin berada, dan menarik tangan gadis itu agar berlari bersamanya.
"Kenapa balik lagi?" teriak Marin sambil ikut berlari.
"Tawon, Rin!"
Marin menoleh ke belakang, lalu berteriak, "Aaarrrhhhhhh!"
Arvi ingat, ada empang tempat pemancingan jika dia belok kanan di gang depan. Untuk menyelamatkan diri, Arvi membawa Marin ke sana. Mencebur bersama ke dalam empang, dan para tawon tidak berani mengejar mereka ke dalam air. Akhirnya, kawanan tawon itu terbang melewati mereka, entah tujuannya ke mana. Bodo amat, yang penting mereka selamat.
Selamat dari tawon, sih, iya. Namun, mereka tidak selamat dari tertawaan orang-orang. Bapak-bapak yang sedang memancing di pinggir empang sampai terpingkal-pingkal melihat mereka bedua berenang bersama mujair. Marin manyun sambil membersihkan lumut dari rambut pendeknya yang sudah kelimis.
"M-marin ... maaf," ujar Arvi menyesal.
"Gak usah ngomong sama gue!" bentak Marin yang kemudian keluar dari empang duluan.
Arvi merengut. Seumur-umur jadi ojek online, ini adalah pertama kalinya dia mendapat orderan dari Marin. Dan, pertama kalinya juga dia gagal menjalankan misi. Padahal, waktu mengejar selingkuhan pacar customer sebelumnya, dia berhasil. Sekarang, maling gagal dikejar, cinta tak dapat diraih. Duh, nasib.
_____________Catatan:
Menurut riset, menghindari kejaran tawon dengan cara mencebur ke air itu tidak tepat. Jangan tiru adegan ini ya, adik-adik. Hanya boleh dilakukan oleh profesional.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR [CINTA] MALING
HumorArvi senang betul. Seumur-umur jadi ojek online, baru kali ini dia mendapat orderan dari gebetannya. Dengan senang hati dia mengantarkan pesanan kue kepada sang gebetan. Namun, hal di luar nalar malah terjadi tiba-tiba. Yang benar saja! Masa Arvi di...