"Jangan tinggalkan aku..." ucap Aline, menangis dalam dekapan tubuh tinggi Leomon, "Aku tidak akan sanggup.!"
Leomon mengelus lembut rambut gadis itu, "Aku tidak akan pergi..." jawabnya.
Gadis itu sontak melepaskan pelukannya, menghentikan tangis, menatap serius pada Leomon. "Sungguh? kau tidak jadi pergi...?"
Leomonpun tertawa kecil, "Iya..." jawabnya.
Entah mau percaya atau tidak, jika memang harus pergi, seharusnya pria itu sudah tidak ada di kota itu, karena semua kendaraan travel telah berangkat sejak waktu yang ditentukan.
Alinepun senang mendengar hal itu.
"Hari ini ulan tahunmu kan? ayo kita rayakan bersama."
Aline mulai tersenyum manis, diiringi dengan tetesan air mata bahagia. Leomon yang melihat tetesan tersebut, kemudian menyeka air mata Aline dengan jemarinya secara lembut.
"Selamat ulan tahun Aline..." ucap Leomon, dengan lembut penuh kasih sayang.
Langit malam telah tiba, Terlihat Leomon sedang memasak makan malam di dapur milik Aline.
Nampak Aline yang tengah duduk di kursi makan, memasang eskpresi bahagia sembari terus memperhatikan Leomon yang tengah memasak untuknya.
"Kau sudah memperpanjang masa sewa rumahmu lagi ?" tanya Aline, menopang dagunya dengan kedua tangannya yang tertempel bersusun.
Leomon mengangguk, dan berkata, "Ung! sudah." sembari mengangkat masakan yang sudah matang.
"Sungguh? Syukurlah kalau begitu..."
Leomon kemudian membawa masakan yang usai matang, ke meja makan.
Aline yang melihat makanan yang dibawa Leomon mulai memuji keterampilan memasak Leomon, "Whoaa~ kelihatannya enak..."
Leomon hanya memandangi wajah Aline dengan dalam, dan mulai meletakan makanan ke meja makan.
Mereka berduapun duduk berhadapan, menikmati makan malam di meja, sembari bertukar senyum kebahagiaan.
Hari semakin malam, suasana semakin gelap berkabut di udara.
Cahaya lilin menjadi penerang di ruang tengah, memantulkan warna terang ke wajah Aline dan Leomon yang duduk melantai, kembali saling duduk berhadapan di antara kue ulan tahun yang membentang di atas meja bersegi.
"Maaf... aku tidak sempat menyiapkan kado untukmu." ucap Leomon, merasa bersalah.
Aline menghelah nafas santai kemudian tersenyum lebar, dan menjawab. "Hadiah terindah bagiku adalah kehadiranmu..."
Leomon tersenyum manis, "Berdoalah, di hari baik ini..."
Aline mulai memejamkan matanya secara perlahan, ia memanjatkan do'a dengan tulus, meminta pada sang kuasa agar Leomon selalu berada di sisinya. Terlihat Leomon, menyembunyikan kesedihan di dalam matanya saat terus memandangi wajah Aline dalam pantulan cahaya lilin yang menderang.
Setelah berdo'a, Alinepun merayakan ulan tahunnya bersama Leomon. Menghabiskan waktu di malam itu dengan penuh kebahagiaan.
Leomon mulai membungkukan sedikit badannya dan menopang dagunya dengan satu tangannya, sambil menyambar kue yang ada di hadapannya, sembari terus memandangi wajah Aline yang bercerita.
"Aku pikir kau sudah pergi..! jadi aku bekerja dengan buru-buru, aku hampir tidak fokus." ungkap Aline, tertawa kecil, "Kau tahu? untung saja bosku itu orang baik! bukan seperti bosku sebelumnya..."
Leomon tersenyum lepas, "Itu bagus..."
"Tapi, ngomong-ngomong! kenapa kau tidak jadi pergi ?" tanya Aline, membuat tangan Leomon terhenti menyambar kue.
Senyuman di bibir Leomon, juga perlahan memudar. Dia mulai mengangkat dagunya dari topangannya, dan duduk tegak, kemudian meletakan tangannya yang menopang dagu di atas meja.
"Itu─" jawab Leomon menghentikan ucapan.
"Sudahlah, tidak usah di jawab..." timpal Aline tersenyum legah, memotong.
Leomonpun hanya bisa terdiam, memandangi wajah Aline.
Wajah Alinepun kembali merona.
"Kenapa kau dari tadi menatapku terus..." sahutnya, merasa malu, sembari meraba area wajahnya, "Apa ada kue di wajahku ?" tanyanya.
"Tidak... hanya ada ada kecantikan." jawab Leomon, kembali mengukir senyuman dengan manis.
Aline yang mendengar jawaban Leomon spontan melebarkan matanya, dan tertawa geli.
"Ternyata kau punya bakat merayu dengan gombalanmu ya..."
Leomon mulai memalingkan matanya ke langit-langit, sehingga kelopak matanya yang sayu terangkat, "Tidak~ aku berkata jujur... itu sebabnya aku memandangmu terus."
"Hei hentikan ucapanmu itu..." terka Aline, mengambil pembungkus makanan ringan dan melemparnya ke-arah badan Leomon, diiringi dengan tawa.
Rembulan tak lagi menyelimuti malam, mentari datang menyapa menggantikan peran rembulan.
Pagi hari telah tiba. Aline membuka matanya yang masih terasa kantuk, ia bangkit dari tempat tidurnya, berjalan untuk mengambil segelas air putih.
Pandangan matanya disapa oleh sepiring nasi goreng dan susu, beserta air putih yang menindih kertas putih yang terlipat.
Garis senyuman membentuk lebar di wajahnya yang berseri. Ia tersenyum dan berjalan senang ke meja makam, mengambil kertas itu yang berisikan pesan dari Leomon.
'Selamat sarapan Aline... di habiskan ya' ^^~
'Aku meletakan hadiah ulan tahunmu di dalam hunianku... ambilah... sandi rumahku 2606'
─Tulis Leomon.Senyuman Aline langsung memudar, ia sedikit terkejut dan entah kenapa suasana hatinya seketika berubah menjadi tak menyangka. Bagaimana tidak! sandi rumah Leomon rupanya adalah tanggal dan bulan kelahirannya.
Bergegaslah ia keluar dari huniannya, dan pergi ke hunian Leomon.
Aline sekilas menempelkan kedua bibirnya karena tegang. Berdirilah ia di depan pintu hunian Leomon dengan gugup, nampak jarinya gemetar, perlahan ia memasukan tanggal lahirnya.
Tit...
Tit...
Tit...
Tit...Tlitlit~
Benar saja pintu hunian Leomon terbuka.
Spontan ia mengangkat kepalanya terkejut, sejak kapan pria itu menggunakan tanggal serta bulan kelahirnya sebagai sandi hunian sewaan milik pria tersebut.
Dengan gugup ia perlahan menarik pintu, dan masuk. Saat tiba di dalam, sontak matanya langsung berkedip melebar, ia begitu terkejut melihat sesuatu.
•༺☺︎༻•
.. .. ✤ ᕬ ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LEMONS [✔]
Short StoryLika-liku jalan kehidupan... "Aline? Kenapa kau mengakhiri hidupmu sendiri?" Inilah kisah seorang gadis yang dibangkitkan dari keputus asaan, melawan rasa traumanya. *** 【TAHAP REVISI】 Typo masih bertebaran! ☺︎ Story by-my-self! ✍️ ☺︎ Cover || Drawi...