9. Hell

706 14 5
                                    

"Lo yang saat ini memandang rendah gue gak akan bikin lo berakhir jadi orang yang di pandang tinggi."
-Fina
🍂


Mungkin dia memang manusia yang selalu berharap ada seseorang yang akan tetap menjadi temannya. Dia berusaha mengikhlaskan cinta pertamanya tapi tidak dengan sahabat satu-satunya yang saat ini terlihat menghindarinya.

Fina menahan tangan Sesil yang ingin pergi saat dia baru saja duduk di sebelahnya. "Lo kenapa Sil? Gue salah apa?"

"Salah apa?" Beo Sesil.

"Sikap lo tuh aneh tau gak apalagi pas di cafe."

"Lo kali yang aneh."

"Kenapa gue?"

"Karna lo suka kan sama Elang?"

Fina langsung terdiam membuat Sesil menghentakkan tangannya. "Kenapa? Gue bener ya?"

Fina menggeleng berusaha menjelaskannya. "Lo salah paham, we're nothing."

"We? Sejak kapan lo sama dia jadi kita?"

Fina membasahi bibirnya yang kering menatap Sesil. "Sorry. Maksud gue, gue gak ada rasa apa-apa sama Elang. Jangan jauhin gue Sil."

"Pembohong. Lo tau? Sebelum gue ngajakin lo belajar bareng, Kiran udah lebih dulu ngejelasin semuanya sama gue termasuk kejadian lo di depan bar sama Elang."

Fina mendongak terkejut bagaimana bisa Kiran mengatakan pada Sesil bukannya malam itu hanya mereka berdua?

"Jahat ya lo Fin. Gue kira lo beda sama nyokap lo tapi ternyata sama aja, pelacur."

Fina menatap Sesil datar. "Jangan sama-samain gue sama dia."

"Loh kenapa? Karna dia pelacur ya?"

"Jangan melewati batas Sesilia Mahardika."

"Aww gue takut banget. Lo ngancem gue? Seriously?"

Fina tetap menatap datar Sesil, perasaan takut yang di rasakannya tadi langsung menguap begitu saja.

"Emang bener ya kata orang kalau bergaul itu liat asal usulnya dulu, seenggaknya kalau nyokap lo pelacur lo jangan ikut-ikutan juga dong. Dasar miskin."

"Lo yang saat ini memandang rendah gue gak akan bikin lo berakhir jadi orang yang di pandang tinggi."

Sebuah bulatan kertas melayang ke arah Fina membuat mereka berdua menoleh langsung ke arah sumbernya.

"Dasar anak pelacur." Ejek Nia, teman sekelas mereka.

Tawa pun mengggelegar di kelas 12 IPA 1. Andin, ikut melempar botol akua mengenai kepala Fina.

"Pergi sana hush hush gue takut sama bau-bau pelacur."

Fina menatap mereka semua datar, beralih menatap Sesil yang saat ini melihatnya dengan senyuman meremehkan. "Thanks Sil, gue bakalan inget hari ini baik-baik."

Sorakan langsung menghujami Fina saat dia berlari pergi ke luar kelas.

***

Hari ini rekor bagi seorang Fina saat dia membolos kelas. Fina teringat akan gudang yang di katakan oleh Elang dan disinilah dia saat ini.

Pintu gudang tiba-tiba terbuka menampilkan wajah Elang yang kusut. Elang berjalan menghampiri Fina memeluknya dengan erat.

"Maaf. Maafin gue." Ucap Elang.

"Buat kesalahan lo yang mana harus gue maafin?"

"Semuanya. Gue nggak tau kalau Sesil bakal bikin lo di bully kayak gini."

"Lo mana tau, lo akan asik pacaran sama dia." Fina melepaskan paksa pelukan mereka.

Elang menatap sendu mata Fina. "Gue nggak suka sama dia, gue terpaksa. Papa Sesil bakalan cabut semua investasinya di perusahaan bokap gue."

"Dan itu yang terbaik buat lo. Lagian kita gak ada apa-apa kan?"

"Maaf kalau gue terkesan telat mengatakannya, gue cinta sama lo Fin."

"Tapi gue enggak."

"Gue denger lo ngomong apa saat terakhir kita tidur bareng. Jangan bohong."

Fina menengguk ludahnya kasar mengalihkan pandangannya dari Elang.

"Say it baby girl."

"Iya gue juga cinta sama lo trus gue harus apa hah? Bukannya pada akhir nya akan tetap berakhir kayak gini? Lo harus tunangan kan sama dia dan tentu saja lo harus ninggalin gue."

Elang menunduk tidak membalas membuat Fina mendengus kasar. "Kenapa lo harus datang ke kehidupan gue kalau pada akhirnya ninggalin gue Lang?"

"Maaf." Ucap Elang pelan.

Fina menengadah berusaha menahan air matanya. "Gue nggak butuh kata maaf lo, gue hanya butuh lo. Gue gak bisa lupain semuanya gitu aja, gue gak bisa bersikap biasa aja waktu lo ciuman sama Sesil. Gue sakit tapi gue bisa apa?"

"I'm sorry baby girl."

"Stop calling me baby girl. Jangan bikin gue lebih susah buat lupain lo."

"Jangan lupain gue. Gue bakalan cari cara buat bikin gue nggak tunangan sama dia, tolong tetap jaga perasaan lo sama gue Fina."

"Apa ada jaminan kalau lo bisa ngatasinnya? Apa nanti gak akan berakhir lebih pahit dari ini? Apa lo yakin Lang?"

"I'll try, lo cukup percaya sama gue."

"Tapi gue gak bisa percaya gitu aja, akhir nya bakalan gue yang sak---" ."

Elang langsung membungkam mulut Fina, ciuman kali ini berbeda dari ciuman mereka sebelumnya. Fina memukul dada Elang saat ia mulai merasa kehabisan nafas.

Baru sebentar Fina meraup udara, Elang kembali meraih tengkuknya mengangkat Fina ke pangkuannya. Tangan Elang yang sedari tadi di pinggangnya mulai naik ke dada. Ia melepas kaitan bra dengan mudah.

"Ahh."

Fina mendesah saat jari Elang memelintir dadanya, Elang melepaskan kancing seragam Fina begitupun dengan branya. Ia menatap sepasang payudara dengan lekat membuat pipi Fina memerah malu. Demi tuhan dia baru pertama kali memperlihatkan asetnya.

"Beautiful." Ucap Elang serak dengan tangan yang mulai menjelajahi keindahan di depan matanya.

"Ahh, geli."

Elang tak menghiraukan ucapan Fina, ia memelintir pelan kedua payudara membuat Fina makin mendesah.

"Jangan keras-keras nanti ada yang denger."

Fina menutup mulutnya kuat saat Elang sudah memainkan lidahnya disana. Ia menyusu bagaikan bayi yang kelaparan membuat Fina menjambak rambutnya kuat, tangannya bermain di satu payudara yang lain memutar pelan puting Fina yang sudah sangat mengeras.

Elang menengadah menatap wajah merah Fina yang bergairah, ia kembali menciumi Fina lembut dan melepas pagutannya.

"Hah hahhh." Fina bernafas terengah-engah setelah ciuman mereka.

"Just up to here okay? I don't want to take your virginity now."

Fina menyembunyikan wajahnya di leher Elang berusaha mengusir pemikiran yang hadir di kepalanya saat merasakan kejantanan Elang yang sudah berdiri tegak di bawah vaginanya. Sial dia ingin melakukannya sekarang tapi ia harus bisa menahan dirinya.

"I like the sexy moans from your mouth and also the two breasts that fit so well in my hands. Don't you dare give this to someone else, this only belongs to Elang danuarta."

***

Elang bener-bener buaya darat.

ME OR US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang