82. Akhir (TAMAT)

2.9K 211 42
                                    



*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***



***

"Mau kamu maafin Papa kamu atau enggak itu terserah kamu, Tara, tapi untuk sekarang Mama mohon temuin dia dulu ya? Papa kamu kritis, dia gak sadarkan diri tapi sejak kemarin dia berulang kali panggil nama kamu."

Lidya meraih kedua tangan Tara, ia menggenggamnya erat dan menatap Tara dengan tatapan memohonnya.

Tara masih bergeming, ia menunduk dan tak kunjung bersuara, hatinya terasa sakit namun ia sama sekali tak tahu mengapa hatinya terasa sesakit itu.

Satya yang berdiri tak jauh di belakang Tara pun melangkah mendekat, sebelah tangannya langsung merangkul bahu Tara lalu ia berkata, "Aku bakal temenin kamu."

Ya, Satya mengatakan itu padahal belum tentu Tara mau memenuhi keinginan ayah Dion, Lidya dan semua orang yang ada di sana.

Satya hanya percaya jika kerasnya hati Tara bisa diluluhkan dan ia tahu kini Tara sedang berada di tengah-tengah. Tara tengah bimbang dan yang ia butuhkan adalah seseorang yang bisa membimbingnya.

"Aku janji aku bakal temenin kamu," bisik Satya lagi namun Tara tetap diam membisu.

Satya lalu mengajak Tara kembali ke kamar, ia meminta Tara berganti pakaian dan bersiap untuk pergi. Satya meninggalkan Tara sekitar lima belas menit dan saat ia kembali ke kamar Tara ia melihat Tara yang sudah berganti pakaian.

Melihat itu Satya tahu jika jauh di dasar hati Tara, ia pasti ingin menemui Dion karena jika tidak, tak mungkin Tara akan berganti pakaian, kan?

"Kamu udah siap?" tanya Satya yang Tara jawab dengan anggukan pelannya.

Satya tersenyum lembut, ia menghampiri Tara lalu meraih sebelah tangan Tara dan menggenggam erat tangan Tara.

"Aku ada di sisi kamu. Apa pun yang terjadi, aku gak akan tinggalin kamu," ucap Satya sebelum akhirnya mengajak Tara keluar kamar dan mereka pun pergi ke rumah sakit bersama kedua orang tua Satya.

Perasaan Tara amat gelisah, bahkan saat akhirnya sampai di depan ruang intensif tempat Dion berada pun Tara hanya menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap sekitar terlebih saat ia datang ke sana Shiela langsung melontarkan kata-kata pedasnya.

Shiela kemarin meminta Satya untuk membawa Tara ke sana dan saat tahu Tara menolak Shiela pun menjadi sangat marah.

Kafka yang juga berada di sana pada akhirnya menyeret Shiela pergi, ia ingin memberi ruang untuk Tara berada di sana dengan lebih nyaman.

"Dokter bilang Papa kamu sempat siuman tadi dan sekarang udah melewati masa kritisnya," ujar mama Shiela yang pastinya bersikap lebih dewasa dan tak membuat drama lainnya karena ia tahu ia turut bersalah dalam buruknya hubungan Dion dan Tara.

"Dia ... kayaknya tahu kamu mau dateng," sambung mama Sheila lagi yang kemudian memanggil seorang perawat dan mengatakan jika Tara akan masuk ke ruang perawatan Dion.

Seperti yang ia katakan sebelumnya, Satya tetap menemani Tara dan ikut masuk ke ruang perawatan Dion.

Begitu masuk ke sana Tara mematung di posisinya, melihat itu Satya tahu jika ia yang harus membantu Tara sehingga ia perlahan menarik Tara untuk lebih mendekati Dion yang terbaring di atas brankar dengan beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Satya merendahkan tubuhnya, ia berbisik kepada Dion namun dengan sebelah tangan yang terus menggenggam erat tangan Tara.

"Om Dion, ini Satya ... Aku dateng sama Tara, Om," bisik Satya yang setelahnya kembali menegakkan tubuhnya lalu meraih sebelah tangan Dion dan membawa tangan Tara yang berada dalam genggamannya untuk bersentuhan dengan tangan Dion.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang