1.

253 28 0
                                    

Perkenalkan namanya Riki, Nishimura Riki. Murid sekolah menengah pertama yang terkenal atas ketampanan, kemampuan menarinya yang tajam, dan tingginya yang tiba-tiba menjulang. Riki menjalani hidupnya sebagai anak yatim piatu. Ayahnya—yang melahirkannya—meninggal setelah melahirkan karena perdarahan post melahirkan. Ia tidak memiliki dendam pada sang ayah yang mempertaruhkan hidupnya untuk melahirkan Riki. Ia bahkan menyayangi sosok dengan senyum indah itu, karena usahanya membuat Riki bisa menikmati dunia indah ini. Walaupun belum pernah bertemu dengan Ayahnya, Riki sangat menghormati sosok itu atas jasa dan kasih sayangnya yang ia ketahui kisahnya dari suster yang merawatnya di panti asuhan.

Sosok lain selain ayahnya, Riki tidak pernah bertemu dengan sosok itu. Suster juga tidak pernah menceritakan sosok itu sedikitpun karena Ayahnya juga tidak pernah bercerita tentang sosok lain itu. Ayahnya dulu—kata suster—hanya tersenyum simpul penuh kesakitan jika membahas tentang sosok yang membantunya mengandung Riki. Ayahnya tidak pernah pula menceritakan hal buruk atau baik tentang sosok itu. Maka Riki hanya mengamini keinginan Ayahnya untuk menutup sosok lain itu.

Ayahnya juga menceritakan bahwa dia pergi dari rumah karena terlibat cekcok dengan keluarganya. Sedari itu Ayahnya memilih membantu di panti asuhan dan bekerja seadanya disekitar sana. Bahkan suster bilang bahwa ijazah yang bisa disediakan ayahnya hanyalah ijazah sekolah menengah atas. Tidak ada latar pendidikan lebih tinggi yang menjadi salah satu ketentuan untuk bisa melamar pekerjaan yang gajinya lebih baik. Tapi selama ia bekerja, Ayahnya selalu menyisihkan uang dalam tabungan seakan menyiapkan Riki apabila Rikinya harus tinggal sendiri tanpa dirinya. Seakan ayahnya sudah bisa meramal masa depan.

Dan benar, uang-uang yang disisihkan ayahnya itu bahkan mampu untuk menyekolahkan Riki hingga ia masuk perguruan tinggi nanti. Ayahnya juga seakan bisa meramalkan bahwa ia akan meninggal sangat cepat hingga memilih membantu panti asuhan agar anak satu-satunya tidak kesepian saat dewasa nanti. Benar, Riki saat ini tidak pernah sendirian. Ia memiliki banyak kakak, adik, teman dan suster yang menemaninya. Semuanya baik.

Atas pengaruh besar sang ayah yang bahkan tidak pernah ia jumpai langsung. Riki menjadi sosok anak laki-laki baik yang tenang dan damai. Ia tidak suka mencari masalah. Ketenangannya terlihat berkali-kali saat menghadapi masalah tiba-tiba yang datang. Seperti saat ini, saat ada sesosok laki-laki yang duduk di depannya setelah menyetopnya saat akan menaik bus kembali ke panti asuhan. Laki-laki yang tidak ia kenali dan memohon padanya untuk mengikuti sosok itu ke café terdekat. Laki-laki itu bahkan memberikan kartu nama bahkan kartu tanda pengenal kepada Riki apabila Riki takut ia akan diculik. Ia juga membiarkan Riki untuk menelpon pihak panti asuhan kalau Riki akan telat pulang karena bertemu dengan laki-laki itu.

Kini keduanya duduk tenang berhadap-hadapan. Hanya Riki yang tenang karena dia bingung siapa laki-laki didepannya ini. Riki memperhatikan kartu nama dan kartu tanda pengenal yang kini berada di hadapannya. Membaca baik-baik nama laki-laki itu dan mengingatnya. Sedang di sisi berseberangan dengannya, laki-laki itu tampak sangat gugup. Berkali-kali ia memainkan tangannya bahkan memandang wajah Riki lekat-lekat. Seperti ada yang ingin ia utarakan.

"Apakah wajahku mirip seseorang, Tuan?" Tanya Riki terlebih dahulu setelah dua gelas minuman berada dihadapan mereka. Satu gelas dingin Americano dan satu gelas susu kocok rasa coklat.

Sosok itu tampak membenarkan tenggorokan yang sepertinya tersangkut mendengar pertanyaan Riki. Ia kebingungan menjawab pertanyaan itu.

"Atau Tuan mengenaliku? Maaf jika aku tidak mengenal Tuan atau bahkan mengingat Tuan," lanjut Riki melihat tanggapan sosok dihadapannya yang masih memilih diam.

"Kamu tidak mengenal dan mengingatku, Nak. Ahahaha, bagaimana bisa kamu mengenal dan mengingatku," ujarnya sosok itu dengan senyum getir diantara kalimatnya.

Kamu Dalam Ingatanku Yang Samar [Hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang