Bukan tidak ingin berusaha lebih jauh, hanya saja aku sadar bahwa; apa yang telah aku lakukan ternyata bukan memperjuangkan lagi tapi memaksakan.~~~~
Ara memasuki sebuah kafe yang terbilang sangat menarik didesain ala Eropa ia menengok kanan kiri mencari keberadaan seseorang sampai akhirnya tak jauh dari tempat ia berdiri ada seseorang yang sangat tak asing baginya sedang melambaikan tangan kearahnya Ara mulai berjalan mendekat kearah meja tersebut.
"Assalamualaikum gus Bidzar, ning Fara maaf saya lama"sapanya.
"Waalaikumussalam nggak kok Ra saya sama Fara juga baru saja datang" jawab Abidzar mengisyaratkan pada Fara agar pindah tempat duduk sementara.
"Yaudah kalo gitu Fara pindah meja dulu kakak sama abang biar ngobrolnya lebih enak hehe dah." Perempuan yang dikenal dengan nama Fakhira atau biasa disebut Fara yang merupakan adik dari Abidzar, ia berdiri dari duduknya dan pindah ke meja sampingnya karena takut mengganggu pembicaraan mereka.
"Ning Fara duduk sini gak papa kok gabung aja" ujar Ara membuat Fara menggeleng sembari tersenyum.
"Kakak ih panggil Fara aja jangan pake Ning" Pinta Fara padanya.
"Justru malah kakak yang gak enak nantinya."
"Gapapa kak santai aja."
"Memangnya apa yang mau kamu bicarakan sama saya Ra?" tanya Abidzar langsung sambil menatap wajah Ara sekilas.
Ara terdiam sebentar saat ditanya,
"jadi gini gus..." ucapannya terhenti saat Abidzar menyelanya membuat ia bingung."Ini bukan diarea pesantren atau kampus jadi panggil saya selain pak atau gus terserah kamu yang penting jangan dua kata tadi" ucap Abidzar
Yang ditanya malah bengong ia harus memanggil Abidzar dengan sebutan apa.
"Memang mau dipanggil apa gus oh saya tahu Abang, kakak..."ucapannya kembali terhenti saat Abidzar memotong mengatakan sesuatu yang sangat menjengkelkan bagi Ara.
"Saya bukan abang tukang bakso dan saya bukan kakak kamu" jawaban Abidzar membuat Ara memutar bola matanya jengah maunya apa sih ini gusnya.
"Jadi gus mau dipanggil apa sama saya?"
"Terserah yang penting jangan itu." Abidzar mengedihkan bahunya.
"Emmmm mas tapi ah enggak deh Aa'?"tanya Ara.
Abidzar diam-diam memperhatikan perempuan dihadapannya sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Gapapa mas saja hitung-hitung belajar jadi istri." ujarnya santai, Ara pasrah dan mengiyakan saja permintaan lelaki menyebalkan didepannya ini daripada membuang waktu hanya untuk berdebat masalah panggilan.
"Jadi intinya gini mas saya sudah ngasih tau bunda dan yang lain soal lamaran mas kemarin, ehmm bunda mintanya dipercepat gak usah nunggu selesai wisuda." jelas Ara dengan tersenyum manis.
Abidzar yang menyimak pembicaraan Ara hanya mengangguk
"Berarti kamu terima Ra?""Kalau soal itu Ara masih belum punya jawaban yang pasti kalau semisal nolak gimana nanti."
"Gimana apanya?" tanya Abidzar dengan alis terangkat.
"Ya kalau misal Ara nolak lamaran mas Bidzar lah." kesalnya.
"Memang bisa kamu nolak saya kemarin saja sepertinya kamu sudah yakin?" tanya Abidzar menaikkan satu alisnya.
Ara yang kebingungan sendiri mencari jawaban bahkan ia menjadi salah tingkah saat pria didepannya ini menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.Ia kemudian berdiri dan permisi untuk ketoilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ara
Teen FictionNamanya Azzura Anastasya Arabela panggilannya Ara gadis cantik,sholehah,pintar dan sudah Menjadi dokter diusianya yang masih muda. Ara dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan lelaki bernama Muhammad Adzam Abidzar yang juga seorang dokter dan juga...