BAB 26: Kotak dan Pitanya

63 11 0
                                    

Kalaupun muncul pertanyaan serupa, sepertinya gak akan merubah keyakinan gue kalau Dea bukanlah makhluk jahat. Seenggaknya gue meyakini itu sampai saat ini. Saat gue dan dia berjalan menuju area kosong di mana Sulay berada. Walaupun masih belum jam 8 malam, yang namanya pemakaman tentu aja sepi. Dan ... tentu aja gue gak lupa membawa alat yang bisa sedikit meramaikan suasana.

"Itu apa, Do?" tanya Dea ketika gue mengeluarkan speaker bluetooth dari saku.

"Ini speaker, Dea."

Dea diam aja melihat gue yang lagi memutar musik.

"Lagu apa ini?"

Terdengarlah sebuah lagu berbahasa Jepang. Terbayang wajah Naruto di kepala gue.

"Lagu ini pas banget buat Pak Sulay," kata gue sambil ketawa sendiri.

Sampai di area kosong, gue dan Dea baru paham kenapa ini disebut area kosong. Bukan karena gak ada yang mengubur di sini, melainkan banyak kuburan yang dibongkar. Entah apa alasannya, yang jelas karena banyak bongkaran, gue harus hati-hati melangkah. Karena kalau gak fokus, bisa-bisa gue yang kekubur masuk lubang. Tampak Sulay lagi jongkok di samping lubang kuburan itu. Dia kayak lagi merhatiin sesuatu di dalamnya. Mendengar ada suara lagu mendekat, dia segera menoleh ke arah kami.

"Ngapain lo, Do!? Kenapa pake mutar musik segala!?"

"B-biar gak sepi aja, Pak."

Dea berjalan-jalan sendiri, memperhatikan setiap lubang kosong itu.

"Eh, eh, Do! Lihat sini, deh," katanya.

Gue dan Sulay menuju arah telunjuk Dea. Di dalam sebuah lubang kuburan, terbaring seorang gadis kecil yang rambutnya lebih panjang dari tubuhnya sendiri. Badannya kurus banget dan kulitnya kemerahan dengan mata terpejam. Sulay langsung terjun ke dalam lubang itu.

"Ngapain, Pak!?"

Sulay tampak mencari-cari sesuatu di sekitar tubuh itu.

"Jagain gue dari atas, Do,"

"J-jagain? Jagain dari apa!?"

Sulay tiba-tiba bersorak ketika tangannya mengantongi sesuatu dengan cepat.

"Nemu apaan, Pak?"

Belum sempat Sulay menjawab, tangan kananya dipegangi oleh gadis itu! Ternyata dia bukan mayat!

"Pak! Awas, Pak!"

Gadis kecil itu menatap Sulay dengan mata melotot. Bola matanya jadi kelihatan gede banget karena pipinya yang kurus.

"Kembalikan!" katanya pada Sulay.

Sulay malah tersenyum, dan gak lama gadis kecil itu melepaskan cengkramannya dari tangan Sulay sambil teriak kesakitan. Muncul sedikit asap hitam dari tangan kanan Sulay. Dengan sekali lompatan, Sulay keluar dari lubang itu.

"Misi selesai, Do. Kita balik ke kantor,"

"Lho? Katanya mau nyari spirit ngamuk?"

Sulay udah jalan duluan aja. Di samping gue, Dea dari tadi diam aja sambil menatap gadis kecil itu.

"Dea? Kenapa?"

"Sulay jahat, Do. Dia jahat," katanya tanpa menatap gue.

"Hah!? Jahat gimana?"

Dea mendekati gadis kecil itu yang kembali terbaring lemah. Dia merintih kesakitan sambil memegangi tangannya. Terlepas dari penampilannya yang mirip hantu, tetap aja dia itu seorang gadis kecil. Melihatnya mau nangis, gue jadi gak tega.

"Dia ini siapa?" tanya gue.

Dea menatap gue.

"Dia yang kalian cari, Do. Dia spirit yang dicari Sulay,"

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang