III

62 14 16
                                    

Dayana menghembuskan napasnya kesal. Beberapa hari ini sosok Hari mendadak sangat menganggu hidupnya.

"Day, kenapa sih dari tadi buang napas mulu?" ucap Vanda dari arah dapur. Ia mengambil soft drink dan sebuah toples kue kering lalu duduk di sofa depan televisi.

Hari itu Vanda sengaja main ke rumah Dayana. Bosan di kos dijadikan alasan oleh perempuan itu untuk merecoki sahabatnya. Sejak ia menginjakkan kaki di sana, bisa dihitung berapa kali sendiri sahabatnya itu membuang napas.

"Si Hari itu hubungin aku lagi coba," ucap Dayana seraya duduk di sebelah Vanda.

"Hah? Ini Om Hari?" tanya Vanda seraya memutar tubuhnya menghadap Dayana. Ia mengabaikan tayangan televisi yang baru saja ia nyalakan.

Dayana mengiyakan pertanyaan sahabatnya itu lalu meluncurlah cerita beberapa hari yang lalu hingga hari ini.

"Apa dia takut kalah saing, Day?"

"Kalah saing?"

"Katamu Om Abi itu jatuhnya juniornya Om Hari, ya meskipun mereka beda satuan sih. Tapi tetep saja si Om Abi itu juniornya. Mungkin dia merasa tersentil egonya tahu cewek yang dulu deket sama dia jadi deket sama junior." Dayana mengangguk mendengar pernyataan Vanda.

"Eh, iya juga sih."

"Terus, kamu tanggepin si Om Harinya?"

"Awalnya aku jawab sekedar basa basi. Eh lama-lama ganggu sih, ya nggak aku balesin tuh. Bodo amat deh," ucap Dayana sambil meraih toples makanan yang di ambil Vanda tadi.

"Bagus, cuekin aja sih. Lagian salah dia, sahabatku ini dianggurin kemarin. Eh sekarang kayak cacing kepanasan," sahut Vanda setuju.

"Van, makan yuk. Laper nih."

"Gas lah! Makan di luar apa pesen online aja?"

"Di luar aja deh, sekalian jalan-jalan. Suntuk banget."

"Resto biasanya?" tanya Dayana. Ia menyebutkan sebuah resto langganan mereka yang berada cukup jauh dari tempat mereka. Membutuhkan sekitar satu jam perjalanan untuk tiba di sana.

"Ide bagus, Van. Aku dandan cantik dulu."

"Idiihh. Aku juga ikutan touch up, ah. Pinjem make upmu ya, beb." Dayana mengangguk lalu sibuk mempersiapkan diri.

***
Dayana dan Vanda dalam perjalanan pulang makan dan mampir sebentar di beberapa tempat. Meskipun jarak cukup jauh dan berada di luar kota tapi untuk rasa dan suasananya tidak mengecewakan.

"Beib, aku langsung balik ya, anterin ke kosan," ucap Vanda.

"Lho, nggak nginep?" jawab Dayana seraya sibuk dengan kemudinya.

"Mau meet up nih," ujar Vanda dengan wajah tersipu malu.

"Hadeh, siapa lagi sekarang?"

"Nanti aja deh aku ceritanya. Feelingku oke sama ini orang."

"Yakin? Jangan terlalu tinggi berekspetasi deh. Nanti kecewa," ingat Dayana.

"Eh, Day. Ponselmu tuh."

Dayana tak perlu repot mengambil ponselnya ia hanya menekan tombol di kemudi untuk berbicara.

"Halo."

"Halo, Mbak, posisi?"

"Oh, aku lagi jalan nih deket  asramamu nih."

"Lho, dari mana?"

"Habis makan sama main di Salatiga."

"Eh buset, niat banget cuma makan sampai Salatiga? Ngopi yuk, saya jemput habis ini."

Halo!! Tante?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang