Pindah

195 25 12
                                    

"Apa kau rasa Inojin dan Himawari bertengkar lagi?"

Sai menoleh, menanggalkan lipatan pakaian yang sebelumnya hendak ia rapikan kembali ke dalam almari. "Tidak, kenapa kau berpikir begitu?

"Kita pergi selama satu minggu, lalu sebagai hadiah penyambutan, putra semata wayang kita itu meminta izin untuk tinggal terpisah dengan kita?"

"Bukannya itu bagus? Inojin juga sudah cukup mapan untuk hidup sendiri," Sai mengikuti Ino, duduk di tepi ranjang seraya memijat pelipisnya, "Lagipula, kalau mereka bertengkar kenapa mereka malah sukarela ingin tinggal berdua saja?"

"Tapi Sayang, aku rasa ada yang aneh dalam permintaannya kali ini."

"Apa?"

"Aku pernah—" Ino terdiam, mengulang rentetan peristiwa yang terjadi saat ia memergoki Inojin dan Sumire yang terlihat berselingkuh, "Ah tidak tidak."

"Hum? Pernah apa?"

"Tidak, tidak ada," Ino membuka ikatan rambutnya dan begitu saja merebahkan dirinya di ranjang, "Yah aku rasa aku hanya terlalu khawatir."

•••

"Kenapa Kakak tiba-tiba meminta tinggal terpisah?"

Inojin, sama seperti ayahnya, menanggalkan pakaian yang hendak ia rapikan, bedanya, ia sedang mengemasnya ke dalam koper.

"Bukankah alasannya sudah jelas?" Ucapnya sembari melanjutkan kembali mengemas pakaiannya, "Kemasilah juga barang-barangmu dari sekarang."

Inojin menatap istrinya, yang sepertinya masih membutuhkan jawaban, yang menurutnya tidak perlu dia katakan lagi. Ia menyerah, dan berdiri tepat di hadapannya.

"Dengar, kau sendiri yang meminta Sumire untuk tinggal bersama, kau pikir aku cukup gila untuk membawanya kemari? Dan mengatakan apa—dia selingkuhanku yang sedang hamil pada orang tuaku?"

Ah sekarang dia mengakui gadis—wanita itu sebagai selingkuhannya juga rupanya.

"Jika kau menyetujui rencana awalku dengannya, kita tidak perlu pindah dari sini."

"Ah maaf," Hima mulai berjalan mencari keberadaan kopernya, "Aku hanya berpikir, itu tidak akan adil untuknya."

Sesaat, ia melihat kopernya itu tersimpan rapi di sudut yang sama saat ia pertama kali menginjakkan kakinya di kamar ini. Baru saja ia hendak mengambilnya, Inojin lebih dulu mengangkatnya keluar dan meletakkanya di atas ranjang lalu membuka kopernya.

"Kau tahu? Aku mungkin tidak mencintaimu, tapi aku tau pasti aku juga tidak mencintai Sumire."

"Lalu?" Apa maksudnya itu? Aku kira dia berselingkuh karena tidak mencintaiku, tapi sekarang dia juga tidak mencintai selingkuhannya?

"Aku benci pernikahan ini tapi aku tidak pernah berniat mengkhianatinya, itu sebabnya aku pernah menggugat cerai dirimu. Aku berpikir, lebih baik ku hentikan saja."

"Aku tidak tertarik mendengarkan pembelaan perselingkuhanmu Kak." Hima pertama kalinya, menatap suaminya itu dengan tatapan sinis yang sama yang selalu suaminya itu berikan padanya.

"Ini bukan pembelaan," Inojin berbalik, menggenggam kedua bahu istri remajanya itu, berpikir lebih baik ia sampaikan kecurigaannya, "Aku yakin aku tidak pernah tidur dengan Sumire."

Can We Fall In Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang