|| C H A P T E R 10 ||

44 33 17
                                    

✧✧ Happy Reading ✧✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧✧ Happy Reading ✧✧

"Jadi, lo sama bang Amar udah tahu?" Luka menatap gadis yang berada disampingnya.

Amora mengangguk pelan. Pandangan gadis itu masih lurus kedepan tanpa menatap Luka sama sekali. "Sory. Kemarin itu niatnya gue mau ngembaliin buku lo, tapi....."  Amora membuang nafasnya pelan.

"Gue paham. Gue harap, lo dan bang Amar bisa jaga rahasia ini,"  Luka kembali menatap Amora. "Makasih, lo udah peduli sama gue."

Kedua remaja itu kini tengah berada di taman belakang Rich HIgh School. Mereka duduk dikursi panjang yang tergeletak dibawah pohon mangga. Cuaca siang itu memang panas, namun hal itu tak dirasakan oleh kedua remaja itu. Hembusan angin yang lembut, dan beberapa dedaunan mangga yang melindungi kedua remaja itu dari teriknya matahari. Hingga tak terasa, mereka telah mengobrol selama 30 menit lamanya.

"Oke, mulai sekarang kita teman,"  ucap Amora dengan mengacungkan jari klingkingnya ke arah Luka.

"Teman," balas Luka yang menautkan jari klingkingnya ke jari Amora.

Sontak mereka berdua tertawa beersama. Entah kenapa Luka tidak merasa sungkan untuk menceritakan semuanya ke Amora. Luka nyaman, cowok itu rasa dia telah menemukan tempat untuknya pulang ketika letih. Dia telah menemukan obatnya. 

"Oh iya, Mor. Nanti bilangin ke bang Amar, gue datang kerumah habis maghrib ya?" 

"Kenapa?" 

"Gue ada urusan bentar," 

"Iya deh iya,"

Kini keduanya berjalan menyusuri koridor untuk masuk kedalam kelasnya. Tak peduli dengan hukuman apa yang akan guru berikan kepada mereka, tapi yang jelas kedua remaja itu seperti tidak memikirkan beban sama sekali. 

*****

Sepulang sekolah tadi, Luka langsung membeli sebuket bunga dan satu bungkus bunga tabur. Seperti Jum'at yang lalu, Luka membeli bunga di toko Ambar-ibu Amora- untuk dia hadiahkan kepada orang spesial yang pernah hadir didalam hidupnya.

Luka memasuki pekarangan luas dengan banyaknya gundukan tanah yang berselimut rumput hijau. Beberapa gundukan tanah yang dihiasi bunga-bunga indah dan batu nisan bertuliskan nama. Makam. Tempat yang tak pernah Luka bosan untuk mengunjunginya. Tempat dimana dia akan melepas rindunya kepada Lucas.

"Mas Luka!" panggil lelaki tua yang berlari kearahnya.

"Pak Joko?" Luka menatap lelaki itu dan tersenyum manis kearah lelaki itu.

Pak Joko adalah salah satu pengurus kebersihan makam. Tiap hari pak Joko bekerja membersihkan semua pemakaman. Menyapu, mencabut rumput liar yang tumbuh diatas setiap gundukan tanah. Itu semua pak Joko lakukan demi menghidupi keluarganya dirumah.

Luka dan pak Joko sudah saling mengenal lama. Setiap Jum'at Luka selalu mengunjungi makam saudaranya dan membawakan bunga untuk Lucas. Bahkan kebiasaan Luka sudah tercetak jelas dipikiran pak Joko. Terkadang pak Joko yang menemani Luka ketika pemuda itu sedang terduduk melamun disamping gundukan tanah dan batu nisan yang bertuliskan Lucas Abian Sanjaya bin Abian.

[𝐖𝐎𝐔𝐧𝐝 𝐎𝐖𝐍𝐄𝐑] ; 𝐋𝐔𝐊𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang