04 - Wacana Tahun Baru

40 10 0
                                    

“Kak, Yuri pusing, ikut senderan ke pundak kakak ya?”

“Bisa-bisanya kamu pusing padahal barusan keliatan seneng banget.”

“Ya gimana ya kak, diri ini suka hilang kendali.”

“Iya udah terserah.”

Hening beberapa saat. Keduanya sedang duduk di kursi kayu yang terletak di teras belakang kediaman Yena.

“Yena?” Yena mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Sang ayah memanggilnya. “Ayah pamit pulang ya, bilangin Mama.”

Yena mengangguk mengiyakan sambil bangkit dari duduknya tanpa menyadari Yuri yang masih bersandar di pundaknya membuatnya terantuk kaget. “Kok bentar, Yah?”

“Ayah emang bilangnya cuman mau dateng sebentar ke Mama kamu. Udah ya,” pamit sang ayah lalu meninggalkan putrinya dengan sang sepupu.

“Kakak sama Mama tuh kuat banget tau gak?”

Yena menoleh mendapati Yuri yang mengeratkan pelukan pada lengannya.

“Kakak tinggal di rumah Yuri aja, isi kamarnya bang Uyon. Orangnya udah lupa punya keluarga kayanya.”

Yena terkekeh, “Nanti kalau tiba-tiba bang Uyon pulang gimana?”

“Pindah ke kamar Yuri.”

“Jangan ah, nanti kita malah ngelesbi”

Keduanya terkekeh lalu kembali hening. Hingga sebuah pesan masuk ke ponsel Yuri dan mengharuskan gadis itu untuk pulang.

Saat akan melewati pintu, gadis itu berpapasan dengan penghuni lain kediaman Yena yang menanyakan kemana dia akan pergi. Setelah menjelaskan singkat, dirinya berhasil keluar.

Yena hanya menyaksikan adegan tersebut sebelum sosok itu menatapnya. “Kamu mau bilang kalau ayah kamu udah pulang kan?”

Yena mengangguk lalu menghampiri Mamanya, memeluk wanita yang sudah melahirkannya. “Maafin Yena ya, Ma”

Mamanya tersenyum tipis lalu balas memeluk Yena, “Kamu minta maaf terus tiap ayah kamu dateng,” komentar sang Mama. “Mama yang harusnya minta maaf karena udah bikin kamu harus ngerasain hal kaya gini. Kamu jangan minta maaf. Gak ada yang bisa disalahin juga, jadi tolong jangan ikut terbebani ya, sayang. Biar masalah ini jadi urusan Mama sama Ayah aja.”

-o0o-

“Yen, lo gak lupa janji sama gue pas tahun baru kan?”

Yena menoleh, “Lah? Kapan lo bikin janji sama gue?”

“Gak pernah,” sahut Yeonjun. “Tapi gue tau lo kosong dan bakal auto ‘kuy’, jadi gue anggap lo mau ikut.”

“Dih, sok tau ya lo!” balas Yena menoyor kepala Yeonjun, pelan. “Gue udah punya janji.”

“Halah dusta!”

“Heh! Atas dasar apa lo nuduh gue pendusta?”

“Lo tuh kalau udah punya rencana, pasti udah cerita berminggu-minggu sebelumnya,” jelas Yeonjun. “Tapi ini lo gak cerita sama sekali, pasti lo bohong kan?”

Yena menghampiri Yeonjun lalu memeluk leher lelaki itu, “Duh sayaang, lo kenal banget sama gue ternyata, muah.”

“Iyalah,” bangga Yeonjun.

“Tapi gue beneran udah ada janji pas malam tahun baru.”

“Beneran? Sama Ayah-Mama?”

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang