Aden?

25 9 0
                                    

Hai prennn
Apa kabar? Aku harap baikk

Up sepagi ini gak masalahkan?

Jangan lupa vote komen dan follow akun yola fyolaaaa

Dilarang plagiat, karena cerita ini murni tanpa adanya campur tangan pihak manapun. Sekali lagi dilarang plagiatt.

Happy Reading all

''Minggir!'' sarkas lelaki itu sengit menyingkirkan tubuh Awan yang menghadang kami.

"Apa?! Turunin Yola!" Perintah Awan penuh amarah.

Pedra menatap nyalang terhadap Awan, "apa urusan lo?"

"Bukan urusan lo!" Keadaan seketika runyam, Awan mengibarkan bendera peperangan. Tatapan sengit terlihat dari keduanya.

"Berhak lo nyuruh gue?!" Lelaki ini tampak tertawa hambar.

Kekehan kembali terdengar dari mulut Awan.
"Dasar gak punya muka Lo! Gak pantes lo masuk ke sekolah kami pakai pakaian sekolah busuk lo itu!"

Aku menggeleng menyalahkan ucapan Awan,
"lo sakit, lo kenapa sih Wan?"

Lelaki itu malah menyeringai mengerikan. ''Pantas, sikap lo kek gitu! Liat sekeliling lo!'' ujarnya lantang membuat kami mengikuti ucapannya.

Dan benar, sial mengapa kami tidak menyadari bahwa ratusan pasang mata menyaksikan kami bertiga disini.

''Ternyata bener, Yola cewe gak bener,'' ujar salah satu siswi yang bisa kudengar jelas.

''Bener kata si Vella, kalo sifat dia kek gitu,'' sahut siswi yang lain.

''Lah, emang lo pada gak tau. Si Vella bilang dia itu lo*te'' ujar salah satu siswa bermulut rombeng.

Satu diantara yang kuduga sebagai ketua mereka maju satu langkah. "Di gendong laki-laki yang bahkan bukan anak Kesuma Bangsa, lo kira kita semua gak liat kebusukan lo didalam UKS tadi Hah?!" Perempuan itu nampak tersenyum puas.

Ucapan demi ucapan, bisikan demi bisikan kudengar tangan ini sudah seperti tidak bisa dikendalikan. Oh, ayolah aku sedang tidak ingin menciptakan keributan, namun tiba-tiba tanganku digenggam oleh lelaki dengan nama depan Areksa itu.

''Dengar! Dia adek gue!? Siapa pun yang ganggu dia urusan sama GUE!'' tekannya pada semua orang disana dan langsung pergi meninggalkan tempat itu pada detik yang sama.

''Kenapa kita lari sih?'' kesal ku terhadapnya, bukannya bisa berjalan seperti biasa ini malah berjalan dengan buru-buru.

''Cepet pake,'' ia memberikan sebuah helm padaku. sedangkan dirinya memutarkan kendaraan kebanggaan lelaki itu.

Motor dengan dominan warna hitam ini, membelah jalanan yang cukup ramai dengan kecepatan yang sedang aku bisa melihat banyak orang lalu lalang berjalan kaki ditrotoar.

Sampai pada akhirnya motor ini berhenti disalah satu tempat yang memiliki danau yang cukup luas dan cantik menurutku, setelah membuka helm aku turun begitu saja dan lari meninggalkan Perda yang tengah membenarkan rambut dengan PD nya.

Aku duduk disalah satu bangku yang tersedia disana. Aku diam tak bersuara bahkan tak memperdulikan kemana lelaki itu pergi, namun setengah jam sudah berlalu lelaki itu tak juga kunjung menghampiri. Jangan-jangan lelaki itu meninggalkan ku?

Aku berlari ketempat dimana motornya diparkirkan dan terlihat masih terpampang rapih disana, namun dimana pemiliknya?

Aku mendengar sayup-sayup tawanya dari balik pohon diselingi suara anak kecil yang ikut tertawa, aku mencari keberadaan mereka kesebalik pohon dan terlihat senyum tanpa beban terlihat dari wajah lelaki yang selalu ku kagumi itu.

empatheiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang