ujian dan keputusan

7 1 0
                                    

Memasuki minggu ujian, anak teleios mulai jarang berkumpul karna mereka harus fokus belajar. Tapi sesekali mereka akan berkumpul untuk belajar bersama meski hubungan Rega dan Elina masih belum ada peningkatan.

Rega menopang tangannya pada pembatas balkon kamar. Matanya menatap lurus pada langit malam. Ia termenung memikirkan nasib hubungannya dengan Elina yang semakin jauh. Rega bingung.

Rega menoleh saat mendengar pintu balkon dari rumah disebelahnya terdengar di buka. Dapat Rega lihat Elina dengan piyama biru toskanya keluar dari dalam kamarnya. Tatapan mereka bertemu saat Elina tak sengaja menoleh. Entah tatapan seperti apa yang saling mereka pancarkan. Yang jelas, mereka seperti sama sama enggan mengalihkan pandang.

"Rega" suara berat sang ayah membuat keduanya tersentak dan mengalihkan pandang. Elina terlihat kembali masuk ke dalam kamarnya mengurungkan niat untuk menikmati udara malam ini di balkon.

"Kenapa pa?"

"Papa liat akhir akhir ini kamu banyak ngelamun. Kalo itu karna ucapan papa soal kuliah beberapa waktu lalu, jangan terlalu kamu pikirin. Papa gak maksa kok. Semuanya kembali ke kamu" pria paruh baya itu menjeda ucapannya.

Beberapa waktu lalu, papa Rega memang menawarkan Rega untuk berkuliah di salah satu universitas di Istanbul sekaligus belajar untuk menjadi penerus perusahaan disana.

"Barangkali kamu memang berat meninggalkan Indonesia, papa ngerti" lanjutnya penuh pengertian.

Rega terdiam sejenak mendengar ucapan ayahnya itu. Ia sudah memikirkan ini matang matang dan sudah menemukan jawabannya.

"Rega ambil pa" ujar cowok itu yakin.

"Kamu yakin?" Tanya sang ayah memastikan yang dibalas anggukan mantap oleh Rega.

"Yaudah, biar papa urus berkas berkasnya ya" ujarnya lagi sebelum berlalu pergi.

Rega menghela nafas pelan. Semoga ini yang terbaik.

*****

"Akhirnyaaaa penderitaan gue berakhir!" Seru Juan saat berhasil mendudukkan diri di meja kantin bersama yang lain.

Hari ini memang ujian terakhir mereka.

"Gak kerasa ya" sahut Alvin.

"He'em, rasanya baru kemaren kita masuk sd bareng bareng"

"Setelah ini, kita pasti sibuk kegiatan masing masing dan jarang kumpul. Tapi awas ya kalo lagi liburan kalian tetep susah di ajak kumpul!" Ancam Leo.

"Pokoknya sesibuk apapun kita tetep harus luangin waktu buat kumpul!" Ujar Andra setuju.

Rega terdiam. Di antara mereka semua, hanya dirinya yang akan kuliah ke luar negri pasti dirinya yang akan paling sulit di temui.

*****

"Gue mau ngomong" ujar Rega tiba tiba saat mereka, minus Elina berkumpul di rumah cowok itu. Rega yang meminta.

"Ngomong apa sampe Elina gak di ajak?" Tanya Leo.

Rega menghela nafas pelan "gue mau lanjut ke luar negri" ujar Rega sontak merebut atensi mereka semua.

"Mabok lo?"

"Gue serius"

"Kenapa tiba tiba?" Tanya Alvin.

"Dan kenapa Elina gak lo kasih tau juga?" Serobot Leo saat Rega baru hendak menjawab.

"Terus hubungan lo sama Elina gimana? Kalian ga putus kan?"

Mendapat pertanyaan beruntun dari teman temannya membuat Rega hanya bisa menghela nafas pelan. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas sejak mereka berkumpul disini.

"Gue gak mau kasih tau Elina karna itu bakal bikin gue berat buat pergi. Lagipula gue rasa hubungan gue sama Elina emang lagi butuh ruang. Kita butuh jarak dulu buat saling intropeksi diri masing masing" jelas Rega.

"Jadi gue mohon sama kalian, jangan kasih tau Elina sebelum gue berangkat" lanjutnya.

"Tapi Elina pasti bakal kecewa banget sama lo kalo sampe lo bener bener gak pamit"

"Dia emang udah kecewa banget sama gue" ujar Rega tersenyum miris.

"Ini cuma salah paham kan? Lo gak mungkin beneran selingkuh"

"Ya engga mungkin lah! Kalian tau sendiri sesayang apa gue sama Elina"

"Kapan lo berangkat?" Tanya Galang.

"Setelah pengumuman kelulusan"

"Lusa dong?" Rega mengangguk sebagai jawaban.

"Lo gak mau ikut prom dulu?"

Rega menggeleng "banyak yang harus gue urus disana" cowok itu menjeda kalimatnya sejenak.

"Gue titip Elina ya" katanya sedikit lirih berusaha menahan sesak atas apa yang sedang terjadi. Membayangkan jika ia akan menjalani kehidupan tanpa Elina selama beberapa tahun kedepan membuat dadanya kian terhimpit.

Yang lain hanya bisa menghela nafas pelan. Mau melarang pun mereka tak punya hak. Yang bisa mereka lakukan hanya mendukung apapun keputusan Rega. Lagipun cowok itu pasti sudah memikirkannya matang matang.

*****

Tbc

7 part menuju end
Aku bakalan up sesering yg aku bisa

TELEIOS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang