Sorak bahagia memenuhi lapangan SMA Nusantara setelah kepala sekolah mengumumkan bahwa mereka semua lulus tanpa terkecuali.
Setelah para guru dan staf membubarkan diri dari apel pagi ini, semua anak kelas 12 yang telah dinyatakan lulus lantas bergegas merayakannya dengan melalukan corat coret baju seragam di lapangan. Jelas sudah meminta izin dan diperbolehkan.
Canda tawa mengisi keseruan yang tengah terjadi di lapangan.
Elina. Seragam cewe itu juga sudah mulai terisi banyak tanda tangan dan tulisan random teman temannya.
"El, boleh gue nulis sesuatu di baju lo?" Tanya Rega dengan ragu.
Elina terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk membolehkan membuat Rega tersenyum lantas berdiri di belakang cewe itu hendak menulis sesuatu di belakang sana.
"Udah" ujar Rega setelah beberapa saat berkutat dengan tulisannya di seragam belakang Elina menggunakan sepidolnya.
Elina hanya mengangguk sebagai respon lalu melangkah menjauh.
"Lo gak mau nulis sesuatu juga di baju gue? Buat kenangan El" tahan Rega.
Elina berbalik lantas menganggkat tangannya yang tengah memegang sepidol untuk membubuhkan tanda tangan di seragam cowo itu tanpa banyak kata.
"Sebelah sini El" ujar Rega menunjuk seragam bagian dadanya yang sengaja ia kosongkan untuk Elina.
Dasar bucin!
Hanya tanda tangan lalu Elina pergi setelahnya membuat Rega tersenyum tipis merasa sedih.
*****
Rega berdiri memandang dinding kaca di depannya yang menampakkan pemandangan di luar. Saat ini dirinya sudah berada di ruang tunggu bandara bersama orang tuanya.
Tidak ada teman temannya karna Rega yang melarang mereka untuk ikut mengantar. Takut Elina curiga. Lagipula saat ini mereka tengah merayakan kelulusan mereka bersama seluruh teman satu angkatan yang lain di salah satu cafe. Rega tak ikut karna tadi saat teman temannya berangkat bersama dari sekolah menuju cafe, Rega sudah harus segera berangkat menuju bandara.
Teman temannya sempat marah dan memaksa untuk mengantar tapi Rega dengan keukeuh tetap tak mau di antar. Malas jika harus ada drama sebelum ia masuk pesawat katanya. Padahal nyatanya ia hanya takut semakin berat untuk pergi.
"Anak anak beneran gak akan nyusulin kamu ke sini Ga?" Tanya sang ibu membuat lamunan Rega buyar.
"Engga ma, Rega yang larang. Ribet kalau ada mereka nanti pasti ada drama dulu" alibi cowo itu berusaha sebiasa mungkin agar mama nya tak tau bahwa ia dan Elina sedang tidak baik baik saja.
"Tapi mereka tau kan kamu berangkat sekarang?" Tanya wanita paruh baya itu lagi. Bukannya apa apa. Rasanya aneh jika teman teman anaknya sekaligus tetangga mereka itu benar benar tak mengantar Rega ke sini jika mengingat selengket apa mereka.
"Tau kok"
*****
Elina merebahkan tubuhnya di kasur. Sudah pukul 6 sore dan ia baru saja pulang setelah menghabiskan waktu untuk merayakan kelulusan bersama teman temannya.
Setelah merasa lelahnya sedikit berkurang, cewe itu lantas beranjak duduk, melepas seragamnya lalu matanya menelusur, melihat coretan apa saja yang teman temannya buat. Tapi matanya tak sengaja tertuju pada satu kalimat di seragam bagian belakangnya.
Aku pamit ya. Jaga diri kamu baik baik. Ily♡
Tubuhnya sontak mematung. Ia jelas hafal tulisan tangan ini milik siapa. Tapi, mengapa cowo itu menuliskan seperti kalimat ini? Apa maksudnya? Dadanya tiba tiba sesak memikirkan kemungkinan yang terjadi apalagi tadi cowo itu tak ikut merayakan kelulusan mereka di cafe. Ada apa dengan cowo itu?
Tak mau menduga duga, Elina lantas bergegas membersihkan dirinya lalu pergi ke rumah yang tepat berada di sebelah rumahnya. Rumah Rega.
Tok tok tok..
Elina mengetuk pintu rumah itu dengan tak sabaran. Hatinya tak tenang. Ia harus memastikan sesuatu segera.
"Neng Elina cari siapa?" Tanya satpam rumah tersebut.
"Rega ada pak?"
Satpam tersebut tampak bingung mendengar pertanyaan Elina.
"Loh? Den Rega kan udah berangkat ke luar negri buat lanjut kuliahnya. Emang neng Elina gak tau?"
Elina sontak mematung mendengar itu. Matanya memanas.
Mengapa? Mengapa Rega bahkan tak memberi tahunya? Begitu tak penting kah dirinya bagi Rega?
"Kapan pak?" Tanya cewe itu berusah sekuat mungkin menahan tangisnya.
"Tadi siang non. Setelah pulang dari sekolah langsung berangkat"
Elina kembali terdiam. Itu artinya pesawatnya pasti sudah take of berapa jam yang lalu.
"Kalo mama sama papa ada?" Ujar Elina menanyakan keberadaan orang tua Rega yang sudah akrab ia panggil dengan sebutan mama papa seperti Rega.
"Nyonya sama Tuan katanya langsung ke Yogyakarta setelah ngater den Rega ke bandara. Ada urusan bisnis"
Elina mengangguk sekilas "yaudah kalo gitu pak, makasih ya"
"Neng Elina gak papa?" Tanya pria paruh baya itu melihat Elina yang sepertinya tak baik baik saja.
Elina tersenyum tipis lantas mengangguk sebagai jawaban sebelum melangkah pergi untuk kembali ke rumahnya.
*****
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
TELEIOS (END)
Teen FictionSUDAH END!! Bagi warga SMA Nusantara, teleios itu merupakan kumpulan manusia tampan yang sempurna. Tapi bagi Elina, teleios itu tak lebih dari kumpulan manusia manusia abnormal yang kelakuannya bikin geleng geleng kepala. Elina ini sebenarnya gadis...