195 24 1
                                    

Rencananya, Lan Xichen dan Jiang Cheng akan bertemu di salah satu kafe di kota, dengan kondisi udara yang lumayan baik, ini nampak seperti hari yang sempurna.

Tidak melupakan bunga peony ungu yang telah ia pesan itu, membungkusnya dengan apik dan cantik, berharap bunga palsu akan di terima oleh sang gebetan.

Bahkan dandanannya kali ini cukup memakan waktu lama, berdiri di depan cermin untuk menyesuaikan dasi dan jasnya.

Siapa lagi kalau bukan, Lan Xichen?

.....

Jiang Cheng menunggu dengan secangkir kopi, memang sengaja ia datang lebih awal, pasalnya, kafe yang mereka datangi itu kafe yang biasanya ia kunjungi.

Salah satu favoritnya, disini kopinya enak.

Sembari mencari beberapa bahan pada ponselnya, ia duduk manis di pojok ruangan.

Ah, Jiang Cheng sudah mulai berkuliah sejak seminggu lalu, dan ini sudah memasuki masa-masa pembelajaran.

Karena sebelumnya itu masa orientasi, makanya waktu bertemu mereka harus mundur dan baru bisa bertemu sekarang.

Tapi disini Jiang Cheng tidak sendirian, ia bersama temannya, teman satu kelas pada mata kuliah seni sastra bahasa, Nie Huaisang.

Jurusan mereka memang berbeda, namun untuk kelas itu, mereka berdua sama-sama mengambilnya.

.....

"Jiang Cheng! Dimana Wei Wuxian?" Nie Huaisang bertanya, ia menenggak jus sirsak miliknya.

"Di rumah, dia sakit," jawabnya, matanya tidak lepas dari ponsel.

"Anak itu bisa sakit?" Nie Huaisang nampak terkejut.

"Sebenarnya dia sendiri yang memulai, siapa suruh berlari mengejar kelinci saat hujan? Kan bodoh,"

Ya, Wei Wuxian sedang terbaring di kasurnya dengan perasaan tidak nyaman.

Tenggorokannya kering sekali, batuk yang di hasilkan pun jadi terasa sangat menyiksa.

Meskipun sudah minum berkali-kali, serta obat yang di dapat dari resep dokter, namun nyatanya ia belum kunjung sembuh.

Sudah tiga hari sejak ia mulai merasa panas dan batuk-batuk.

"Aiyaa, sebaiknya aku menengoknya, kau tinggal sendiri disini tidak apa? Untuk tugas nanti aku kirimkan lewat email," Nie Huaisang tersenyum, ia seakan berdiskusi untuk keinginan pribadinya.

"Pergi saja, suruh dia makan jika dia belum," Jiang Cheng mengangguk, lebih baik mengiyakan daripada berdebat.

"Kau baik sekali! Aku pergi! Selamat menikmati harimu!" Dan seketika anak itu sudah pergi dengan cepat.

Jiang Cheng menghela nafasnya, Nie Huaisang itu ternyata satu kelas dengan Wei Wuxian saat di sekolah dasar dulu.

Mereka berpisah akibat kelulusan, yang menyebabkan Wei Wuxian pergi ke Jepang dan Nie Huaisang tetap disini.

Pertemanan anak itu luas sekali jika di pikir-pikir, ya.

.....

Nie Huaisang menekan tombol bel pada apartment yang di tempati oleh Jiang Cheng serta Wei Wuxian, menunggu dengan sabar penghuni di dalamnya untuk membukakan pintu.

Dengan sekeranjang Buah Biwa serta beberapa pernak-pernik lainnya.

Nie Huaisang ingin bertemu Wei Wuxian, dan ini merupakan pertemuan pertama mereka selama bertahun-tahun!

Kreeit ..

Pintu di hadapannya terbuka, dengan menampilkan sosok tinggi yang rambutnya berantakan.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang