Happy Reading 🌻
"Paman!"
Adelia berlari kencang menuju salah satu pekerja yang bertugas membersihkan kaca perusahaan.
Teriakan Adel yang memenuhi lobby kantor mengalihkan perhatian karyawan yang berlalu lalang di sekitarnya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk para karyawan itu berjalan mengerumuni Adel.
"Paman kau tidak apa-apa?" Adel bertanya dengan panik ketika lelaki paruh baya di depannya ini terus meringis kesakitan.
Awalnya dia akan berjalan menuju lift untuk menemui sang Daddy, tapi tiba-tiba terdengar suara gaduh yang berhasil menarik perhatiannya. Begitu menoleh kebelakang, lelaki paruh baya yang tadi sempat dia lihat membersihkan kaca jendela sudah terjatuh dari tangga yang cukup tinggi.
"Paman jangan diam saja. Katakan padaku apa yang sakit?"
Lelaki tua itu sedikit terkekeh melihat raut panik wanita muda di depannya. Dia jadi teringat akan anak semata wayangnya di rumah.
"Aku tidak apa, Nak. Kakiku hanya sedikit sakit," jawab lelaki itu.
"Benarkah?"
Baru saja hendak menjawab, tetesan darah yang keluar dari hidung lelaki tua itu berhasil membuat Adel menjerit keras. Para karyawan yang tadinya akan bubar, kembali menghampiri kekasih sang bos.
Tanpa menunggu lama, Adel meraih ponsel miliknya dan menelfon sang Daddy. Wajah lelaki tua itu terlihat pucat dengan darah yang tidak berhenti keluar, membuatnya semakin ketakutan.
"Tunggu sebentar Paman, aku akan membawamu ke rumah sakit."
Adel mengigit kecil kukunya sebari menunggu sang Daddy mengangkat panggilan telfonya.
"Tolong panggil satpam yang berjaga di depan," ujar Adel pada karyawan yang mengerumuni mereka.
Salah satu dari mereka tanpa menunggu lama berlari melakukan perintah kekasih bos-nya.
"Daddy!" suara Adel terdengar serak ketika memanggil Victor.
Di sisi lain, Victor masih fokus pada berkas-berkas miliknya meski telinganya menangkap suara wanitanya yang sedikit berbeda.
"Daddy tolong aku," ujar wanita itu.
"Ada apa denganmu? Kau di mana, Sayang?"
Lelaki dengan jas merah itu bergegas menuju pintu ruangannya ketika mendengar isak tangis di seberang sana. Adel tadi mengatakan akan datang ke kantornya, namun sampai detik ini wanita itu belum juga tiba.
"Ak--aku di depan. Cepat, Daddy!"
Adel bertambah panik ketika lelaki paruh baya itu mulai kehilangan kesadarannya dan wanita yang tadi pergi memanggil satpam belum juga tiba.
"Daddy ke sana sekarang."
Tanpa menunggu lama Victor berlari menuju lantai bawah perusahaannya. Para karyawan yang berkerumun menjadi pemandang pertama yang dia lihat. Pikirannya tanpa di perintah memutar kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi pada wanitanya.
"Sayang!"
Victor menyingkirkan beberapa orang yang menghalangi jalannya dengan sedikit kasar. Perasaannya di dominasi oleh rasa takut saat ini.
Adel langsung berbalik ketika mendengar suara yang memanggil namanya. Wanita itu berdiri dan memeluk tubuh tegap kekasihnya dengan wajah yang di penuhi air mata.
"T--tolong dia, Daddy. D--dia jatuh hiks hidungnya berdarah hiks d--dan kakinya sakit," ujar Adel dengan susah payah.
Dia begitu takut melihat kondisi lelaki tua itu. Bagaimana jika lelaki tua itu tidak selamat? Apa yang akan keluarganya katakan.
Tanpa mendengarkan ucapan kekasihnya, Victor melepaskan pelukan wanita itu dan memutar tubuh wanitanya, memeriksa apakah ada luka di tubuh indah itu.
"Kau terluka? Kau tidak apa-apa, kan? Katakan pada Daddy, Sayang."
Adel hanya bisa menggeleng cepat sebagai jawaban. Isak tangisnya membuat wanita itu sulit mengeluarkan suara. Adel menujuk tubuh lelaki tua itu sebagai tanda agar sang Daddy cepat memberikannya pertolongan.
Victor bernafas lega ketika tidak menemukan luka sedikit pun pada tubuh wanitanya. Lelaki itu berjalan menghampiri salah satu pekerja di kantornya yang sudah tidak sadarkan diri.
Setelah memeriksa kondisi lelaki tua itu sekilas, Victor membalikkan tubuhnya dan memberikan perintah pada salah satu bodyguard miliknya yang ikut berlari ketika melihat Tuan-nya berjalan terburu-buru dari lantai atas.
"Tolong bawa dia ke rumah sakit. Pastikan dia mendapatkan perawatan yang terbaik, aku akan menyusul setelahnya."
"Baik, bos."
Salah satu bodyguard dengan tubuh besar miliknya mengangkat sang pria paruh baya itu dengan mudah, berjalan meninggalkan kantor bosnya dengan diikuti oleh satu orang lainnya.
"D--dia hiks akan b--baik, kan, Dad?"
Perhatian Victor teralihkan pada kekasihnya yang masih menangis meski sudah tidak sekencang tadi.
"Kembali bekerja," titah lelaki itu pada semua karyawannya.
Setelah semua karyawannya bubar, lelaki itu berjalan menuju kekasihnya. Membawa wanita itu dalam pelukan hangat miliknya, dengan tangan yang setia mengelus lembut punggung sang wanita.
"Dia akan baik-baik saja, Sayang. Kita akan ke rumah sakit, setelah Daddy menyelesaikan meeting. Oke?"
Adel mengangguk dalam pelukan hangat kekasihnya. "Terima kasih, Daddy," ujar wanita itu dengan serak.
"Sama-sama, Sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menolong karyawan Daddy." balas Victor sebari mencium rambut halus kekasihnya.
🌻🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Daddy
ChickLitAdelia Wilhelmina, anak dari sepasang pengusaha sukses Arya Wilhelmina dan Hanum Rais. Wanita cantik dengan limpahan kasih sayang serta segala fasilitas mewah sejak kecil, menjadikan Adelia wanita yang keras kepala untuk mendapatkan apa pun yang di...