Why?

188 36 0
                                    

Sinb bangun lebih siang dari biasanya dan meneguk susu segar, para member sedang keluar karena ini adalah hari bebas. Hanya ada dirinya di asrama, dan ntah apa yang harus ia lakukan.

Terdiam beberapa saat membuatnya memikirkan Suho, akan ada pertemuan dan jujur saja ia sedikit terganggu dengan ucapan bahwa mungkin saja Suho akan dikenalkan pada seorang gadis.

Sinb menatap bayangan dirinya di hadapan cermin, berputar dan kembali berputar memeriksa penampilannya. "Aku harusnya sadar diri sejak awal" gumamnya menghela nafas.

Bel pintu berbunyi, Sinb dengan cepat memeriksa siapa yang ada dibalik pintu. Tapi saat melihat keluar hanya ada bungkusan paket dengan namanya sebagai penerima tanpa tulisan pengirim.

Membawa masuk kotak tersebut dan membukanya perlahan, sebuah hoodie dan topi yang terselip sepucuk surat.

"Ini aku Kim Suho, aku meminta paket kilat agar sampai dalam satu hari. Mungkin kau cemas dan masih tidak yakin padaku, tapi aku memang sungguh suka padamu dan tidak akan membiarkan orang lain mengganggu. Untuk saat ini cukup cukup percaya saja dan aku berjanji tidak akan menyakitimu ..

Sebaiknya kau juga jaga jarak dengan laki-laki karena aku bisa saja cemburu, perkenalan kita memang singkat tapi aku tidak main-main saat mengajakmu berkencan.

Dalam drama akan ada perjodohan oleh orang tua, tapi aku tidak berniat mengenal orang baru setelah bertemu denganmu Sinb. Sebenarnya banyak yang ingin aku katakan, tapi saat bertemu aku hanya bisa memelukmu karena kita tidak banyak bertemu dan kau tidak punya ponsel....

Tunggu aku nanti malam"

Surat yang cukup panjang baginya melebihi surat yang diberikan oleh fans padanya. Tapi kata-kata dalam pena itu perlahan menyingkirkan pikiran buruknya.

Selagi mereka bisa menjaga rahasia dan tidak terlihat mencolok, sepertinya tidak akan terjadi apa-apa.

Kini Sinb beralih terpikir Jungkook yang pipinya memerah semalam, ia akui memang cukup keras pukulan semalam hingga mengeluarkan suara bahkan Jungkook sampai merintih.

Bel pintu kembali berbunyi dan ada Jungkook yang masih juga memasang wajah kesal, tanpa menyapa dan hanya diam. "Kenapa kemari? Bagaimana kalau ada yang lihat?"

"Kau tidak tau ini hari sibuk? Memang siapa yang tidak ada kerjaan dengan membuntuti ku?" Ketus Jungkook, "Kau kemari hanya untuk marah-marah?"

"Aku tidak ada kegiatan hari ini"

"Tunggu disini sebentar" Sinb menutup pintu dan berlari masuk ke dalam, beberapa lama kemudian Sinb kembali dan memberikan sebuah salep pada Jungkook.

"Pakai, aku tidak tau punya siapa tapi hanya ini yang ada di dalam. Sebaiknya kau pergi sebelum ada yang lihat, dahhh" Sinb kembali menutup pintu tanpa mendengar kata-kata Jungkook yang masih membatu dengan tangan kanan yang memegang salep.

"Aku harusnya senang diberi ini, tapi kenapa rasanya masih tidak puas" tak ada pilihan baginya dan ia tidak mungkin berlama-lama di depan asrama sebuah grup wanita.

Selama perjalanan kembali ke asramanya, Jungkook berpapasan dengan Eunha yang membawa kantung plastik sambil mengemili keripik kentang.

"Kau dari asrama? Bertemu Sinb?" Sapa Eunha, "bagaimana kau tau?"

"Hanya ada Sinb di asrama" Jungkook mengangguk paham, pantas saja ia tidak di persilahkan masuk.

Keripik kentang di tangan Eunha di sambar oleh Jungkook yang hanya tersenyum kekanakkan. "Yak!! Kalau mau kau bisa ambil sendiri kenapa tiba-tiba mengambil yang di tanganku?"

"Rasanya sama saja kan? Kenapa kau terkejut?"

"Apa aku membuatmu berdebar?" Sambung Jungkook menunduk untuk menyamakan wajahnya dengan Eunha, "dasar bocah aneh, sana pergi" usir Eunha melewati Jungkook yang masih cekikikan setelah menggodanya.

Eunha menoleh dan melihat Jungkook yang sudah menjauh, lalu menyentuh dadanya perlahan. "Apa ini? Jantungku berdegup kencang saking kesalnya?".

...

Suho terus menatap keluar jendela, ada banyak bintang yang mulai terlihat meski langit belum terlalu gelap. "Pasti akan menyenangkan melihat bintang bersama Sinb" gumamnya, "kau bicara padaku?"

"Tidak, kenapa kau sampai repot-repot ikut menjemput?" Tanya Suho tanpa menatap lawan bicaranya, Kim Sunha.

"Siapa namanya? Irene? Dia anggota grup juniormu kan?" Suho menoleh, "bagaimana kau tau? Jangan bilang kau suka padanya"

"Gila ya? Aku bukan lelaki yang suka pada hal seperti itu, dia memang tipeku tapi sepertinya aku tidak bisa dekat dengan orang sepertinya" ujar Sunha yang sedikit mengusik Suho, "apa maksudmu?"

"Dia adalah seorang idol, bagaimana mungkin keluarga terpandang berkencan dengan idol? Apa yang akan dikatakan para petinggi? Belum lagi fans gila yang akan menyerangku, itu sedikit merepotkan. Tapi jika dia berusaha dan mau meninggalkan dunia hiburan mungkin aku bisa mempertimbangkannya" penjelasan panjang Sunha membuatnya teringat pada hubungannya dengan Sinb.

Suho kembali menatap keluar jendela mobil dan mengepalkan tangannya dengan kuat, ia tidak takut dan tidak menyesal karena sudah bertindak sejauh ini. Ia juga sudah berjanji pada Sinb, apapun resikonya akan ia hadapi.

Sunha melihat perubahan sikap Suho setelah apa yang ia katakan tadi, ikut menatap keluar jendela dengan raut wajah yang sulit di artikan.

Mereka akhirnya sampai di rumah makan keluarga, hanya dengan menyebut nama Kim Sunho mereka sudah diantar ke ruangan VIP.

Sudah ada kedua orang tua sekaligus kakek keluarga Kim yang membuat Suho juga Sunha terkejut, mereka membungkuk dengan spontan. Tidak menyangka lelaki dengan wajah tajam itu akan hadir.

Makan malam bersama dimulai, diiringi dengan obrolan berat soal perusahaan yang sama sekali tidak ingin di dengar oleh Suho. Sunha beberapa kali bergabung dalam obrolan hingga akhirnya sang kakek meletakkan alat makan dan membuat seisi ruangan terfokus padanya.

Pandangan mata yang tidak setajam dulu dengan alis yang berkerut, memperhatikan kedua cucu lelakinya satu persatu..

"Sunha, apa hubunganmu dengan gadis dari perusahaan farmasi itu berjalan baik?" Kakek kembali melahap makanannya, "kami memutuskan untuk berteman karena ia masih ingin melanjutkan pendidikan"

"Aku juga mendengarkan alasan yang sama dari keluarganya, lalu.. Suho?"

"Ne harabeoji"

"Aku tidak memaksamu untuk ikut dalam perjodohan, sejak kau memilih menjadi penghibur kau bukan lagi pewaris perusahaan.." Suho tersentak dengan kata 'penghibur' yang terkesan meremehkannya.

"Lakukan dengan baik dan jangan buat masalah, aku akan sangat menghargainya. Dan jika ada gadis yang cukup cantik dan berpotensi menjadi bagian dari keluarga kita, kau bisa mengenalkannya padaku" ujar sang kakek diikuti anggukkan Suho.

"Di agensinya ada banyak gadis cantik dan berbakat, mungkin kakakku ini akan segera menemukan kekasih" Sunha menatap Suho yang seperti tak mengacuhkannya. "Baguslah kalau begitu, soal usia tak ada masalah. Yang pasti gadis itu harus punya reputasi yang baik dan berpotensi mendapat dukungan dari msyarakat. Itu akan sangat membantu citra perusahaan" Suho mulai muak dengan setiap percakapan itu.










.
.
.
.
.
TBC

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang