"Uhh, Ra ? Bentar, aduh kepalaku pusing.... " Emily berjongkok sambil memijat pelipisnya pelan, masih mengernyit kala ingatan acak terus berlanjut.
"Dengar, Phi. Aku ga tau kenapa kita bisa lupa, mungkin efek karena kita mulai dari awal. Dan, oh God, sekarang kita ga tau kapan scene penculikan itu dimulai." Elly ikut berjongkok, menarik narik rambut frustasi. Dua sahabat yang sekarang menjadi saudara kembar itu mengerang. Yang satu frustasi dan yang lain pening.
OSKADON PANCEN OYE!! //maap iklan
Setelah beberapa saat akhirnya mereka duduk. Menatap langit dengan hening melanda. Tak ada yang ingin berucap, pikiran mereka penuh dengan banyak hal. Emily beranjak, berdiri di depan Elly yang terdiam. Gadis itu berdiri membelakangi cahaya, membuat bayangannya menutupi wajah Elly. Surai gadis itu memantulkan kembali sinar sang mentari.
'Ah, Emily memang seterang matahari.' pikir Elly.
Dia menunduk, menyamakan pandangan dengan si bungsu. Tepat saat itu angin berhembus pelan. Emily tersenyum. "Kita harus membuat rencana, iya kan?"
.
.
.
"Oke, mulai dari mana kita? " Elly mengacungkan pena bulu dan secarik kertas. Entah darimana benda itu, mungkin Elly punya kantong Doraemon.
"Mungkin, kalau kita masih banyak waktu kita bisa mencegah scene penculikan itu." Emily menimbang. Seharusnya scene itu bisa dicegah atau mungkin tidak akan terjadi karena Kirito dan Eugeo bukan mentor Tiese dan Ronye. Kalau dipikirkan lagi, suatu kebetulan dirinya dan Elly menjadi murid Kirito dan Eugeo. Semuanya murni kebetulan karena ingatan mereka bahkan baru kembali saat ini. Bejo privilege is real!
Lalu untuk Tiese dan Ronye...
"Tunggu, siapa mentor Tiese dan Ronye sekarang? " Elly berhenti mencoret coret sebelum mengingat ingat.
"Emm... Bukannya si blangsak Raios dan Humbert-- Oh sial." Mereka ceroboh. Dengan Tiese dan Ronye jadi murid pelatihan Raios dan Humbert itu hanya berarti satu hal. Mereka dengan sukarela masuk ke lubang buaya.
"Wahh, bagus... Sekarang kita punya beban tambahan yang harus dipikirkan. " Elly tersenyum, menepuk kedua tangan seolah berdoa.
"Semoga tidak menjadi lebih buruk." Emily tersenyum pasrah.
"Untuk sekarang kupikir scene itu masih akan lama. Kita bisa fokus berlatih dulu." Emily mengambil alih kertas yang ditulis acak oleh Elly. Membaca satu persatu tulisan cacing Elly.
Penculikan
Tower
Alice
Ayam panggang!
Eugeo
Ayah
Gil...
"Paman Gil? " Mendongak, Emily bertemu cengiran khas Elly ketika ingin berbuat sesuatu yg jahil.
Paman Gil adalah kepala pelayan dari keluarga Duke Volgener. Golasgil sudah mengabdi pada ayah angkat mereka selama lebih dari dua puluh tahun. Untuk beberapa alasan mereka diadopsi oleh Klaus Volgener. Saat itu desa si kembar diserang oleh sekelompok goblin. Naasnya, tragedi tersebut juga merenggut nyawa orang tua mereka. Klaus yang saat itu masih berstatus ksatria kudus, memilih mengadopsi si kembar dan mundur dari jabatannya. Dia meninggalkan armor kebanggaannya untuk dua anak gembel ini.
//hiks papiiii
"Memangnya kamu mau apa dengan paman Gil? " Sedikit bingung, pasalnya paman Gil ini terlampau tegas dan sangat jarang memanjakan mereka.
"Bukan paman Gil, tapi kenalan paman Gil. Kamu ingat tidak waktu itu paman pernah bilang sesuatu tentang pandai besi muda di dekat akademi?"
Elly mendekat, terlampau antusias yang membuat Emily risih. Kalau Elly terlalu bersemangat itu berarti hanya satu jawaban.
"Dia masih muda?"
"Huum!" Dijawab dengan anggukan antusias.
"Tipemu banget ya?"
"SERATUS PERSEN!!"
Benar, bagaimana bisa Emily lupa. Elly, ini kan memang pecinta lelaki. Mau berbentuk abstrak pun asal masuk kriterianya bakal di-simp sama dia.
"Sebenarnya bukan itu aja sih, paman Gil bilang dia punya bakat. Jadi, aku mau pesan dua tipe senjata."
.
.
.
Setelah setengah jam, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke tempat awal para senpainya berada.
"Oh, benarkah? Jadi akhir pekan ini?" Emily masih sedikit terkejut dengan perubahan rencana yang mendadak. Memutuskan mengikuti alur.
"Tentu, seharusnya surat dari paman Gil tiba satu hari sebelum akhir pekan jika aku kirimkan hari ini. " Elly masih bersenandung, moodnya baik untuk hari ini.
Dari kejauhan, Kirito dan Eugeo yang melihat kouhai nya kembali akhirnya bisa lega. Sungguh, mereka tidak tau lagi bagaimana menghadapi sikap random kembar laknat itu.
"Lihat, Eugeo. Bocah-bocah itu akhirnya kembali kan?" Kirito bersidekap dada. Berniat memarahi mereka nanti.
"Benar, mungkin aku yang sedikit berlebihan." Eugeo menghela napas lega.
Eugeo berdiri, berjalan menghampiri Elly dan Emily yang mendadak berhenti di tengah jalan, berdebat. Kirito mengekori kawannya itu.
"Tidak tidak, itu ga akan berhasil!" Emily dengan yakin menolak.
"Ada apa, wahai kouhai ku? " Eugeo tersenyum, sudah sangat terbiasa dengan perdebatan kecil sepasang saudara ini.
"Eugeo senpai!"
"Senpai!"
Duo kembar memanggil bersamaan. Eugeo terkekeh, berusaha menepis bayangan telinga dan ekor anjing pada kouhai nya.
"Kali ini apa yang kalian ributkan, hm? " Kirito mengamati keduanya.
"Ihh, Kirito ga perlu tau~ " Elly melambaikan kedua tangannya, seolah menyerah.
"Gak sopan! Panggil aku senpai, aku senpai mu bukan sih?"
"Apa?? Aduh~ aku ga dengar apa apa tuh~ apa ya yang bicara tadi~ "
Dan akhirnya mereka cek cok lagi. //normal days in underworld
"Ada apa, Em? " Eugeo akhirnya memilih bertanya pada Emily yang mencoba kalem, nahan ketawa. Kalem, ada crush.
"Ehh,, itu.. Elly--"
"Oh iya, Kirito senpai. Bagaimana caranya merayu laki laki? " Elly dengan polos bertanya.
"Me-- APA?! "
Bagus Elly, kamu membuat kesalahpahaman pertamamu.
//congrets yh bundz
--------------------------------------------------------------
MAAF GENGSS KITA ABIS ADA UJIAN TAK TERDUGA UEUEUEUE
SEMOGA TIDAK MABUK DENGAN JANJI MANIS KITA YAKIf you don't mind please leave comment and star♡
Thx u for reading!
See u on next update ( ꈍᴗꈍ)
KAMU SEDANG MEMBACA
Save You! (OC x SAO: Alicization)
Fanfic[Fan Fiction] Contain spoilers. Watch at your own risk! Teman kalau sudah terlampau dekat sering dibilang mirip atau bahkan disangka kembar. Tapi siapa yang mengira kalau kami akan benar-benar menjadi saudari kembar?! Aku Elly dan kakakku Emily ada...