Bab 1

17 3 1
                                    


Namanya Samuel. Orang-orang akrab memanggilnya Sam. Rambutnya pirang dengan mata berwarna hitam obsidian. Umurnya 14 tahun saat lulus SMA. Dia menamatkan perguruan tingginya di umur 17 tahun dengan gelar sarjana kedokteran di universitas terbaik di Inggris. Dia jenius. Seluruh dunia mengakuinya. Tapi entah apa yang terjadi, ia sekarang sedang terombang-ambing di ruang angkasa sambil menarik sebuah puing kapal angkasa yang berhamburan di orbit Bumi.

Peluhnya bercucuran, tapi ia tetap semangat mengumpulkan puing-puing yang sudah menjadi sampah itu. Matanya menatap ke arah planet tempat ia lahir dengan berbinar. Jika dilihat dari sini, Bumi tampak indah sekali. Sam bisa berjam-jam memperhatikan objek bundar itu.

"Sam!"

Seruan seseorang dari radionya membuat ia tersadar. Kembali ia menarik puing yang sempat ia anggurkan tadi sebelum kena damprat rekannya yang terkenal keras dan tidak punya belas kasihan itu.

"Hei, kau mendengarku tidak sih?"

Sam malas bicara. Tapi kalau dibiarkan saja, rekannya ini akan tetap membombardirnya sampai ia merespon.

"Aku mendengarmu, Satori." Ucapnya malas.

Terdengar suara mendengus dari seberang sana. "Kau itu benar-benar. Masuklah. Hari ini sudah cukup. Kau sudah bekerja keras."

Sam menagangguk walau ia tahu rekannya itu tidak akan melihatnya. Segera setelah puing terakhir ia kaitkan di jaring-jaring yang ia bawa untuk mempermudah pekerjaan, ia masuk ke dalam kapal pembersih puing orbit yang mengambang tidak jauh darinya berburu puing tadi.

Anak laki-laki asal Inggris itu memilih untuk bekerja sebagai pengumpul puing bukan tanpa alasan. Ia bekerja di sini demi menemukan ayahnya yang hilang tujuh tahun lalu saat sedang melakukan ekspedisi ke Jupiter. Kabar ia dan krunya sudah tidak terdengar lagi sejak lama. Sam yang merasa penasaran memutuskan untuk menjadi astronot dan melakukan ekspedisi ke Jupiter yang selanjutnya. Maka, setelah lulus dari universitas, dia lebih memilih untuk bekerja sebagai pengumpul puing daripada menjadi dokter di rumah sakit besar. Walaupun sia-sia karena operasi kerjanya tidak pernah jauh-jauh dari orbit Bumi. Sam frustasi. Dia ingin sekali menjadi seorang astronot dan pergi mencari ayahnya di luar sana. Tapi persyaratannya terlalu tinggi. Dia langsung mundur alon-alon.

Sam bekerja dalam tim kecil yang bekerja keras siang dan malam membersihkan orbit Bumi dari sampah yang terus bertambah setiap harinya. Terdiri dari lima orang manusia yang sudah Sam anggap keluarga sendiri. Sejak ayahnya menghilang, dia tinggal di sebuah panti asuhan bersama kakak perempuannya. Sam benci panti asuhan itu. Pengasuhnya jahat dan tidak pernah memikirkan anak-anak yang tinggal di sana. Setelah akhirnya mereka bisa keluar dari panti asuhan itu, keduanya langsung bekerja di Satuan Pembersih Puing Orbit dan masuk ke dalam tim kecil ini.

"Kerja bagus di luar sana, Sammy."

Begitu lubang palka tertutup, ia disambut oleh seorang laki-laki bertubuh besar yang tersenyum ke arahnya. Itu Mansur. Asalnya dari tanah Arab. Dipanggil si Tangan Emas karena apapun bahannya, pasti akan menjadi masakan restoran bintang lima. Bakatnya sebesar itu, tapi Sam tidak tahu kenapa ia lebih memilih untuk bekerja menjadi pengumpul puing yang selalu diremehkan orang-orang karena dianggap tidak berguna.

"Apa kau lapar?" Tanya Mansur seraya menuntun Sam ke arah dapur.

"Ya. Lapar berat. Apa kau memasak sesuatu? Omong-omong, berhenti memanggilku 'Sammy'. Itu menggelikan." Sam menggerutu sambil berusaha lepas dari baju astronot yang mengekangnya sejak tadi.

"Kau datang tepat waktu. Masakanku baru saja diangkat dari oven. Kau ingin coba? Satori sudah makan sedikit dan katanya enak."

"Semua masakanmu itu enak, asal kau tahu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LACUNA [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang