BAB 22 | UKK

119 11 4
                                    

Pacaran tidak menjamin kita sukses dimasa depan. 180223

--<<>>--

Bagi Aza menikmati segelas susu hangat yang disediakan mamanya adalah sebuah kenikmatan tersendiri bagi gadis dengan rambut dikuncir itu. Hari Senin yang sering Melelahkan ,kini menjadi lebih menambah beban baginya, sebab hari ini adalah hari pertama sekolahnya akan melaksanakan ujian kenaikan kelas atau yang biasanya disebut dengan sebutan UKK.

“Semangat ujiannya hari ini, cantik!” pria paruh baya itu mengusap lembut pucuk kepala putrinya.

Aza tersenyum. “Papa bisa aja, hehe…”

“Semalam kamu sudah belajar’kan?” tanya mamanya yang menyerahkan bungkusan kotak bekal kepada Aza.

“Tentu, Aza pasti bakal belajar yang rajin selama ukk ini, biar nilai Aza gak turun. Biar Aza buktiin sama Papa kalau menjabat sebagai ketua osis itu gak akan bikin nilai Aza turun.” Gadis itu tersenyum menantang.

Papa Aza hanya terkekeh melihat tingkah putrinya itu dan kembali mengusap pucuk kepala putri gadis semata wayangnya. “Sudah cepat kalian segera berangkat, nanti kesiangan!” perintah mama Aza.

***

Langkahnya menyusuri koridor sekolah sembari menyapa siapapun yang ia jumpai, baik guru piket sampai beberapa murid yang ia kenali. Aza sedikit gugup dengn ujian kali ini, lantas ini adalah petama kalinya ia melaksanakan ujian kenaikan kelas di sekolah barunya. Tidak terasa sudah nyaris satu tahun disekolah barunya itu. Dan sudah sekitar tiga bulan ia menjadi kekasih Rayen, orang baru dalam hidupnya yang bisa dengan singkat menaklukan hatinya.

“Aza, sumpah demi apa, gue duduk sama Ardito Heru Herlambang.” Aulia  menarika lengan Aza untuk keluar dari ruang kelas.

“Baru juga mau menginjakkan kaki di ubin kelas, udah main tarik aja!” seru Aza kesal yang dibalas cengiran oleh Aulia. “Huft… Ardito yang kelas sepuluh ipa empat itu? Yang anak badminton?”

Aulia mengangguk membenarkan perkataan Aza. “Dia duduk sebangku sama gue.” Ucapnya antusias .

“Terus apa urusannya sama gue? Udah ah… gue mau masuk.” Aza melenggang begitu saja meninggalkan Aulia yang mungkin sedang cemberut dan merutuki Aza.

“Jelek loe jadi sahabat! Bisa-bisanya ada cowok naksir sama loe.” Suara Aulia yang Aza abaikan.

***

Waktunya istirahat Aulia mengajak Aza memakan bekalnya bersama di taman samping perpustakaan. Keduanya menikmati bekalnya masing-masing. Tiba-tiba saja Rayen datang menghampiri keduanya.

“Hai…” Sapa Rayen yang sedikit ambigu.

Kedua gadis tersebut menoleh kesumber suara yang dimana mendapati Rayen tengah berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk. “Oh…” Aulia hanya ber’oh ketika mendapati Rayen. “Ngobrol dulu sana gih! Gue jomblo yang butuh ketenangan.” Lanjutnya.

Aza segera bangkit dan mendekati Rayen. Laki-laki itu menarik Aza sedikit menjauh dari Aulia dan dari kemungkinan dilihat orang lain.

“Mau bicara apa?” Aza memulai pembicaran.

“Apakabar setelah malam minggu kemarin?” tanya laki-laki itu konyol.

Aza sedikit terkekeh. “Menurutmu?”

“Menurutku, kau cantik.”

Ck… Ray.”

Lelaki itu terkekeh. “Malam itu kamu mimpi indah, membawa semuanya saat kita dinner berjarak, masuk kedalam mimpimu. Terus paginya kamu gak mau bangun, karena gak puas… hahaha.”

Kamu Milik 'Ku [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang