04. Believe in Me

73 11 3
                                    

Setelah hari dimana Kak Taeil mengajakku untuk makan di salah satu restoran cepat saji menjadikan kami semakin dekat. Ia juga beberapa kali sempat mampir ke rumah dulu sore harinya setelah ia pulang dari kantor, tidak langsung pulang ke rumahnya. Tapi entah kenapa aku masih saja belum yakin dengan rencana pernikahan ini.

Bukan, bukan tidak yakin dengan Kak Taeil. Melainkan aku tidak yakin dengan diriku sendiri.

Umurku baru saja menginjak angka sembilanbelas tahun satu bulan yang lalu, pola pikirku pun masih terlalu kekanakan. Ya walaupun aku sering memberi saran kepada Aera ataupun Vivi saat mereka membutuhkan.

Jujur saja, aku ini lemah orangnya. Luarnya saja terlihat bahagia bisa tertawa lepas saat teman-temanku mengeluarkan joke andalan mereka. Tapi nyatanya, aku orang yang pemikir. Dalam hal ini overthinking. Segalanya aku pikirkan, sampai-sampai hal yang tidak perlu sekalipun. Hal itu membuatku mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dikhawatirkan.

Ini saja pikiranku berkecamuk setelah membaca sebuah cerita, cerita yang menceritakan bagaimana seorang calon istri perwira menjalani serangkain test sebelum mereka benar-benar menikah. Mulai dari penyerahan surat pengajuan nikah, cek kesehatan dan mental, hingga tes keperawanan pun dijalani.

Karena penasaran bagaimana proses tes keperawanan, akhirnya aku memberanikan diri untuk berselancar di internet dan menemukan sebuah artikel yang memuat konten yang ku cari.

Beberapa kalimat dalam artikel itu membuatku sedikit cemas hingga tanpa dikomando aku pun mengcopy tautan artikel tersebut dan langsung mengirimnya ke Kak Taeil.

You

(link artikel)

19.25 [Read]

Sudah limabelas menit text itu terkirim dan sudah pula dibaca oleh Kak Taeil. Namun, tidak ada tanda-tanda sama sekali jika lelaki itu akan membalasnya. Aku penasaran bagaimana responnya setelah membaca artikel tersebut.

Tok... tok...

"Nak, itu nak Taeil ada di luar mau ketemu kamu."

Tiba-tiba ketukan pintu dan suara ibu membuatku langsung bangkit dari rebahanku. Segera mengambil jilbab bergo dan memakainya, lantas keluar menemui Kak Taeil.

Benar saja, Kak Taeil duduk berhadapan dengan ayah langsung menoleh saat mendengar langkahku.

"Pak, buk, saya izin bawa anak gadisnya keluar bentar ya?" izinnya pada ayah.

Ayah terkekeh mendengar ucapan kak Taeil lalu mengiyakannya dengan anggukan kecil. "Jangan pulang terlalu malam ya." ucap ayah.

***

"Kamu udah makan belum?" kak Taeil yang tengah menyetir melirikku dari ekor matanya.

Iya, malam ini kita keluar pakai mobil. Kata kak Taeil tadi, karena ini udah malam jadi dia takut aku sakit karena angin malam.

"Udah kak. Kita mau kemana?"

"Kamu maunya kemana?"

Yeuu, malah nanya balik si kakak.

"Ya aku gak tau kak Taeil tiba-tiba ngajak keluar. Aku tadinya mau tidur lebih awal, soalnya aku ada MK pagi."

"Ya udah, kita ke taman aja kalau gitu."

Dan benar saja kak Taeil membawaku ke taman, tapi kita hanya berdiri di depan mobil. Entahlah, kak Taeil tak ada niatan untuk mengajakku untuk duduk di bangku taman sepertinya.

Belum ada yang memulai pembicaraan lagi, aku hanya sibuk menatap sekitar tidak tau harus bagaimana. Toh ini kak Taeil yang tiba-tiba ngajak keluar kan.

Hingga pada akhirnya, "Kamu," ucap kak Taeil, kini atensinya sepenuhnya mengarah padaku. "Link artikel yang kamu kirim itu,"

Aku menoleh menatap kak Taeil, "Tanggapan kakak gimana?" tanyaku dengan suara pelan, "Aku kan selama ini pakek motor ke kampusnya, dan kadang gak lihat lubang di jalan aku lewatin gitu aja. Aku khawatir, di artikel itu bilang selaput dara itu tipis banget mudah robek sekalipun gak melalui hubungan suami-istri. Terlalu sering bersebeda juga bisa jadi penyebabnya, kak," aku menghembuskan nafas lega sesaat setelah mengutaran kegundahan ku pada kak Taeil.

Aku terkesiap saat mendengar suara lembutnya, memintaku untuk menatapnya. "Tatap kakak ya, manis," aku mengangguk kecil tanpa menatap tepat ke manik kak Taeil.

“Aku tau kamu, tau keluarga kamu kayak gimana, pergaulan kamu selama ini juga aku tau. Kamu terlalu banyak berpikir sampai hal-hal yang menurutku gak perlu untuk dipikirkan, kamu pikirin. Aku, aku gak masalah kalaupun maaf, selaput dara kamu itu udah robek. Sebab, aku tau gak mungkin penyebabnya karena kamu udah ngelakuin itu sama cowok lain. Aku percaya dan yakin sama kamu, kamu bisa jaga diri kamu dan gak bodoh buat nyerahin mahkota kamu sama cowok yang belum terikat secara hukum dan agama dengan kamu."

Pandanganku memburam karena air mata yang berkumpul dipelupuk mataku, bahkan wajah kak Taeil terlihat blur saat ini. Aku terharu, ia sepercaya itu denganku.

"Kak," lirihku.

"Aku percaya sama kamu, udah jangan terlalu dipikirin nanti kamu sakit lagi kalau terlalu banyak pikiran kayak gini." ucap kak Tacil yang malah membuatku mengeluarkan isakan cukup kencang.

"Loh, kok nangis sih?" tanyanya, bingung.

"Huhuhu, aku terharu ternyata kakak sepercaya itu sama aku. Jadi pengen peluk."

Kak Taeil tersenyum manis, "Sabar ya manis, peluknya nanti aja setelah kita halal." ucapnya lembut.

"Kakak rasanya pingin cepat-cepat halalin kamu, manis, kalau gini terus kita malah nabung dosa. Nikah besok aja apa ya?" tanya kak Taeil sembari menatapku dalam.

Mataku terbelak mendengar ucapan terlampau santai dari lelaki di hadapanku saat ini. "Ya jangan besok juga dong kak." protesku.

"Lusa deh kalau gitu," negonya.

"Kak Taeil..."

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang