Malam hari pun tiba, semua orang mulai berkumpul untuk acara malam ini. Mereka lalu melaksanakan games di lapangan tempat mereka berkumpul.
Pembina mengarahkan mereka dalam games ini, dimana mereka membuat gambar estafet.
Merekapun mulai memainkan games tersebut, terlihat El yang berada di belakang Reva waktu itu mulai menggambar perlahan, ia dengan serius menggambar begitupun Reva dan 2 kawannya.
Setelah gambar yang Cira hasilkan selesai, pembina mengambilnya lalu juga mengambil gambaran tim lain.
Game terus berlanjut dengan game lainnya, selama itu juga El berdiri tak jauh dari Reva.
Reva lagi-lagi tersandung dan dengan sigap El menarik tangan Reva lalu memeluk pinggangnya.
"Aduh," keluh Reva.
"Lain kali hati-hati sayang, nanti jatoh luka lagi," ujarnya memperingati.
"Huum," gumamnya.
Cira Dira yang tak sengaja mendengar ucapan keduanya pun menghampiri dengan wajah penuh penasaran.
"Kalian jadian?" Cira bertanya kepada El.
El memandang Reva sebentar, lalu ia mengangguk.
"Anj anj..kapan! Ko lu ga bilang sama gua Rev," kesalnya.
"Kemarin waktu nunggu di temuin kalian," jelas Reva.
"Anjir lah, bodo ya pokonya PJ," ujar Cira.
"Tadi sandwich dari gua ga geratis loh Cir," ujar El.
"Dih si anyink itungan," dengus Cira.
"Bodo amat sih ya," ucapnya acuh.
Cira dan Dira sibuk mencibir dan mencebikan mulutnya karena kesal.
El terkekeh lalu mengelus pelan pucuk kepala Reva sambil menatapnya dengan senyum manisnya.
"Biarin aja, ini acara terakhir katanya penampilan perwakilan peserta setiap kelas," ucapnya.
"Huum," gumamnya sambil mengangguk.
Semua pun berkumpul kembali dan duduk secara perkelasnya namun berkelompok.
Banyak peserta yang mulai maju memberikan penampilannya, tinggal 3 kelas lagi ya itu kelas El dengan 2 kelas lainnya.
El bangkit dari duduknya namun di tahan tangannya oleh Reva yang berada di sampingnya.
"Mau kemana?" Reva bertanya bingung.
"Kebelakang bentar sayang, ada yang mau di ambil," ujarnya.
Reva pun melepas tangan El, El pun pergi ke tendanya. Tak lama ia pun kembali namun tak duduk di samping Reva seperti sebelumnya, melainkan ia maju ke depan.
"Yap, Mikaela dari kelas XII A akan menampilkan bakatnya, silahkan El," ujar pembina.
El meminjam satu kursi pembinanya yang sedang tak di pakai, ia pun duduk dengan gitar di pangkuannya.
"Lagu ini, untuk dia yang sempurna. Untuk dia yang sampai kapan pun membuatku tak berdaya akan keindahannya," ucap El.
El mulai memetik jarinya di atas senar gitar, perlahan-lahan menjadi musik yang merdu.
Memenangkan hatiku
Bukanlah satu hal yang mudahEl dengan merdu mulai menyanyikan sair lagu dengan indah.
Kau berhasil membuat
Ku tak bisa hidup tanpamuSambil tetap bernyanyi, ia menatap kekasihnya yang sudah dari lama ia sayangi dan kini semakin ia cintai.