13. Love Sign

145 22 1
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankann, and happy reading 🖤💚
.
.
.

" Sshh...."

Felix kebingungan melihat Hyunjin dateng-dateng meringis sambil megangin bokongnya.

" Ck. Sakit banget dah..." rintih Hyunjin. Kemudian duduk di samping Felix yang sedang sibuk mengaduk rata minumannya.

" Masih muda udah encok aja lu, Jin." ejek Felix.

" Gimana nggak encok kalo pinggang gue ditendang dari belakang."

" Hah?!" Felix hampir saja menyemburkan lemontea-nya. " Lu abis berantem sama siapa??! Anak mana?!"

" Bukan. Gue nggak berantem sama siapa-siapa."

" Terus???"

Hyunjin menghela. " Semalem, gue mau ngaduin kelakuan Karina ke mamanya. Pas mau gue aduin, Si Karina tiba-tiba nendang gue dari belakang sampe gue nyungsep ke depan..."

" BWAHAHAHAH!"

" Sialan lo. Bukannya dikasihanin malah diketawain!"

" Lo sih! Hahaha!"

Hyunjin merengut.

" Emang lo mau ngaduin apa ke mamanya Karina?"

" Biasalah. Buaya betina berulah."

" Astaga, belum tobat juga tu anak ternyata."

" Dahlah. Lupain aja. Semakin diinget bikin gue bete. Mending lo pesenin gue makan. Gue gakuat mau berdiri."

" Dih enak banget nyuruh-nyuruh gue."

" Gue minta tolong, Lix. Pelit amat jadi orang."

" Yaudah iya. Tunggu disini!"

" Hehe makasihhh."

Sementara itu, di tempat lain, Karina sedang menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Entah sudah berapa lama dia berada disana.

" Kalo ketemu Sunghoon, gue mau protes! Untung aja nggak ada yang curiga karena udah gue plesterin."

Semenjak kejadian semalam, Karina jadi lebih berhati-hati. Untunglah dia berhasil menghentikan Hyunjin. Tidak peduli walau harus menggunakan kekerasan, Karina tidak akan membiarkan Hyunjin mengacaukan semuanya.

" Eh ada Karina!"
Seorang teman sekelasnya bernama Giselle menyapa.

" O-oh hai, Selle." sapa Karina balik. Semoga aja Giselle nggak denger Karina tadi nyebut nama Sunghoon.

" Lagi touch up juga, ya??"

" Enggak, kok. Cuma ngaca biasa doang haha."

Giselle ngangguk-ngangguk.
Cewek itu berdiri di sebelah Karina seraya mengeluarkan perlengkapan make up dari pouch merah muda miliknya.
" Btw itu kenapa, Kar?" Tak disangka-sangka, Giselle menanyakan keberadaan plester di leher Karina.

" O-oh ini semalem digigit serangga."

" Waduh, pasti sakit."

" Iya lumayan sih."

" Mau pake minyak oles, nggak? Kebetulan gue bawa, nih."

" Emang boleh?"

" Boleh, lah! Nih." Giselle menyodorkan minyak oles kepada Karina.

" Makasih ya Selle."

" Iya sama-sama. Dioles gih biar sakitnya ngurang."

Karina mengangguk.
Tapi waktu Karina mau make, tiba-tiba dia keinget sesuatu.
Kalo gue buka plesternya, terus Giselle sadar kalo bercak merah ini bukan karena digigit serangga, bisa gawat.

I'm a (play) Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang