✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
"Dunia terkadang buta, yang tidak bersalah di hukum dan yang sejatinya bersalah malah berkeliaran bebas."A novel by Ade Bintang 🌟
_____________________________
Langit mendung gelap dan sunyi. Disisi lain angin bertiup sepoi-sepoi mendesir dedaunan. Sepertinya musim hujan akan tiba, sudah 2 hari tak ada tanda-tanda langit akan kembali cerah. Begitu juga dengan Alhandra, hari ini adalah hari ketiga ia tak sadarkan diri. Para tabib bahkan kewalahan mempertahankan semuanya. Seperti biasa Aluna baru saja keluar dari kamar istirahat khusus Alhandra. Dengan wajah murungnya ia membawa semangkuk bubur sisa tadi malam yang bahkan tidak di sentuh sama sekali.
Beberapa hari terakhir rumah kerajaan serasa sangat mengerikan penuh tekanan. York yang seharusnya menjadi panglima kerajaan, mesti turun tangan atas kekacauan yang dilakukan para rakyat. Nyatanya, Alcira tak tinggal diam, mereka tau Alhandra sedang tak baik-baik saja. Maka dengan cepat mereka menghentikan pelimpahan bahan pangan Carlotte dari Arlan. Membuat harga pangan seketika melonjak naik dalam sehari. Hal ini jelas menyusahkan rakyat, banyak yang tak sanggup dan bahkan memutuskan untuk meneror kerajaan.
Aluna, benar dia adalah putri mahkota yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini di saat raja tak mampu. Namun apalah daya, Aluna bukanlah Putri Aluna yang sebenarnya, pengalaman yang seharusnya ia dapatkan sedari kecil tak pernah ia rasakan. Jadi bagaimana bisa ia mengerti semua ini.
Meski begitu, Aluna tak terlalu peduli. Prioritas utamanya adalah menguak misteri di balik kematian Putri Aluna yang sebenarnya dan ikut merawat Alhandra supaya kembali sehat seperti sediakala.
"Joy, bagaimana ini. Apa yang harus aku lakukan, banyak rakyat kelaparan, dan aku malah seakan tak peduli..." Aluna mengeluh prihatin pada dirinya sendiri yang tak mampu melakukan apapun.
Joy menghampiri Aluna, ia duduk di samping gadis itu. "Satu-satunya cara agar mereka tidak kelaparan adalah menurunkan harga barang seperti sediakala." Joy menjawab tanpa menoleh ke arah Aluna.
Aluna mendengus seraya menolehkan kepalanya menatap wajah pucat sahabatnya itu. "Itu artinya aku harus pergi ke Alcira untuk menemui tetuanya?" tanya Aluna.
Joy mengangguk cepat, "Tumben kamu cerdas!" ujarnya tertawa kecil.
Aluna kembali mendengus. "Dan itu artinya, aku menggali kuburanku sendiri?!" Aluna sedikit meninggikan nada bicaranya.
Mendengar itu, Joy menoleh cepat. Ia terkekeh kecil. "Haha! Jika kamu tidak berani mengambil resiko, maka resiko itulah yang akan merenggut mu, Lira!" ujarnya dengan tawa dan menatap Aluna aneh.
Aluna menggelengkan kepalanya, bahkan di saat seperti ini Joy masih bisa bercanda? Aluna memegangi kepalanya dengan kuat. Jujur ia merasakan sakit kepala saat mengingat semuanya. Tapi, jika dipikir-pikir. Rencana Joy untuk menurunkan harga barang lagi, itu bukanlah rencana yang buruk. Mungkin Aluna bisa pergi ke Arlan untuk menemui tetua dan memintanya agar melajukan kembali kesediaan pangan.
Aluna menatap Joy, seringai penuh rencana terukir indah di wajahnya.
"Kau jenius, Joy!" derca Aluna.
...•๑✿๑•...
Di sana, di sebuah tempat luas penuh rerumputan. Terlihat seseorang berdiri. Itu jelas adalah Hiro. Ia berdiri di depan makam sembari memegang erat sekuntum mawar putih. Wajahnya tampak serius, entah apa yang Hiro pikirkan. Tapi ia mengingat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETHEA [END]
Fantasy"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?" Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...