Part 2.

23K 1.4K 30
                                    


Aryani Mahawanti, Yayang bagi orang-orang dekatnya, bekerja di La Storia, EO ternama di ibukota. Dan dia sedang berada di lokasi untuk pernikahan salah satu klien yang rencananya akan diadakan beberapa minggu ke depan bersama dengan kedua bosnya, Ella dan Jenna, serta Artie salah satu rekan kerjanya, ketika "jemputan" itu datang. Dua orang yang tampak seperti orang biasa, dan Yayang yakin masih ada tiga atau lebih lagi menunggu di bawah, mendekatinya.

"Kami diminta untuk menjemput Anda, sekarang." Salah satu dari kedua orang itu berkata.

Yayang merogoh ponsel di saku celana jeans-nya, menghubungi salah satu nomor yang dia tandai sebagai nomor penting. Hanya prosedur sederhana untuk memastikan.

"Halo, Om Dodo, iya ... okay. Aku segera ke sana."

Dengan tenang gadis muda itu menyimpan kembali ponselnya, dan beranjak mengambil tas kanvasnya. Dia mendekati rekan-rekan kerjanya yang ternyata sedari tadi mengamati dari kejauhan.

"Is everything okay?" Artie mendekati seraya melirik curiga ke arah dua lelaki yang masih menunggunya.

"Yup! Hanya masalah keluarga. Sorry, aku harus pulang sekarang. Jen, Ell, sorry, urgent banget."

"It's okay, take your time. But, everything is really okay, isn't it?" Jenna bertanya seraya menatap khawatir. Yayang tersenyum menenangkan seraya melambai dan berlalu.

Ini bukan pertama kalinya dia dijemput seperti ini. Walau tidak sering, beberapa kali dalam hidupnya, dia mengalami hal ini. Dulu ketika masih sekolah pun, dia pernah dijemput di tengah-tengah pelajaran. Bahkan ketika kuliah, beberapa kali dia harus memiliki pengawal pribadi. Dan dia tahu dengan pasti, everything is not okay setiap kali terjadi penjemputan seperti saat ini.

Benar seperti dugaannya, lima orang menunggunya di bawah. Tujuh orang semuanya dengan dua lelaki tadi. Pasti terjadi sesuatu yang fatal, pikir Yayang seraya menyerahkan kunci mobilnya dan memasuki mobil hitam keluarganya bersama tiga orang yang lain dan seorang sopir. Sisanya mengikuti mereka dari belakang dengan mobilnya.

~*~

Dewa mengutak-atik kameranya sebentar sebelum kemudian mengarahkan pandangannya ke langit yang masih terang benderang seraya memicingkan matanya. Autumn Sunset adalah tema pemotretan yang akan dia lakukan untuk iklan sebuah produk kecantikan. Dewa mengamati sekelilingnya. Summer Palace, lokasi di mana dia berada sekarang masih dipadati pengunjung. Kalau perkiraannya tidak salah, tidak akan lama lagi, terang di langit akan segera bergeser ke barat dan langit akan berubah menjadi jingga, momen yang ditunggunya sedari tadi.

"Kalian bisa mulai bersiap, sekarang. Di jembatan itu." Dewa berkata dengan suara cukup keras.

Dengan segera beberapa model yang sudah siap sedari tadi berdiri dan berjalan cepat menuju tempat yang ditunjuk Dewa. Beberapa kru yang sudah disiapkan pun mulai bergerak. Terutama mereka yang bertugas mengosongkan spot yang akan dipakai untuk pemotretan. Persis seperti dugaannya, tidak lama kemudian matahari mulai bergerak dan perlahan menghilang di ufuk barat. Dewa langsung tenggelam dalam pekerjaannya. Fotografer kawakan itu berusaha menangkap cahaya keemasan matahari tenggelam yang terpantul di salah satu bangunan jembatan kuno di Summer Palace, juga semburat jingga di permukaan air di sekitar jembatan. Dan ketika akhirnya warna jingga hilang dari langit dan berganti dengan gelap, Dewa baru menyelesaikan pemotretannya.

Lelaki itu sedang membereskan kameranya ketika Pedro, sahabat sekaligus penjaganya, mendekat. Dewa mengangkat kepalanya dan dia langsung tahu ada yang tidak beres.

TimelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang