Gender role : switch
Seulgi POV
Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB, aku bergegas mandi dan bersiap kekosan Irene untuk mengembalikan kemeja kantornya yang tertinggal dikamarku.
"Mah, ugi kerumah temen ya. Balikin bajunya." ucapku dari balik pintu kamar mamah yang hanya disambut anggukan olehnya.
Setelah memakai kaos kaki dan sepatu, aku langsung menghidupkan mesin motor dan mengendarainya menuju kosan Irene yang berjarak 4km.
Sesampainya didepan deretan kamar kosannya, aku memarkirkan motor dan mengeluarkan bungkusan berisi kemeja dan makanan dari kota sebelah.
Aku mengetuk pintu kamarnya, selang satu menit pintu kamar terbuka. Muncul seorang bidadari tanpa sayap dengan rambut berantakan, mata mengantuk, kemeja tunik selutut, dan legging hitamnya.
"Sialan." batinku sambil berusaha menenangkan jantungku yang mulai berdegup kencang. "Seksi banget makhlukmu yang satu ini ya tuhan.."
"Seulgi Kang?" ia bertanya sambil mengucek-ngucek sebelah matanya. "Masuk aja, maaf aku baru bangun." Irene menguap tertahan sampai matanya berair.
"Hah, iya gapapa. Santai aja kak." aku masuk kedalam kosan berukuran 10x8m miliknya, cukup luas. Ada ruang tamu, satu kamar tidur, dapur, dan satu kamar mandi.
"Tuh kaos kamu." Irene menunjuk kresek berisi beberapa kaosku yang dipinjamnya.
"Dan ini kemeja kaka..." aku meletakkan bungkusan diatas meja. "Udah makan belum kak? Aku bawa siomay nih. Makan bareng yuk?"
"Ah, aku udah kenyang. Tadi makan diluar bareng temenku. Kamu aja abiskan." ucapnya datar.
"Oh ya?" aku langsung nyelonong masuk ke area dapur untuk mengambil piring dan sendok. "Tapi masih ada ruang untuk siomay kan?" aku membuka karet plastik siomay dan menuangkannya keatas piring.
Setelah Irene kembali dari mengambil segelas air minum, ia ikut duduk agak berjarak denganku. "Gamau ah." ekspresinya agak cemberut.
"Enak tau, kan kesukaan kaka." aku menyendokkan siomay dan bermaksud menyuapinya tapi ia menggeleng kuat.
Irene menjauhkan kepalanya. "Gamau ih, aku kan udah bilang kenyang..." ia merengek seperti bocah umur 5 tahun.
"Baiklah..." aku hanya menurutinya sambil memilih podcast apa yang cocok untuk menemaniku makan kali ini.
Sebenarnya siomay ini hanya alasanku saja agar bisa banyak ngobrol dengan Irene. Namun niatku ini sepertinya agak dipersulit tuhan. Porsi siomay yang banyak membuatku kesulitan menghabiskannya, terlebih karena aku masih kenyang.
10 menit berlalu, kami sibuk masing-masing. Aku makan siomay sambil menyimak podcast, sedangkan Irene liatin story Instagram temennya.
Akhirnya aku menyerah dan mendekat kearahnya. "Kak, ayo dong... aku kenyang banget nih..." aku membujuknya lagi untuk buka mulut.
Irene melirik sendokku. "Aku gamau batagor..."
Aku langsung mengganti suapannya dengan siomay. "Siap tuan putri."
Irene membuka mulutnya dan menerima suapanku tanpa berganti posisi, alias dia masih asik liatin story Instagram temennya. Aku ga peduli, yang penting dia mau nerima suapanku sampe isi piring habis.
Setelah habis, aku membereskannya dan mencucinya lalu kembali duduk didekatnya. Aku tak berani duduk terlalu dekat dengannya karena kami baru saja bertemu setelah seminggu putus. Jadi ya memang tidak ada alasan untuk bertemu dengannya selain mengembalikan kemeja miliknya.