Hari-hari Soobin berubah. Tenang, damai seperti air danau. Tak ada riak, apalagi gelombang.
Ia tak perlu cemas dan mengkhawatirkan nasib pinggang dan dagunya lagi. Sebab, pelaku utama dari gangguan itu sudah tobat.
Setidaknya itu yang terjadi sejak semalam Yeonjun bersama sepupunya datang ke apartemen Soobin.
Hingga bel sekolah usai, tak didapati sama sekali sikap aneh Yeonjun kepadanya. Bahkan siswa paling tampan seantero sekolah itu terlihat menjauh dan menjaga jaraknya dengan Soobin sejak memasuki kelas.
Soobin merasa lega, tapi juga merasa ada sesuatu yang kurang di kesehariannya. Ia mencuri pandang dari belakang saat mereka ke luar dari kelas untuk pulang.
Yeonjun terlihat asyik mengobrol dengan satu geng wanita cantik yang jadi primadona sekolah. Mereka bercanda bahkan sambil melakukan kontak fisik, seperti saling pukul manja, dan cubit-cubitan
Soobin pura-pura tak perduli, tapi sungguh ia merasa terganggu melihat itu semua. Soobin mempercepat langkah menuju halaman sekolah, melewati Yeonjun dan para gadis cantik dan sexy itu.Tanpa disadarinya, salah satu dari mereka menahan lengan Soobin. Menarik tubuhnya mendekat.
"Hai, manis! Kau dengar tidak, kita selalu digosipkan berpacaran di kelas, padahal kita tidak dekat sama sekali. Justru Yeonjun yang sering menggodamu dan sepertinya menyukaimu. Benar tidak?" gadis berponi, berbibir sexy bernama Lisa berbicara sambil merangkul bahu Soobin.
"Ya ... itu benar!!!" terdengar seruan persetujuan dari teman-temannya.
"Sekarang tidak lagi," jawab Yeonjun santai.
"Aku lebih suka gadis-gadis cantik seperti kalian!!" seru Yeonjun, sambil mencolek dagu mereka satu-satu, yang disambut teriakan manja dari mereka.
Yah, siapa yang tak senang disukai most handsome in the school. Lisa, Rose dan Jennie tentu bahagia bisa dekat dengan Yeonjun.Soobin merasa jengah, sepertinya ia cemburu parah. Tapi pemuda manis itu mana bisa membedakan rasa cemburu dan rasa kesal.
Ia berlalu secepat mungkin dari hadapan Yeonjun, setelah membebaskan diri dari rangkulan Lisa.
Soobin hanya ingin sampai ke apartemen lebih cepat dan bertemu hyungnya..
.Beberapa hal yang sebenarnya ingin kita lakukan tapi tak bisa kita lakukan. Sebaliknya hal yang kita hindari justru itu yang terpaksa harus kita jalani.
Jeon Jungkook memegang sepatula, mengaduk-aduk udang bumbu pedas manis yang baru saja ia tuang ke wajan. Tapi pikiran Jungkook berada di tempat lain.Di rumah bordir Jimin, sedang memikirkan nasibnya. Ia tidak ingin selamanya menjadi pria penghibur. Jika bisa, ia ingin berhenti secepatnya dan tak perlu khawatir tentang adiknya. Ia ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, apapun yang lebih layak dari sekedar menjilati sperma.
Jeon Jungkook terkejut dan sadar dari lamunannya saat suara pintu apartemen dibuka, disusul suara langkah sepatu kets yang berlari ke arahnya.
Wajah cantik adiknya, dengan mata yang sama, dan gigi kelinci yang mirip dengan Jeon Jungkook, menyembul dari balik kayu pembatas ruang tamu dan dapur.
"Hyung, aku pulang!!"
Jeon Jungkook berbalik, dengan cepat menyembunyikan raut resah di mukanya."Mau makan siang?" tanya Jungkook dengan senyuman.
Saat Jungkook sadar tentang makan siang yang ia tawarkan, udang di wajan sudah berubah kecoklatan, dan cabe-cabe serta bawang di sekitarnya berubah jadi hitam. Masakannya gosong.
Soobin mengais-ngais udang di antara bawang yang gosong. Mencari warna kulit udang yang tak terlalu gelap.
"Ini masih bisa dimakan, hyung."
Soobin nyengir, menampilkan deretan gigi lucunya, menenggelamkan matanya menjadi lekukan bulan sabit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Debt Collect Sex (Tamat Di Pdf)
ФанфикSepanjang sejarah menjadi pria penghibur, baru kali ini ada seorang pelanggan yang ngutang, setelah menghabiskan tiga jam bercinta dengannya. Jeon Jungkook tertipu pada penampilan pria itu yang seperti seorang CEO. Jungkook bersumpah untuk terus men...