Meet you

6 0 0
                                    

Aku berlari terburu-buru menyusuri koridor sekolah, sembari melihat jam mungil yang melingkari pergelangan tangan ku, jam menunjukkan pukul 07:10. Aku sudah telat 10 menit, tanpa pikir panjang aku lari menuju ruang kelasku.

BRAK

Ku lempar tas berat yang ku pikul keatas meja.

"Ih Sahna ngagetin orang aja sih" kesal nya.

Aku tersenyum, dan meminta maaf kepada Hanni. Dia teman sebangku sekaligus sahabat karibku.

"Loh ibu nya belum masuk?" Tanyaku

"Dapat kabar dari ketua kelas ibu nya ngak masuk jadi kita jam kosong sekarang" Jawab Hanni

Aku kesal sekaligus lega, jika tahu bahwa guru killer tersebut tidak dapat hadir mungkin aku tidak akan berlarian di koridor sekolah tetapi aku juga lega setidaknya aku tidak akan di hukum karna telat 10 menit.

Hanni kembali tertidur di meja nya, sedangkan aku yang ku lakukan adalah mengambil handphone dan juga earphone yang selalu ku bawa, ku sumbatkan earphone yang berwarna purple itu ke telingaku.

Ku keraskan volume untuk meredam suara berisik yang di timbulkan oleh teman-teman sekelasku.

Versace on the floor
Oooh take it off for me, for me, for me, for me now, girl, mengalun pelan.

Versace on the floor lagu dari Bruno mars yang di rillis pada tahun 2016 mengalun pelan, sembari diriku mengontak-atik handphone yang ada di genggamanku.

Kulihat teman sekelasku berlarian masuk ke dalam kelas dan duduk di tempat mereka masing-masing. Belum sempat aku bertanya ku lihat pak Hartono memasuki ruang kelas, ku bangunkan Hanni yang ada di sampingku.

"Han, bangun" kataku sambil mengoncang tubuh Hanni pelan.

Hanni bangun dan kaget saat melihat pak Hartono sudah berdiri di depan kelas.

Hanni melotot ke arahku. "Kok ngak ada yang bilang kalo pelajaran ibu Tika di ganti sama pak Hartono?" Pekik nya tertahan.

Aku hanya mengangguk mantap menyetujui perkataan Hanni.

Tetapi tunggu.

Pak Hartono memasuki kelas tidak sendirian, beliau memasuki ruang kelas dengan seorang anak laki-laki.

Huh, dia siapa? Tanyaku dalam hati.

"Saya membawa teman sekelas baru untuk kalian, dia siswa pindahan mohon kalian bisa berteman baik dengan dia. Dan kamu, silahkan perkenalkan diri kamu." Suruh pak Hartono.

Anak laki-laki itu maju dua langkah dan menatap ke depan dengan tegap, aku bisa melihat dengan jelas wajahnya dia tampan tetapi sorot mata nya begitu tajam dan juga garis muka nya sangat tegas.

"Perkenalkan nama saya Nevano Raden Wijaya, pangil Evan aja" ujarnya.

Ku lihat teman sekelas ku berbisik-bisik kecil, entah siapa Evan ini yang ku lihat reaksi teman sekelasku berbeda ada yang kagum ada juga yang seperti meremehkan.

"Baik Evan silakan duduk di bangku pojok kanan bapak harap kamu betah disini ya." Ujar pak Hartono sambil menepuk pundak Evan.

Evan mengangguk dan segera berjalan menuju bangkunya, saat melewatiku mata kami sempat bertemu tetapi hanya sebentar karena aku segera memalingkan wajahku.

°°°°°°°°°°

Aku dan Hanni berjalan menuju kantin untuk membeli beberapa cemilan dan juga minuman setelah itu kami akan ke sebuah ruangan besar yang sering di kunjungi oleh para siswa siswi di sekolah ini.

Garis Takdir Evan ||  Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang