52. Penyangkalan Bodoh

373 33 6
                                    

"AKHIRNYA penderitaan gue kelar juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AKHIRNYA penderitaan gue kelar juga. Nih, udah gue bawain! Jangan ngerengek lagi lo ya!"

Bingkisan berbentuk kotak dengan warna krem itu mampu membuat Carissa setengah berlari dari balik monitor kasir. Tanpa melepas celemek yang menempel di tubuhnya, dihampirilah sang kakak yang datang dengan langsung mengambil posisi duduk tak jauh dari pintu masuk. Nathan menyilangkan kaki, sangat jelas ia memasang wajah masam, serta pandangan sesal yang mengarah penuh pada adiknya. Rupanya kedatangannya ke toko hari itu memang penuh dengan unsur paksaan.

Berbanding terbalik, Carissa malah begitu terlihat sumringah. Rambut panjang yang dikuncir kuda itu seolah menari-nari menunjukan betapa riuh suasana hatinya kala Nathan datang membawa barang yang sudah sangat lama sekali ia inginkan. Dan tanpa tunggu lama, Carissa langsung membuka dan mengecek isi dari kotak yang Nathan sudah letakan sejak tadi di atas meja.

"Kalau tau bakalan dibeliin mah ngapain gue repot-repot pake nabung segala dua bulan ini, BTW makasih ya Nat!" tutur Carissa gembira sambil memandangi segala sisi tas slempang berbahan kulit dari salah satu merk ternama itu.

"Heh, nabung itu wajib! Jangan isinya hura-hura aja hidup lo, manusia hidup itu harus punya planning. Kebanyakan maen sih lo, jadi ngikutin nafsu belanja mulu!" selak Nathan dengan tatapan kesal karena merasa sudah dirampok saldo tabungannya oleh sang adik.

"Lagi ngomongin diri sendiri ya Pak?" ledek Carissa tanpa melepas pandangan dari tas yang masih ia usap-usap pelan. "Minimal udah punya pacar kalau mau ngatain hidup gue nggak ada planning. Atau minimal tobat beli printilan motor kalau mau ngeledekin gue demen belanja mulu. Lagian gue kan dapet ini dari lo tuh nggak gratis!"

"Yaelah Rissa... Di mintain tolong ngaterin motor doang aja berasa kayak abis nganterin dokumen rahasia negara aja lo!"

Kali ini Carissa berbalik menatap Nathan dengan bibir merengut. Sore menjelang malam, situasi toko bakery & cafe yang dikelola olehnya itu kebetulan sedang lengang. Sehingga Carissa bisa meninggalkan pekerjaannya di balik mesin kopi untuk menyambut Nathan sebentar. "Mikir dong Nat, waktu itu kalau nggak ada gue, mau siapa lagi? Secara anak buah lo pada training semua! Apa sih susahnya bilang makasih, heran deh dari dulu itu gengsi nggak ilang-ilang."

Nathan bersedekap, ia tak tampak berniat untuk menimpali lagi ocehan Carissa yang memang benar adanya. Pria itu sadar betul kalau dirinya memiliki mulut tajam yang biasanya ia gunakan untuk melibas kelakuan-kelakuan anak buahnya yang kadang membuat pusing kepala, tapi jika berhadapan dengan Carissa, Nathan memilih mengalah diam. Sebab, gadis itu tidak akan berpikir dua kali untuk melontarkan fakta-fakta yang bahkan Nathan tidak sadari sebelumnya.

"Emang Denis itu siapa lo sih Nat? Gebetan ya? Selama gue tau lo, gue nggak pernah nganterin kue sebanyak itu ke satu tempat. Mentok-mentok dua atau tiga box chiffon cake buat customer lo. Yang ini beda nih, hampir semua menu gue pagi itu dari muffin, croissant, bluberry pie sampe sandwich lo borong. Siapa Nat? Ayolah Nat... ceritain ke gue dia itu siapaaa?!"

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang