Seorang balita berusia kurang dari tiga tahun sedang sok tau dengan duduk bersilah di depan adik perempuannya.
"Iyaayaa" ucapnya memanggil-manggil adiknya sembari sesekali mendekatkan wajahnya untuk melongok sang adik
"Berasa udah gede yaaaa, ngemong adeknya" ucap Erik yang duduk di samping Arka. Laki-laki itu menarik bantal di dekat Arka lalu dia letakkan di atas paha.
"Adem banget kehidupan gue isinya bayi-bayi gini" ucapnya lagi
"Lebih adem kalau nyumbang bayi juga sih" suara celetukan itu membuat Erik menoleh ke belakang.
"Masuk lewat mana lo?" Erik melempar bantal yang dia pegang ke arah seseorang yang berdiri di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan teman seperjombloannya ; Roni
"Kan ada pintu"
"Kok bisa masuk, lo harusnya melewati ring 1 dulu, rumah gue nih eksklusif" kata Erik
"Yaelah bodyguard lo juga bosen kali tiap hari meriksa gue mulu. Noh pak botak kalau gue kesini pasti langsung menghela napas, dia pasti mikir, kalau lo gak punya temen lain selain gue"
"Ya emang, lo juga mau karena gue bayar" kata Erik
"Hahahahahah nah itu lo tau"
Mereka duduk diantara bayi-bayi yang sedang mengobrol.
"Tuan muda, main ke kedai dong, biar makin rame pengunjungnya" kata Roni
"Kurang ajar lo! Lo pikir ponakan gue penglaris?"
"Ya emang iyak, kalau update ada tuan muda di kedai tuh langsung rameee bgt rang orang datang, omset naik, wuuusss. Main yuk tuan muda, sekalian liat cabang kedai baru, atau sekalian jumpa fans deh" celetuk Roni lagi
"Sekarang udah fix deh, orang-orang pikir, kedai kopi tuan muda itu punya Arka"
"Hahaha, tapi ya baguslah, lo gak kena star syndrome karena populer, kalau yang populer bayi mah aman"
"Tapi ntar gedean dikit, ni Arka tau bapaknya siapa, opanya siapa, emaknya siapa, waah gawat, bisa hedoon ntar dia"
"Hahahhahah kalkulator aja ampe eror kalau buat ngitung duit bapaknya" ucap Erik dengan sisa masih tertawa.
Tak lama, Andin menyusul, dia tersenyum melihat Roni,
"Udah gak usah minta foto, lagi jelek" kata Andin sembari menggoda Roni yang sering minta foto dengannya padahal selalu bertemu hampir setiap hari
Erik tertawa, begitu juga Roni.
Wanita itu berjongkok di depan anak pertamanya,
"Mama bawa adek masuk kamar dulu, boleh? Nanti main lagi"
"Iyayaaa?"
"Iya, adek Adzkia nya mama bawa dulu sebentar, biar mandi dulu, boleh ya, abang"
"Iyaaa"
"Iyaaa. Baik banget sih"
"Biar main sama aku mbak" kata Erik
"Nitip sebentar ya, main sama uncle Erik sama uncle Roni ya, yang baik, oke"
Arka dengan sok seperti anak besar mengangguk sembari tersenyum.
"Ini mah cocoknya pakde, bukan uncle" kata Roni sembari memukul pelan punggung Roni
"Lu mah ye, dari dulu gak ikhlas bet gue punya panggilan keren"
"Gak cocok muka lo"

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night : The Last Journey
FanfictionThe last story of Aldebaran Admaja and Andini Alexandra. UPDATE EVERY MONDAY!! // *** Andin harus menjalani operasi caesar dan melahirkan bayinya yang baru berusia tujuh bulan dalam kandungan. Hal itu terjadi karena suatu hal yang tidak pernah dia...