Naruto mungkin benar. Ia terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengejar pendidikan dan belajar banyak hal. Selain itu, kisah asmara dan segala tetek-bengeknya tidak terlalu ia pedulikan. Tidak sama sekali. Bukan berarti ia tidak tertarik pada perempuan, Sasuke hanya ingin fokus pada tujuannya.
Sasuke merasa tidak nyaman ketika para pria kembali membahas betapa Sakura berhasil merebut atensi semua orang di sini. Selain dari marganya yang besar, penampilan gadis itu sesuai yang mereka bicarakan. Cantik, berkelas, dan sinis. Dari jarak sejauh ini, Sasuke bisa melihat bagaimana paras itu bersinar. Riasannya tidak terlalu tebal, tetapi cukup membuatnya tampil sesuai dengan tema pesta malam ini. Ekspresinya terlampau biasa-biasa saja, justru terlihat datar. Hal yang justru membuat dirinya begitu penasaran.
Haruno Sakura sangat kaya dan juga jelita. Semua orang sepakat, keluarga Haruno selain diberi kemampuan otak mumpuni, juga genetik rupa yang sempurna. Mungkin para pria akan menempel seperti lebah pada madu.
"Kau tidak berniat mengencaninya, Sasuke?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, alis tebal Sasuke tertaut. Kepalanya berpaling hanya untuk menatap pada Naruto.
"Kau sedang melamun rupanya," celetuk Naruto lagi disertai seringai. "Bagaimanapun juga, selama ini Sakura tidak tersentuh. Sama halnya dengan dirimu. Kalian terlihat cocok satu sama lain."
Sasuke berdehem. Lekas meneguk sampanye terakhir dan mengendik pada Naruto. Sahabatnya itu tampak berapi-api dalam mengagumi gadis itu. "Kau sendiri berniat mendekatinya?" Sasuke bertanya.
"Aku merasa seperti membunuh diri," kata Naruto pahit. "Tapi kalau Sakura tertarik padaku, aku mungkin siap mengarungi samudra untuk bisa bersamanya."
Jawaban dari Naruto membuatnya mendengus. Rasa mulas menggerogoti Sasuke seperti rayap pada
kayu. Dia tidak percaya akan mendengar hal seperti itu dari mulut sahabat pirangnya tersebut.Dalam benaknya bertanya-tanya, apa yang membuat Haruno Sakura nampak bersinar sekaligus misterius. Semua orang bahkan memujanya. Tidak lain juga pada perempuan. Beberapa orang menjadikannya panutan, sebagian lagi membenci karena rasa iri. Manusia dengan dua sisi kepribadian, pikir Sasuke murung. Memainkan gelasnya dan memandang sekitar.
Seorang gadis cantik bersurai gelap melambai dari meja minuman. Gaun selutut berwarna ungu gelap lembut miliknya berkibar seiring langkahnya mendekat. Itu Hyuga Hinata. Putri sulung dari pemilik real estate terkemuka di jepang. Ayahnya seorang milyuner yang membangun banyak tempat pariwisata bernilai milyaran dolar pertahun. Gadis itu cukup dekat dengan Naruto. Mereka pernah berada di organisasi yang sama ketika masih berkuliah. Secara pribadi, Sasuke tidak mengenal gadis itu secara spesifik. Kedekatannya dengan Naruto 'lah yang membuatnya beberapa kali berinteraksi dengan Hinata.
Naruto memberi seringai. "Hinata terlihat panas malam ini," Bisik Naruto padanya. Sasuke menghela napas. Mendapati dirinya mulai tidak senang dengan pembahasan yang di bawa Naruto. Ia mencium aroma anggur dari tepi gelas. "Aku sama sekali tidak tertarik." Balasnya acuh.
"Halo." Hinata menyapa mereka dengan ramah, suaranya lembut mendayu dengan pipi yang nampak merona, menambah kesan manis pada gadis itu.
"Hai, Senang melihatmu lagi, Hinata. Apa kabar?" Naruto membalas dengan riang.
Sasuke tidak terlibat percakapan penuh canda antara Naruto dan Hinata. Ia lebih suka merenung, melamun dan larut dalam pikirannya sendiri. Meski kadang Hinata mencoba menariknya dalam obrolan dengan sesekali menanyakan sesuatu padanya. Ia hanya membalas seadanya tanpa berniat masuk lebih dalam pada pesona gadis itu yang menurut Naruto begitu manis sekaligus seksi. Ia jelas melihat ketertarikan di mata gadis itu padanya. Dan ia tidak berniat memperdulikannya. Sampai pada suara terkesiap yang cukup keras. Naruto disampingnya mulai berbisik.
"Haruno Sakura berjalan ke arah sini." Dan saat gadis itu menunjukkan eksistensi dirinya yang nyata di dekatnya, Sasuke hampir tidak bisa membedakan mana realita dan mimpi. Haruno Sakura beribu kali lebih menggoda ketika di lihat dari jarak dekat.
"Oh, itu dia! Sakura kemari! Astaga. Dia peri atau apa? Cantik sekali."
Sasuke bisa mendengar suara dari beberapa kelompok pemuda yang dilewati oleh Sakura. Pria-pria itu dengan terang-terangan memuja Sakura. Onyx-nya melihat ada beberapa teman-teman semasa kuliahnya yang merapat seperti barisan para semut pada ratunya. Terasa agak menjengkelkan dalam pandangannya.
"Sakura, ya?" Hinata bergumam pelan ketika melihat gadis itu berjalan mendekat pada mereka.
"Hai,"
Hinata mencoba menyapa ramah, dan Sasuke terkejut akan hal itu. Saat Sakura menoleh, mengangkat sebelah tangan dan memberi senyum tipis. "Hai, Hinata 'kah?"
"Dia ramah sekali!" Naruto berdecak kagum. Dan Sasuke mulai memutar mata malas. Saat pandangannya menyapu semua barisan dan melihat seorang pria dewasa bersurai perak menyusul di belakang Sakura, meminta beberapa kelompok pemuda agar membubarkan diri sebelum Sakura merasa tidak nyaman.
Sasuke memberi seringai puas ketika mata mereka bersinggungan. Onyx dan emerald tampak saling membelenggu. Mata yang sangat indah, teduh, menenangkan namun juga meresahkan disaat bersamaan. Ini pertama kali baginya menatap lawan jenis selama lebih dari lima detik, terkecuali perempuan itu adalah ibunya. Hal paling mengejutkan bagi Sasuke adalah ketika Sakura sama sekali tidak terlihat terperdaya atau merasa tertarik padanya. Berbeda dengan perempuan-perempuan lain di dalam ruangan ini. Semua bereaksi karenanya. Dan Sakura masih sedatar, kaku dan tampak dingin. Sasuke seperti kehilangan suaranya secara mendadak sekarang.
Naruto berceletuk. Membuat emerald itu melepas tautannya secara paksa dari sang onyx. "Ayo, kita cari tempat duduk. Rasanya pegal juga terlalu lama berdiri. Usia memang bicara realita." Ajaknya.
Hinata menahan tawanya dengan anggun. Menarik lengan Sakura dengan lembut untuk duduk di sampingnya. Setelah Naruto menemukan tempat paling nyaman untuk mereka duduki dalam pesta ini. Dua gadis itu berbincang seperti layaknya teman lama yang baru di pertemukan kembali. Sementara itu, Sasuke masih berdiri membisu. Tidak sama sekali bergerak dari tempatnya berdiri. Tangannya memutar-mutar gelasnya tanpa arah. Membiarkan matanya yang tajam menganalisa Haruno Sakura.
Gadis itu yang dipandang kagum oleh semua orang yang ada di pesta. Pesonanya bahkan mengalahkan pesona Hyuga Tenten, selaku mempelai wanita pada pesta ini. Jelas pesta ini bukan 'lah miliknya. Tapi keberadaan Haruno Sakura mampu menyedot perhatian seluruh tamu undangan yang hadir. Tak terkecuali Uchiha Sasuke. Pria yang selama ini selalu bersikap apatis terhadap sekitarnya itu mampu dibuat begitu penasaran oleh sosok gadis pemilik nama terindah di jepang tersebut.
Siapakah sebenarnya Haruno Sakura? Hal magis apa yang dimiliki oleh gadis bermahkota merah muda itu, hingga hanya dengan sekali melihatnya saja sudah mampu membuat Uchiha Sasuke berdebar hebat. Sesuatu seperti menghantam kepala bagian belakangnya. Ia dapat merasakan dadanya berdenyut nyeri ketika wajah itu balas menatapnya dengan dingin tanpa ampun.
"Siapa sebenarnya dirimu, Sakura?"
.
.
.
TBC
Nyebelin banget yaa... MLS aja belum kelar, udah menetas lagi satu bayi prematur.
Sebenarnya ini tuh mau aku simpan di draft, paling gak sampai MLS kelar. But, setelah ku pertimbangkan lagi MLS juga udah menuju ending. Yodah aku up sekarang aja.
Huhuuu, maaf ygy......
Jangan lupa tinggalkan vote dan comment kalian😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
FanfictionSASUSAKU fanfiction © Short story Naruto © Masashi Kishimoto WARNING!! 18+ bagi yang belum legal harap menjauh.