Bicara

10 6 0
                                    

Merasa tidak fokus dengan materi di depannya Fashakira izin meninggalkan kelas, entah sudah yang ke berapa kali dia melakukan hal seperti ini. Pikiran gadis itu begitu kalut, dia melangkah ke arah wastafel di dalam toilet dan membasuh wajahnya kasar. Menatap dirinya di depan cermin menahan butiran bening yang sebentar lagi membasahi wajah berseri itu.

"Kenapa sikap lo itu sama sekali ga bisa gue pahamin sih, kadang gue dibuat jatuh cinta seolah-olah lo emang di takdirin buat gue, entah disengaja atau engga lo juga nyakitin gue Arvino!" Dia menangis sambil memegang erat tepi wastafel. Huufth semoga saja tidak ada yang mendengar ataupun melihat dirinya seperti ini.

Setelah puas menangis dia merapihkan penampilan yang sedikit berantakan. Menguatkan seluruh hati dan jiwanya lalu membawa tubuh tinggi itu meninggalkan tempat senyap tadi.

SIAL!

Takdir apa yang membawanya pada keadaan seperti ini setelah puas mengeluarkan yang menyesakan hatinya kini gadis itu melihat metafora masalah berada di depannya.

Fashakira berusaha tidak melihat apapun dia berjalan lurus walaupun perasaan itu kini muncul kembali apalagi ketika wangi parfum milik Arvino menguar sampai dia bisa merasakan aroma itu.

"Tunggu Caa!" suara berat itu menghentikan langkah Fashakira.

Egonya terlalu tinggi dengan bersikap acuh ternyata salah. Dia ingin Caa kembali ke dalam hidupnya.

Fashakira diam untuk beberapa detik, menyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja lalu setelah itu berani menatap lelaki yang begitu memporak-porandakan seluruh jiwanya. Dia adalah Arvino Danendra berawal dari teman masa kecil yang kemudian membawa mereka pada perasaan yang tidak seharusnya muncul setelah remaja namun kenyataan tidak seperti itu. Fashakira telah lebih dulu jatuh cinta pada Arvino sebelum lelaki itu pergi meninggalkan kota ini.

"Kenapa? Gue ga bisa lama-lama di luar masih ada guru di kelas," ujarnya datar.

"Ada yang pengen gue omongin berdua sama lo setelah pulang sekolah nanti." Melihat raut wajah Fashakira, Arvino berusaha menetralkan atmosfer di sekitar mereka.

"Okey, kalo gitu gue balik ke kelas dulu." Fashakira berjalan meninggalkan Arvino yang diam menatap punggung gadis itu pergi.

"Arrgh ini ga kaya yang gue bayangin!" Dia menendang kursi yang tepat berada disampingnya.

"Lo kenapa kusut gitu Vin?" Entah darimana datangnya Bisma yang tertawa menghampiri Arvino.

Arvino melirik ke arah Fashakira yang menaiki tangga.

Seolah paham apa yang dikatakan Arvino, "Oh masalah hati, take care your time bro!" Setelah itu dia memasuki toilet.

Arvino menyusul Bisma yang sibuk dengan kertas lipat ditangannya.

"Ngapain? Sibuk banget keliatannya." suara Arvino mengejutkan aktivitas Bisma.

Lembar Jawaban Fisika No. 5

"Wah Bis parah lo nyontek gue bilang-"

Bisma meletakan jari telunjuknya di bibir Arvino, "Jangan dong Vin! Nih gue bagi juga buat lo." Dia membagi kertas satu lagi untuk Arvino.

"Bagus juga niat lo buat catatan segini banyak," Arvino terkekeh melihat Bisma yang ketakutan tindakannya itu akan ketahuan lalu menepuk bahu temannya itu. Padahal tanpa Bisma kasih tahu pun Arvino bisa menjawab soal nanti.

Lagi-lagi tingkah Bisma memang hiburan tersendiri untuk Arvino yang tadi sempat merasakan atmosfer tegang karena bicara dengan Fashakira. Tidak ingin guru dikelas curiga kedua lelaki itu berjalan beriringan memasuki kelas.

Siswi di sekolah Bhinneka begitu menganggumi Arvino dan temannya. Menjadi kekasih salah satunya adalah kebahagiaan untuk mereka. Pernah suatu ketika saat mereka berada di kantin seorang siswi dengan make up tebal datang memberikan cokelat untuk Arvino juga secarik kertas yang berisi pesan ajakan makan malam mewah tapi bukan Arvino namanya jika mengizinkan siswi itu mendapatkan kesempatan. Arvino merobek kertas itu tepat dihadapan pemberi dan cokelat itu habis dimakan temannya.

Siang ini begitu terik, makan es krim adalah hal pertama yang Fashakira inginkan sekarang. Lelaki dengan helm full face  berhenti di hadapan gadis  yang sedang mengibaskan tangan diwajahnya.

"Naik!" perintah lelaki itu.

Dari suara Fashakira bisa mengenali kalau itu adalah Arvino dia pamit dan melambaikan tangan ke arah temannya tanda dia akan pergi dengan lelaki itu.

Teman Fashakira mengerti keadaan pelik ini, berpikir mereka harus meluruskan apa yang terjadi saat ini.

"Berenti dulu di tempat es krim depan sana!" perintah Fashakira.

Arvino memelankan laju kendaraannya. Setelah sampai dia mengikuti gadis itu memasuki outlet es krim.

"Rasa choco mint satu ya kak." ujar Fashakira ramah.

"Satu lagi rasa cokelat." suara Arvino membuat Fashakira refleks menoleh.

"di rooftop masih ada tempat kosong kak?" tanya Fashakira.

"Masih, silakan!" ujar pramusaji lalu memberikan pesanan itu.

Fashakira berjalan mendahului Arvino tempat yang menjadi spot kesukaan gadis itu kosong dia segera menempati. Ini sangat menenangkan, duduk di bawah pohon yang menutupi teriknya matahari siang ini dengan cup kecil es krim sungguh perpaduan yang menenangkan.

Arvino memerhatikan kegiatan Fashakira memakan es krim seperti anak kecil. Untung saja disana ada tisu dia mengelap sisa es krim yang mengotori mulut Fashakira.

Fashakira terdiam dan tatapan mata indahnya bertemu dengan mata elang Arvino. Mengunci pandangan satu sama lain lalu Arvino meniup rambut Fashakira yang berantakan.

"Udah ngeliatinnya?" ujar Arvino memecah keheningan saat ini.

Sungguh! Fashakira salah tingkah sekarang ingin menceburkan dirinya ke kolam renang.

"Siapa juga yang ngeliatin!" Fashakira membuang pandangan ke kiri.

Arvino sangat gemas melihat tingkah Fashakira sekarang rasanya ingin menggigit bibir yang mengerucut itu.

"Jadi, gue mau ngomong hal ini sama lo-" Arvino menatap ke arah Fashakira gadis itu menatap ke arah lawan bicaranya.

"Gue udah putus sama perempuan itu."

"Mau lanjut atau putus bukan urusan gue!" Fashakira mengalihkan pandangannya ke arah jalan.

"Maaf udah buat kamu berpikiran yang engga-engga tapi aku harus ngomong sekarang."

Apapun yang terjadi Fashakira sudah siap sekarang dia menatap Arvino serius. Dan? Apa tadi? Arvino mengganti kata lo jadi kamu?

"Aku ngelakuin ini karena ngelindungin kamu dari Brianna yang bisa saja celakain kamu kapan aja. Dia terobsesi banget buat jadi pacar aku akhirnya dia punya pilihan antara kamu yang akan dia celakai atau sepupunya jadi pacar aku."

Fashakira mengernyitkan keningnya bingung dan gadis itu juga tidak pernah melihat Arvino selemah ini.

"Kenapa bukan Brianna aja yang sama kamu malah sepupunya?"

Ya, Arvino sudah menyiapkan jawaban ini untuk Fashakira.

"Kalo aku sama Brianna, dari awal pun aku udah ga suka sama perempuan itu bisa jadi masalah yang serius terjadi dan buat kita lebih jauh lagi dari kemaren akhirnya opsi kedua aku pilih buat ngelindungin kamu." ungkap Arvino.

"Terus kalo gitu kenapa putus katanya mau ngelindungin aku?!" tanya Fashakira marah tidak disangka kalau Arvino mengusap kepala Fashakira agar tenang.

"Aku tau kejadian waktu mobil Inggrid hampir di tabrak Brianna karena waktu itu lagi balapan sama temen dan ternyata ada kamu di dalamnya. Dia engga nepatin janjinya. Setelah itu, aku memutus semuanya aku juga sakit kamu juga pasti akan lebih tersiksa."

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang