SIAPA YANG SALAH?
*****
Diam Seribu bahasa, mulut tertutup rapat. Aretha saat ini duduk di mobil bersama Barra.Pikirannya kacau meskipun raganya setenang air danau. Aretha sesekali melirik Barra diam-diam Ia takut tiba-tiba Barra berteriak padanya.Aretha ingin meluruskan masalah ini dengan Barra secepat mungkin. "Kak,,," panggil Aretha hati-hati
"Diem,,, di rumah aja" Barra menahan emosinya.
Aretha kembali menutup rapat mulutnya. perjalanan ke rumah masih jauh, gue gak mau terus canggung kaya gini,hati gue gak tenang. batin Aretha memikirkan cara agar bisa membicarakannya saat ini juga.
Aretha menarik napasnya perlahan masih berusaha berbicara pada Barra. " Kak foto-"
Tinnn...
"Gue bilang diem ya diem!" Barra memukul setir mobilnya keras hingga menimbulkan suara klakson yang tiba-tiba.
Aretha benar-benar terkejut dengan tindakan Barra begitu juga dengan orang yang berada di dekat mobil mereka. Ia menyesal telah membangunkan macan tidur di sebelahnya ini. Kali ini Aretha memutuskan untuk tetap diam sampai Barra sendiri yang memulai pembicaraan mereka nanti.
Aretha menatap jalanan di depannya. Tetap saja perasaan Aretha tidak enak. Sejak pertemuan mereka dengan Bu Rina di sekolah, Aretha merasa aneh dengan sikap Barra. Barra tampak tenang mendengarkan nasihat Bu Rina bahkan sesekali Barra tersenyum dan mengusap lembut pucuk kepala Aretha. Aretha tidak pernah melihat Barra bersikap selembut ini. Untuk sesaat Aretha merasakan kehangatan yang sangat Ia inginkan.
Tapi hatinya kembali tidak tenang Aretha merasa mungkin Barra bersikap seperti itu hanya karena ada Bu Rina. Bu Rina percaya dengan penjelasan Aretha. Apa Barra juga akan percaya padanya Itu sebabnya dia bersikap lembut padanya.
Ia berharap Barra tidak memarahinya saat tiba di rumah nanti. Jika benar dia tidak marah, Aretha yakin bahwa dia memang adik dari mereka. Gak mungkin Aretha anak pungut seperti yang Clara dan teman-temannya katakan.
_____
Di tempat lain,Gilang tidak berhenti gelisah bergerak seperti setrikaan setelah melihat foto dirinya dengan Aretha beberapa hari lalu.
Sarah sudah pusing melihat kelakuan satu adiknya itu yang tidak mendengarkannya untuk duduk dan berpikir tenang.
Gilang merasa bersalah pada Aretha. Ia yakin setelah ini Aretha akan dirundung lagi terlepas dari benar atau tidaknya gosip ini. "Teman-teman Aretha sudah membenci Aretha dan gosip ini akan membuat Aretha semakin terganggu kak" Gilang masih mondar-mandir tak karuan.
"Ditambah hubungannya dengan Akhtar dan Aidan yang masuh belum membaik" kini Gilang berehenti dan menatap kosong ke arah lantai.
Semakin lama Gilang semakin memikirkan hal-hal aneh akan terjadi pada Aretha. Ia ingin memastikan keadaan Aretha saat ini. Tapi Ia tidak tahu harus kemana.
Gilang kembali mondar-mandir gelisah.
Harusnya gue gak sedeket itu sama Aretha..
harusnya gue sadar di sekolah masih bnyak yang benci Aretha! Siapa sih yang fotoin gue sama Aretha?!
Aretha? dia pasti kacau banget. Akhtar,Aidan reaksi mereka?.batin Gilang frustasi mengacak-acak rambutnya yang sudah basah dengan keringatnya sendiri."Gilang!Stop!" sarah sudah tak bisa menahan kekesalannya melihat kegelisahan Gilang
Gilang menghentikan kegiatannya menatap sarah dengan tatapan sendu. "Kak..." Air mata gilang lolos mengalir ke pipinya.Gilang menghampiri sarah dengan jalan yang sempoyongan dan memeluknya."Ini semua salah gue..."lirihnya di dalam dekapan sang kakak. Sarah mengeratkan pelukannya mengusap punggung adiknya agar sedikit lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA ~END~
Novela Juvenil~Luka yang Tak Sempat Kering~ Ini kisah gadis remaja yang dibenci oleh ketiga kakak laki-lakinya Tidak seperti ekspetasi atau kebanyakan film dimana adik perempuan akan selalu dimanja dan disayang kakaknya ia justru mendapatkan sikap cuek, dingin, g...