17. Dunk Phuwin P1

1.4K 70 11
                                    

Pada saat ini, Dunk sedang berada di titik rendah dimana dia tidak bisa berpikir dengan baik. Ia masih berdiri di kamar pond sudah hampir 5 menit. Dia masih berdiri sama percis seperti terakhir kali pond meninggalkannya. Dunk tidak menangis juga tidak tertawa, ekspresi yang tergambar dalam wajahnya hanya kebingungan akan sesuatu hal. Ia meremas ujung kaos putihnya dengan tangan bergetar.

"A-ada apa denganku?" tanyanya berbicara sendiri. Dunk menarik nafas panjang berkali kali untuk mengusir rasa sesak dalam dadanya yang sedari tadi begitu menusuk.

Huuuuuuhhhhh

Dunk menghembuskan nafas itu secara kasar. Ia mengelus-ngelus dadanya tapi matanya yang memang merah semakin memerah dan panas. Ia menengadahkan kepalanya keatas, ia melihat langit-langit kamar pond. Tidak. Bukan untuk melihat langit-langit itu melainkan untuk menghindari sesuatu. Sepertinya air matanya akan menetes jika ia tidak melakukannya.

"Ya tuhan,Dunk. Ada apa denganmu?" tanya nya menyedihkan.
"Bagaimana ini ? Aku ingin menangis tapi___ untuk apa?"

Huh

"Sakit sekali di dalam sini" ia menundukan kepalanya. Tangan kanannya meremas dadanya yang terasa sakit sementara tangan lainnya mengusap air matanya yang tetap berhasil lolos meski ia sudah berusaha menahannya. Dia terus mengusapnya, semakin ia usap semakin mengalir deras.
Ucapan Pond kembali terngiang di telinganya. "Dia sudah mengakhirinya. Aku..hiks..hiks..
s-sangat senang. " Katanya terisak. Ia berkata senang tapi keadaanya mengatakan sebaliknya. Tubuhnya justru ambruk ke lantai, memeluk kakinya dan kembali menangis.

Sementara itu, Joong sudah menebak dengan apa yang terjadi. Dia berpikir jika Dunk akan segera kembali setelah melihat Pond langsung keluar dari kamarnya karena saat ini Pond sudah berkumpul di ruang latihan bersama yang lainnya. Pond tidak berbicara sepatah katapun ketika melihat Joong, meski Joong ingin berbicara padanya namun pond berkata,"Waktunya latihan, kita bicara saja nanti"

Joong mengangguk. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi Pond yang terlihat sedih dan kacau namun yang Joong ingin tahu adalah kenapa Dunk belum datang?

"Dimana Dunk ?" tanya Sang pelatih yang menyadari jika satu anggota belum hadir.

"Biar aku mencarinya___"

"Tidak usah, Kita mulai saja. Dia mungkin terlambat sedikit. Ayo kita mulai" kata pelatih memotong ucapan Joong.

Joong enggan namun ia tetap harus melakukannya. Ada yang aneh disini.
Ia berpikir jika ketika pond sudah menolakknya maka Dunk akan langsung kembali padanya detik itu juga namun sepertinya ada sesuatu yang salah.

Joong tiba-tiba nekat untuk pergi dari ruangan itu untuk mencari Dunk. Dia berkata  jika dia harus keluar sebentar pada sang pelatih yang sudah menunjukan gerakan pada semuanya. Pelatih itu kembali melarangnya namun joong tidak mendengarkan. Ia tetap berlari menuju pintu ruang latihan, namun saat ia akan memegang knock pintu itu. Dunk sudah lebih dulu membuka pintunya. Dunk tampak kaget karena Joong sudah berada di hadapannya.

"Phi?" lirih dunk

Joong ngos-ngosan, ia melihat raut wajah Dunk yang sedikit berbeda dengan mata yang sedikit bengkak. "Apa kau menangis ? Kenapa? Kenapa kau menangis?!!"

"Apa maksudmu phi---"

"Katakan padaku, kenapa kau menangis ? Apa karena ai'pond menolakmu___"

"Hei! Kalian berdua cepat masuk dan latihan!!" teriak pelatih

"P joong aku tidak menangis. Mataku kelilipan dan apa maksudmu dengan Pond menolakku? Aku bahkan belum bertemu dengannya. Tadi aku tidak jadi menemui___"

"CEPAT!!" teriak sang pelatih lagi.Member lain sudah mulai mengingat gerakan yang di tunjukan pelatih.

"Benarkah?" tanya Joong yang langsung di jawab anggukan . "Benar. Aku belum bertemu dengannya, ketika aku ke kamarnya,dia sudah tidak ada" bohong Dunk.

AFFAIR || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang