Jungkook's pov :
Aku sudah cukup sering mengikuti berbagai perlombaan dan kompetisi menari ketika dulu masih anak-anak. Begitu sering hingga aku tidak ingat berapa kali aku pernah melakukannya. Namun, entah mengapa kali ini terasa berbeda. Aku merasa gugup. Sesuatu yang sangat jarang terjadi. Seolah ini adalah kali pertamaku mengikuti kompetisi semacam ini.
'Aku akan datang terlambat.' Tulis Paman Jimin via chat.
Hal ini semakin menambah rasa gugupku. Kami mendapat urutan tampil ke-12. Sejauh ini, aku sudah melihat banyak peserta yang masuk ke ruang audisi dengan percaya diri dan keluar dengan wajah murung. Kini giliranku tampil sudah semakin dekat.
"Nomor peserta dua belas." Panggil seorang wanita berpakaian formal.
Aku mengangkat tanganku ragu.
"Sebentar lagi giliranmu tampil."
"M-maaf... tapi rekanku belum datang."
"Jika kalian tidak tampil sesuai urutan, kalian akan didiskualifikasi." Ujar seorang pria yang berdiri di sebelah wanita tadi.
"K-kurasa ia akan datang sebentar lagi..."
Keduanya saling bertukar pandang sejenak sebelum mulai kembali sibuk mengamati kertas yang berada di tangan masing-masing.
Pintu ruang audisi terbuka dan menampilkan dua orang peserta nomor sebelas yang baru saja berjalan keluar.
Tamatlah sudah.
"Nomor dua belas?" Wanita itu kembali memanggil.
Aku bangkit berdiri.
"Kau tidak bisa masuk sendirian." Kata si pria mengingatkan.
"Aku tahu... tapi..."
"Maaf aku datang terlambat."
Aku merasakan kelegaan yang luar biasa ketika mendengarkan suara yang familiar itu. Aku menoleh ke arah sumber suara dan dibuat tertegun dengan pemandangan yang kudapat.
Terlihat Paman Jimin yang berdiri di dekat pintu masuk dengan mengenakan leotard dan legging berwarna hitam polos. Aku hampir saja tertawa melihat rambut hitamnya yang kini dipotong model mangkuk terbalik. Well, setidaknya sekarang ia terlihat seperti remaja tujuh belas tahun.
Tepat di sebelahnya, terlihat Bibi Lucy yang kini mengenakan mini dress hijau yang mentereng dan rompi bulu berwarna putih. Tak lupa kacamata hitam nyentrik ciri khasnya bertengger pada hidungnya. Aku sempat bertanya-tanya apa yang sedang ia lakukan di sini hingga yang bersangkutan bersuara.
"Kami baru saja keluar dari salon untuk menata rambut anakku Jiminie. Antriannya cukup panjang sehingga kami datang terlambat. Maaf untuk keterlambatannya." Ujarnya seraya membungkukkan badan 90 derajat.
"Baiklah. Silakan masuk ke ruang audisi sekarang." Ujar pria yang tadi tak acuh.
Paman Jimin- tidak, Jimin berjalan menghampiriku. Dan tersenyum lebar.
"Ayo kita tunjukkan kemampuan kita pada para juri, Kookie hyung."
.
.
.
.
.
"Kukira Hoseok akan memalsukan umurku menjadi 25 tahun. Tapi, ia malah memalsukannya menjadi 17 tahun!" Omel Paman Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Spoon | BTXT [Ongoing]
FanfictieSEQUEL OF "PARTNER" Ketika anak-anak pasangan 'Double Kim' telah beranjak remaja dan mulai menyembunyikan berbagai rahasia dari kedua orang tua mereka.