"Matheo..." ujar Rumi begitu membuka pintu dan melihat sosok Matheo yang kini tengah berdiri di depannya, cowok itu masih mengenakan seragam sekolahnya.
"hai," sapa Matheo dengan senyum ramahnya.
Rumi tersenyum balik, ia menutup pintu rumah dan mengajak Matheo untuk duduk di teras depan.
"lo gak papa, Rum?" tanya cowok itu khawatir.
"I don't know," jawab Rumi lirih.
Kedua matanya masih bengkak dan sedikit memerah, Rumi baru saja berhenti menangis setengah jam yang lalu. Matheo yang prihatin pun menyentuh tangan Rumi yang berada di atas pangkuan cewek itu, ia mengelus pelan punggung tangan Rumi.
"it's fine, kalau lo perlu bantuan bilang aja ke gue," ucap Matheo penuh kelembutan.
"makasih, Mat," ucap Rumi seraya melempar senyum kecilnya, "sorry banget, kayaknya hari ini gue gak bisa datang ke pesta ulang tahun adek lo."
Matheo menggeleng kecil, "gak masalah, sekarang itu prioritasin diri lo dulu, Rum."
Setelah berbincang cukup lama, Matheo pun pamit untuk kembali ke rumahnya, cowok itu melambaikan tangannya ke arah Rumi sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Matheo tak langsung menyalakan mobil begitu ia masuk, dirinya malah mengambil HP-nya yang sedari tadi disimpan di saku celana.
Ia mencari kontak Hanum dan langsung menekan ikon telepon begitu menemukan kontak cewek tersebut.
"kenap—"
"kita harus ketemu sekarang, bakal gue share lokasinya," ucap Matheo cepat, ia langsung menutup sambungan.
***
"gak jelas banget sih nih anak hari ini!" dumal Hanum kesal karena telepon dimatikan secara se pihak begitu saja.
"siapa yang gak jelas?"
Tubuhnya tersentak kaget begitu mendengar suara dari belakangnya, ia berbalik dan semakin kaget menemukan sosok Ruri berdiri di hadapannya. Hanum dengan cepat menyembunyikan HP-nya di belakang tubuhnya.
"lo ngapain? Belum puas sama yang tadi siang?" Hanum melotot tajam disertai dengan nada ketus nya.
"iya," jawab Ruri yang mampu membuat tubuh Hanum kembali menegang, cewek itu perlahan menjauhkan jarak tubuh keduanya agar Ruri tidak dengan mudah meraih nya.
Koridor sore itu cukup ramai karena ini adalah jam pulang sekolah, Hanum sedikit tenang karena tidak mungkin Ruri akan menyakitinya di depan semua orang.
"Linda," ucap cowok itu dengan nada dingin, "lo kenal?" sambungnya.
Hanum sedikit mengerutkan kening nya, "gak, lagian kalau gue kenal apa urusan lo?" tanya Hanum balik.
Ruri memperhatikan dengan seksama ekspresi wajah Hanum, mata cewek itu sempat menatap ke arah kanan, hanya beberapa detik sebelum menjawab pertanyaan Ruri dengan nada nya yang semakin ketus.
Ruri mengangguk kecil, "ok." ia mengangguk kecil lalu melangkah pergi.
Hanum menahan tangan Ruri ketika cowok itu lewat di sampingnya, tatapan matanya yang tajam dan tak bersahabat tadi berubah menjadi lembut. Ekspresi wajahnya pun tak sedingin tadi.
"lo beneran gak mau kita balikan?" tanya Hanum dengan nada lembut.
"aku sayang sama kamu, Num. Kita bisa coba sekali lagi, kita balikan, ya?"
"sudah aku bilang kalau aku suka sama Ezra! Kamu sendiri lihat, 'kan kemarin?"
Ingatan buruk itu kembali, Ruri menarik tangannya perlahan dari genggaman Hanum, cowok itu menghela nafas nya pelan.
"try harder," ucap Ruri, "siapa tau gue tertarik buat balikan sama lo," jawabnya lalu meninggalkan Hanum yang terdiam setelah mendengar ucapannya.
Keduanya tak tau, jika dari kejauhan Ezra yang tadinya ingin menghampiri Hanum ke kelas melihat interaksi mereka. Cowok itu mendengar semua percakapan mereka.
***
Lokasi yang dikirimkan oleh Matheo berada di bawah jembatan, dari dalam mobil Hanum melihat mobil Matheo yang sudah terparkir di pinggir sungai besar, cewek itu melihat Matheo yang tengah menunggunya sambil menghisap sebatang rokok.
"bapak tunggu di sini," ucap Hanum kepada supir nya dan segera keluar dari dalam mobil.
Cewek itu sedikit mengerat kan cardingan putih yang dikenakannya saat angin menerpa tubuhnya, Matheo segera mematikan rokok nya begitu melihat siluet Hanum dari sudut matanya.
"lo mau ngomong apa?" tanya Hanum to the point.
"lo mending jujur, itu ulah lo, 'kan?" tanya Matheo lagi.
Hanum memutar bola matanya, "sudah gue bilang berapa kali kalau gue gak mungkin ngelakuin itu sama teman gue sendiri?!" tegas Hanum untuk kesekian kalinya.
Matheo tersenyum culas, "mungkin!" cowok itu mempertegas ucapannya.
Jari telunjuk nya terangkat mengarah pada Hanum, "lo selingkuh dari Ruri aja berani! Apa lagi nusuk teman lo sendiri!"
Hanum memijat pelipis nya, "jangan bawa-bawa hubungan gue sama Ruri!" cewek itu menatapnya tajam.
Matheo berdecak kesal, "ok! gue ada rencana."
Hanum menatap cowok di depannya itu penuh tanya, "rencana apa?" tanyanya sedikit ragu.
"gue bakal nyelamatin Rumi! Di komite disiplin nanti, gue bakal bersihin nama Rumi dengan begitu Rumi pasti bakal merasa berhutang budi sama gue, ini bisa bantu gue buat semakin dekat sama Rumi!" Kedua mata Matheo berbinar-binar saat menceritakan rencana cowok tersebut.
"That way her relationship with Ruri will slowly separate, Rumi will not depend on Ruri anymore?"
Hanum menangkap maksud dari ucapan Matheo, perlahan kedua sudut bibir cewek itu terangkat. Ini ide yang bagus untuk memisahkan Ruri dan Rumi. Matheo menjentik kan jarinya dihadapan Hanum, cowok itu tersenyum lebar.
"correct! karena itu, mending lo jujur ke gue, This is a win-win solution!"
Cewek itu kembali terdiam, Hanum menoleh ke arah lain menghela nafas nya kecil sebelum akhirnya kembali menatap Matheo dan mengangguk kecil, ia melipat kedua tangannya di atas dada.
"yes, it was me," ungkapnya jujur.
Matheo tersenyum sinis, jika saja Hanum berani mengaku tadi pagi mungkin Matheo akan sangat marah tapi kini ia malah bersyukur karena itu adalah ulah nya setidaknya dengan begini ia bisa cari muka kepada Rumi.
"'kan apa gue bilang, lo aja berani mengkhianati Ruri apalagi sama teman lo sendiri," ucap Matheo pedas.
Hanum tersenyum miring, "terserah lo mau bilang apa," ucap cewek itu cuek.
"bakal gue kasih ke lo barang bukti yang bisa bebasin Rumi dari tuduhannya, tunggu aja." Hanum segera kembali ke dalam mobilnya, ia tak perlu berlama-lama mendengar ocehan tak jelas dari Matheo.
Matheo menatap mobil Hanum yang kini melaju meninggalkan tempat pertemuan mereka, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebatang rokok, Matheo bersandar di kap mobilnya sambil menghisap rokok yang baru saja dihidupkan nya, matanya menatap aliran sungai yang cukup tenang sore ini.
"kali ini gue bakal menang, Ru," gumam cowok itu dengan senyum sombong nya.
TBC.
selamat pagi~~~
selamat beraktivitas~🤍🤍🤍
I hope kalian gk bosan sama cerita ini, karena perjalanan cerita ini masih panjang, hehehe~~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name, Ruri
Novela Juvenil"Kepada Ruri Dhananjaya! Gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" akibat memilih dare, Rumi terpaksa menerima tantangan untuk menembak Ruri cowok yang terkenal dengan title 'playboy' dari teman-temannya, tidak sampai disitu saja, ia bahkan diminta...