Maaf lama baru muncul lagii
Yuk jangan lupa untuk vote dan komen yaa 💕
Happy Reading Guys ❤️
***
Dalam posisi yang begitu nyaman, dibalik selimut tebal yang hangat dengan mata yang masih terpejam erat, Adel merasakan sentuhan pada pipinya yang semakin lama menjadi cubitan kencang hingga ia membuka mata dengan terpaksa karena merasa sakit.
Ia mendapati Sakti dengan berdecak pinggang menatapnya. Dari penampilannya, suaminya itu tampak akan berolahraga pagi atau memang sudah pulang.
"Bagus ya, udah siang masih aja molor. Ajaran siapa?" ucap Sakti sambil berdecak. Ia menyibak selimut yang masih melekat pada diri Adel.
Belakangan ini sikap mereka seperti tertukar, biasanya Sakti hobi bangun siang, tapi sekarang malah Adel. Entah kenapa akhir-akhir ini Adel merasa malas untuk bangun pagi, bahkan ia sudah jarang membantu Mbak As untuk membuatkan sarapan.
"Tapi aku masih ngantuk," sahut Adel seperti rengekan.
Ia siap untuk tertidur lagi, membiarkan rambutnya yang kusut itu menutupi wajah bantalnya. Sayangnya Sakti bergerak lebih cekatan, ia langsung menarik kedua bahu Adel untuk duduk.
"Lo kok jadi mager gini sih? Bawaan bayi?" Itu bukan murni pertanyaan, tapi sebuah sindiran.
"Aku beneran masih ngantuk Sakti, please ya biarin aku tidur sepuluh menit lagi?" Adel memasang wajah memelas berharap Sakti iba dan membiarkannya untuk kembali tidur. Sayangnya tidak semudah itu.
"Lo nggak cocok pasang muka kayak gitu, ditambah rambut lo kayak singa!" Sakti berdecak pinggang. "Sekarang lo cuci muka, sikat gigi dan ganti baju sana baju yang ada dalam kamar mandi. Nggak usah mandi, nanti juga bakal keringatan lagi," ucap Sakti lagi sambil menggerakkan tangan asal, seakan menyuruh Adel untuk bergegas.
"Tunggu, emangnya kita mau--"
"Dalam waktu lima menit lo nggak selesai, lihat aja apa yang bakal gue lakukan nanti."
Tidak ingin mendengarkan ocehan Adel lagi, ia pun langsung bergegas pergi dari kamar, meninggalkan Adel yang kebingungan atas perintah sang suami.
Sepuluh menit berlalu. Adel pun berjalan membuntuti Sakti kayaknya seekor anak kucing yang mengikuti ke mana sang induk pergi.
Adel menguap. Hawa mengantuk dalam dirinya masih ada karena mungkin belum tersiram air dingin seperti biasanya.
Sakti menoleh, lantas berbicara. "Bukannya gue udah sering bilang ke lo buat jangan tidur terlalu malam karena nunggu gue pulang?"
Sampai detik ini Sakti belum mengatakan yang sebenarnya alasan mengapa ia sering kali pulang larut malam. Ia sering kali mendapati Adel yang belum tidur ketika ia pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam.
"Aku nggak bisa tidur kalau belum lihat kamu pulang. Rasanya gelisah terus, makanya aku selalu minta kamu buat jangan pulang malam terus. Mungkin ini karena anak-anak kita juga yang mau lihat ayahnya sebelum tidur," ujar Adel sembari mengusap perutnya dari balik jaket sport pada tubuhnya yang Sakti siapkan tadi
Mendengar sebutan Ayah dari Adel itu sontak membuat bulu kuduk Sakti meremang. Ia sungguh merinding, sampai harus mengusap kedua lengan terbukanya untuk menghilangkan sensasi kontraksi pada ototnya.
Sakti pun tidak mengatakan apa-apa, ia memilih untuk mempercepat langkahnya.
Pagi ini menyerempet siang Sakti membawanya pergi untuk jogging. Katanya Adel perlu banyak gerak setiap pagi agar lebih bugar dan tetap sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Result Of Mistake
General FictionSama-sama berusia muda, sama-sama masih ingin merasakan kebebasan namun karena satu kecerobohan yang diperbuat semua berubah dalam sekejap. Menjalin sebuah ikatan dengan cara terpaksa merupakan mimpi buruk bagi keduanya. Bersama tanpa cinta seperti...