"Jawaban yang kau minta, akan terjawab di saat kau ingat sesuatu, dan bila saat itu datang, kau boleh mendatangiku, aku akan menjawab apapun pertanyaan yang kau ingin ketahui. Tapi untuk sekarang, kau hanya bisa mencari tahu sendiri" Ucap kakek Matheo menjeda kalimatnya.
'Aku hanya ingin cinta itu tumbuh sebelum kenyataan itu di ketahui, karena cinta yang datang sebab balas budi, tidak akan sedalam kau mencintainya sebelum ia menjadi siapa-siapa' gumam kakek Matheo dalam hati, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya. Meninggalkan Leo yang masih berdiri mematung dengan ekspresi tidak percaya di sana.
Pria itu semakin membenci gadis itu, ia tidak rela seluruh harta keluarga Dirgatama, kerja keras dari sang kakek di seumur hidupnya jatuh ketangan Wanita rakus seperti ia dan ibunya Elisa. Begitulah Belfa di matanya.
***
Hari-hari pun berlalu, dengan diam-diam pria itu selalu membuntuti Belfa kemanapun gadis itu pergi, ingin melihat trik apa yang ia gunakan hingga membuat sang kakek melindunginya sedemikian rupa.
Namun hari, minggu dan bulan telah terlewati, tapi ia tidak menemukan apapun, selain kegiatan gadis itu yang telah ia hafal di luar kepala.
Memetik bunga di pagi Hari setelah melakukan kegiatan di mushola dan menaruhnya di beberapa ruangan di Villa, lalu pergi bekerja dan mengurus toko rotinya hingga sore hari, kemudian kembali ke Villa guna membantu para pelayan lainnya bekerja, membersihkan Villa, ia juga membantu memasak. Kemudian gadis itu seperti biasa akan kembali ke kamarnya dan tidak terlihat lagi hingga di keesokan subuhnya.
Tiada yang aneh.. selain ia menyadari jika Belfa adalah Gadis rajin dengan kegiatan itu itu saja.
***
Sekarang entah bulan, minggu, atau Hari keberapa telah terlewati begitu saja, tapi ia masih tidak menemukan sesuatu yang baru dari tugas mata-matanya, hingga Leo pun di buat frustasi karenanya.
Ia mendatangi club di bawah naungan Dirgatama, King Night Club untuk sekedar minum-minum dan berkumpul dengan teman-temannya.
"Hei bro, wajah lo kenapa kusut gitu?" Ucap Lucky sahabatnya yang juga menjabat sebagai direktur di club tersebut.
"Biasa.. jika bukan masalah perjodohan apalagi." Kekeh Jery
"Oh.. jadi kakek lo masih belain gadis pembantu itu?"
"Hmm" angguknya malas
"Putus asa gue, kakek ancem kalau tidak menikahi dia, seluruh harta Dirgatama hanya akan di serahkan ke Gadis sialan itu, sebenarnya cucu dia itu gue atau gadis sialan itu sih? Gue enggak rela!" Eluhnya protes
"Kalau itu masalahnya, ya tinggal nikahi aja, kan gak rugi juga, anggap aja buat selingan.. ngapain lu pusingin bro.." Sahut Lucky terkekeh
"Ah, bener juga kata lo, udah bosan gue tinggal cari yang lain"
"Gitu baru Leo yang gua kenal.. buat apa lo pusing-pusing mikirin hal yang seharusnya bisa lo nikmatin hahahaha" gelak Jeri sudah tak terkontrol
"Tapi.. gimana kalau dia jelek?"
"Muka belakangan deh.. yang penting itu badannya! Yang penting pinggulnya ramping dadanya kenyal, bagian bawahnya—" Bugh! Satu kepalan tinju mendarat di perut Lucky.
"Piktor (pikiran kotor) banget sih lu!"
"Gila lu, ini sakit tau!"
"Tau sakit, tapi ngomong enggak pake mikir dulu! Otak lo di tarok di mana si?"
"Ini juga demi lo kan bro.. yah saran gue, kalau lo gak suka liat wajahnya ya pake gaya Doggie style aja, ato...__" Bugh! Satu kepalan lagi mendarat, hingga membuat Lucky terbatuk batuk.
"Udah lama enggak latihan, tampaknya otak lo isinya jorok semua! Gua gak keberatan kita latihan sekarang juga!" Tatap Leo sinis
"Eh.. jangan boss.. nanti clubnya berantakan, saya di pecat, saya ada orang tua, anak dan istri yang harus di nafkahin"
"Iye si Melly Udah bunting lagi kan" timpal Jeri
"Gila lo, lo apain tu Anak kucing? Baru kemaren lahiran, sekarang Udah bunting lagi?"
"Gimana ya? Dia terlalu pro si... wkwkwk" gelak mereka bertiga.
"Bicara sama kalian itu enggak pernah ada manfaatnya males gue ketemu kalian enggk pernah anggap masalah ini serius" eluh Leo
"Kita begini kan karena mau ngehibur lo. Tapi kalau di pikir-pikir, keinginan kakek lo memang agak aneh, lo enggak tanya kenapa gitu? Kok maksa banget?"
"Udah.. gua udah tanya, malah dari awal gua ketemu kakek, gua langsung bahas hal itu, tapi kakek malah jawab suruh gua lihat wajah dia dulu, kalau udah liat dan gua ingat sesuatu, baru gua disuruh ketemu dia lagi dan dia baru akan menjawab semua pertanyaan yang gua tanya bertahun-tahun ini."
"Yang bikin gua lebih bingung lagi, kakek sempat bilang, bila gua ingat sesuatu gua akan langsung mendapatkan jawabannya sendiri tanpa bertanya padanya! Maksudnya apa coba? Si Belfa ini siapa? Mengapa dia begitu penting bagi kakek??? Dan apa yang musti gua ingat coba? Kalau aja gua bisa ingat sebelum perniahan kami, kan lebih bagus, gua gak perlu nikahin dia"
"Tapi masalahnya sekarang gua enggak ingat apapun!"
"Pasti ada suatu yang di tutupi oleh kakek lo yo, mungkin aja dia berhutang budi?" Sahut Lucky
"Bisa jadi gitu, biasanya di sinetron kan begitu ya?" Tambah Jeri
Tapi Leo tidak percaya hanya karena masalah sepele itu, bila memang begitu kenyataannya, lalu mengapa kakek tidak langsung cerita padanya saja? Mengapa harus di tutupi? Pasti ada alasan besar lainnya di balik permintaan anehnya itu.
Namun semua hal membingungkan itu hanya ada di kepalanya, ia tidak ingin kawan kawannya tau tentang hal ini, mungkin saja memang ada sebuah rahasia besar yang tengah kakek sembunyikan.
Bila kakek sendiri tidak ingin orang lain tau, maka ia juga tidak akan memberitahu siapapun.
***
Beberapa hari kemudian, Leo dan Belfa sama-sama di panggil untuk menemui kakek Matheo di Ruang bacanya.
Leo datang terlebih dulu, lalu di susul oleh Belfa kemudian.
Keduanya duduk bersebelahan menghadap kakek Matheo yang Tengah duduk di kursi kebesarannya.
"Sesuai perbincangan kita kemarin, kakek Sudah mendapatkan jawaban mu mengenai perjodohan ini, tapi Leo masih belum mendengar pengakuan tersebut, jadi kakek persilahkan padamu untuk mengatakan langsung padanya bahwa kau juga setuju dari lubuh hatimu, dan bukan karena aku yang memaksa" ucap kakek Matheo pada Belfa.
Gadis itu masih menundukkan kepalanya, ia masih tidak berani menatap tajamnya mata Leo yang seakan mampu mencabik-cabik dirinya.
"Anu.." Gelagatnya ketika hendak mengatakan hal yang di perintahkan oleh kakek Matheo
"Tenang.. tidak Usah gugup begitu.. Leo juga sudah mengatakan bersedia menikahimu barusan, karena itu aku memanggilmu kemari" terang kakek Matheo yang seketika membuat Belfa terkejut bukan main
'Apa yang kakek sembunyikan? Ada apa dengan wajahnya? Mengapa kakek yakin aku akan mengingat sesuatu bila melihat wajahnya? Tidak bisakah aku lihat sekarang?' Gumam pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan Hatimu
Любовные романыWarning!! ini Novel ROMANCE, BUKAN RELIGI. *** Maleo Dirgatama, adalah satu-satunya penerus di keluarga terpandang Dirgatama. Sifatnya yang pendiam, dingin, dengan sorot mata yang tajam, membuat siapapun takluk di bawah kakinya. Tiada yang ia takut...