Lonceng telah berbunyi dua belas kali. Benjamin yang mengatakan bahwa dia tidak masalah memiliki tubuh terlebih dahulu jika dia tidak bisa memiliki hati seseorang sama sekali tidak menyentuh Irene yang masih dalam bentuk Shanks bearce. Bukannya tidak ingin tapi lebih seperti tidak bisa.
"Permisi, apa kamu tidak ada hal lain untuk dilakukan?"
Irene berkata begitu dengan nada yang kesal karena pria yang duduk di hadapannya ini. Seharusnya dia pergi keluar untuk melakukan sesuatu atau memeriksa sekitar, tetapi yang dia lakukan hanya sibuk mengamati Irene.
"Apa kamu bisa melihat masa depan?"
Dibanding menjawab pertanyaannya, Benjamin memilih untuk menusuk Irene dengan fakta yang diucapkannya. Tapi Irene sebisa mungkin tidak menunjukkan reaksi apa pun karena Irene yakin dia juga tidak akan terkejut bila tiba-tiba Benjamin bertanya apa dia berasal dari dunia lain.
"Aku curiga karena Lady melakukan sesuatu yang cukup mustahil, kecuali Lady dapat melihat apa yang terjadi di masa depan."
Kalau dilihat dari sudut pandang Benjamin memang seperti itu. Yang paling membuatnya yakin adalah bisnis budaya yang dikerjakan oleh Martini dan Erica. Benjamin mengangkat sudut bibirnya dan semakin yakin karena Irene tidak menjawab pertanyaanya.
"Tetaplah berada di sisiku selamanya."
Bisa mendengarkan kalimat itu ditujukan kepadanya selama dia masih hidup bukanlah sebuah ilusi. Masa depan bersama Benjamin selamanya. Selamanya. Irene secara tidak sengaja membayangkan hal itu dan ekspresinya menjadi kacau tanpa dia sadari. Lebih baik dia membunuh Irene sekarang, dan Irene lebih memilih membesarkan Iblis dibanding tinggal bersama Benjamin. Tampaknya iblis bahkan lebih baik dari Benjamin. Irene kembali menelan umpatan yang hampir saja Ia ucapkan.
'Aku masih belum mendengar bagaimana caranya dia memanggil iblis.'
Mungkin ia dibantu dengan para penyihir dan pendeta, yang pasti itu adalah saat ketika Cedric sangat diperlukan setelah dia ditangkap dan menghilang tanpa kabar. Dan Benjamin tetap diam untuk memupuk kecemasan sehingga lawannya menjadi lebih lemah. Ditambah dia telah menyaksikan bagaimana ekspresinya beruba-ubah sepanjang waktu. Tampaknya Benjamin menikmati waktunya menunggu saat mangsanya menyerah dan mematuhinya.
Sejak awal Benjamin sudah tahu. Kalau dirinya menangkap Irene, maka Chamberlain, para bangsawan kecuali yang berada di faksi Benjamin, Cerentium, semuanya akan jatuh ke tangan Benjamin. Yang mana berarti jika Irene tidak mematuhinya, maka semua orang akan berada dalam bahaya.
'Apa dia tidak pergi dan tetap ada di sini karena memikirkan ini?'
Irene mengangkat urat yang ada di dahinya dengan ekspresi kesal. Benjamin menatapnya seolah-olah memintanya melontarkan sebuah candaan. Rasanya Irene ingin sekali bangun dan membuatnya menjadi hancur lebur seperti bubur.
"...."
Irene menutup matanya dan menghela nafas, mencoba mengendalikan amarahnya. Bukankah sebelumnya? Haruskah Ia berpura-pura baik pada Benjamin? Orang-orang pernah mengatakan bahwa hidup lebih baik bahkan jika harus berguling-guling di atas kotoran anjing, tapi kalau keadaannya seperti ini bukankah mati lebih baik?
Tidak ... Irene harus tenang. Pikirkan mengenai orang lain. Lawannya sekarang adalah seseorang yang akal sehatnya di luar nalar dan tidak ada yang tahu apa yang akan dia lakukan jika ada kesalahan di sini. Bahkan penulis novel "F.B.D" sendiri tidak tahu kemana jalan pikiran Benjamin sebenarnya. Perlahan Irene mulai mengontrol pikirannya kembali. Mari bersikap lembut. Lembut.
"Bisakah anda membunuh saya dengan lembut?"
"Lady Amber, apa kamu sama sekali tidak punya niat membujukku?"
"Benar juga, saya berpikir untuk mencobanya."
Irene menjawabnya secara refleks, menghela nafas, dan kembali menenggelamkan wajahnya di tangannya. Kemudian bergumam kembali mencela dirinya sendiri.
"Kurasa memberikanmu kesempatan untuk menebus dosa-dosa melalui kematian adalah kebaikan terbesar yang bisa saya berikan kepada anda."
Benjamin tertawa mendengar kalimat yang penuh ketulusan itu. Sejak awal Benjamin sadar bahwa Irene membencinya jadi kalimat itu tidak ebrarti apa pun baginya.
'Aku tidak peduli dibenci olehmu.'
Benjamin mempercayai itu dengan sepenuh hatinya. Jadi dia membantah pemikiran Irene yang menurutnya sangat kontradiktif dan penuh kebencian.
"Lady, selama kita hidup kita tidak akan berhenti berdosa. Ini adalah dunia dimana sejak lahir sebagai makhluk hidup cara untuk bertahan hidup hanyalah dengan menginjak orang lain, dan orang-orang yang tidak berdosa sekarang sudah terkubur di tanah."
Mereka adalah orang-orang yang terlalu mulia untuk bertahan hidup di atas tanah yang telah tercemar. Benjamin menambahkan bahwa mereka adalah orang yang sangat beruntung.
"Sudah pasti mereka pergi ke tempat yang lebih bagus seperti surga. Sebagai contohnya kekasih Lady yang sudah mati itu."
Irene kemudian terbayang kehidupannya di dunia ini yang sangatlah keras. Namun dengan segera dia menutup matanya rapat-rapat dan bernafas perlahan. Dia tidak boleh menjadi emosional karena itu akan menempatkan semua orang dalam bahaya. Melihat emosi Irene perlahan melunak, Benjamin mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu berkata untuk menebus dosaku dengan kematian? Ditebus atau tidak, fakta bahwa kita telah menyakiti seseorang tidak akan berubah. Orang yang sudah mati tidak bisa hidup kembali. Jadi pada akhirnya penebusan dosa hanyalah air mata buaya dan tidak lebih dari cara untuk membuat diri puas."
Benjamin kemudian bertanya satu hal.
"Mengapa kamu hidup melawan aturan yang ada?"
Kemudian Irene menjawab, "Karena manusia memang hidup melawan aturan yang ada."
Yang menjadi jawaban dari pernyataan Irene adalah sebuah cibiran.
"Manusia hanyalah binatang buas yang beruntung karena diberikan kecerdasan. Berhentilah menjadi munafik dan hiduplah dengan tenang."
"Setetes darah yang menetes pada pakaian putih selamanya akan meninggalkan bekas."
"Kalau begitu rendam saja pakaiannya di dalam darah itu. Tidak ada yang tahu kalau pakaian itu pernah memiliki noda darah di atasnya."
"Apa anda tahu kalau anda akan berumur panjang?"
"Kalau begitu kamu yang akan berumur pendek."
Tapi orang yang disukainya tidak boleh berumur pendek. Benjamin memasang ekspresi kasihan, lalu bergerak mendekat ke jeruji besi itu.
"Datanglah padaku dan aku akan merendam jiwamu dalam darah."
Mata emas yang bersinar dan mata yang kosong itu saling bertautan. Setelah bertukar tatapan beberapa saat dengan Benjamin, Irene diam-diam menundukkan kepalanya dan mengangkat bahunya dan mengangkat jari tengahnya ke arah Benjamin. Seluruh tubuhnya terkulai tanpa daya tetapi hanya satu jari yang berdiri tegak dan Ia bangga akan itu. Benjamin tidak tahu apa artinya tapi ketidakpuasan merayap dalam dirinya.
"Apa maksudnya itu?"
"Tidak senang."
"Sejak tadi kamu terus saja menjawab dengan singkat ya."
"Saya mencoba menggunakan bahasa yang semi-formal karena saya pikir itu cocok dengan saya. Apa ada masalah?"
"Semi-formal tidak seperti itu Lady."
"Maaf. Aku tidak tahu itu, brengsek."
*****
A/n:
Halo, untuk yang bingung, ini aku tl dari chapter 74 kalau di manhwanya. Di novel sekitar chapter 132 akhir. Kenapa gak dari awal? Kalian bisa baca manhwanya aja ya emang gak sedetail novel tapi adegannya menurutku cukup lengkap. Ini aku translate menggunakan bahasaku ya jadi sepertinya ada beberapa kalimat yang gak sesuai dengan literal translatenya tapi aku ubah supaya lebih bisa dimengerti. Thank You!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have Become The Hero's Rival
Historical FictionTranslate bahasa Indonesia dari novel/manhwa dengan judul yang sama, dimulai dari chapter 132 (novel) dan 74 (manhwa). Translate tidak 100% benar karena hasil pemikiran sendiri dibantu alat penerjemah.