XVII

613 49 6
                                    

"Apa kamu ada yang mau di beli sebelum kita kembali ke apart?"

"Gak ada kak, Dara lagi gak ingin apa-apa"

"Kamu yakin? Apa dia tidak menginginkan sesuatu?" Tanyaku memastikan

"Tidak kak, kita langsung pulang saja ya" jawab Dara dengan mantap

"Oke-oke kita pulang sekarang" setelahnya menancap gas mobilku agar cepat sampai ke apart untuk Dara lebih banyak istirahat

Setelah kurang lebih 30 menit perjalan akhirnya kita sampai di kawasan apart, saat sampai basement aku membukakan pintu untuk Dara dan mengandengnya untuk menuju lift dan ke unitku.

Aku membawanya untuk masuk kekamarnya dan membaringkan Dara menyelimutinya sebatas dada aku dan Dara saling tatap, ini aneh aku tidak seharusnya memperhatikannya seperti ini.

"Kamu istirahat ya, kalau butuh apa-apa kamu bisa panggil aku" ucapku dan aku segera beranjak dari kasur, tapi sebelum itu dia sudah menahan pergelangan tanganku dan aku menaikan sebelah alisku.

"Makasih ka" ucapnya, aku hanya tersenyum sedikit untuk membalas setelahnya aku keluar kamar Dara untuk menuju kamarku.

Ah leganya akhirnya bisa tidur di kamar ini dengan nyaman setelah beberapa hari selalu tidur di rumah sakit, aku meremas rambutku bukan ini yang aku harapkan, dan bukan ini yang aku inginkan, tapi kenapa perasaan ini yang muncul saat aku bersama Dara.

Aku tidak bodoh untuk mengerti arti detak jantungku saat bersama Dara, detak jantung yang berbeda saat aku berpacaran dengan Arga bahkan saat bersama Dara aku merasa kupu-kupu berada di perutku hanya dengan melihat mata dan senyumnya tapi kenapa harus Dara? Kenapa harus wanita? Bahkan orang yang sudah main dengan pacarku sendiri.

Saat aku melihat jam, ternyata sudah jam 7 malam, tidak berasa mungkin karna efek aku lelah dan rindu kasurku makanya aku bisa tidur selama ini.

Aku segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan keluar kamar, aku bahkan belum memesan makanan untuk makan malamku dan Dara, dia pasti sudah kelaparan.

Tapi saat aku keluar kamar, aku malah di suguhkan dengan pemandangan Dara berada didapur sedang membuat sesuatu.

"Dara kamu ngapain?" Pertanyaanku membuatnya kaget karna menjatuhkan spatula.

Aku segera menghampirinya dan berdiri di sampingnya, dan membantunya untuk mengambil spatula

"Kakak bisa gak kalau dateng itu pakai aba-aba, Dara kaget untung gak punya riwayat penyakit jantung" ucapnya sambil mengelus dada

"Sorry, didn't mean to, so what are you doing?"

"Cook for dinner"

"We can order, you should get plenty of rest"

"I've had too much rest kak"

"stubborn"

"Ketimbang ngoceh kakak bisa duduk di meja makan sampai Dara selesain masakan buat kita makan" lalu dia mendorongku untuk menjauh anehnya aku terima saja lagi di perlakukan begini.

Aku hanya melihatnya membelakangiku dengan aku menopang dagu, tanpa sadar aku malah tersenyum dia seperti seorang istri yang sedang memasak untuk suaminya, saat aku sadar atas ucapanku aku buru-buru menggelengkan kepalaku pikiran macam apa ini.

"Are you okay?, kenapa menggelengkan kepala dengan kencang seperti itu kak?" Pertanyaan Dara membuatku refleks terhenti.

"Ah gak, gak kenapa-napa" jawabku dengan muka dibuat sedatar mungkin

"Oke, yaudah sekarang makan yah, ini udah jadi aku buatin ayam mentega buat kita makan, semoga kakak suka" ucapnya dengan senyuman yang indah

"Hmm"

Saat aku akan mengambil nasi, sebuah piring sudah menggantung di depan wajahku.

"Segini cukup nasinya kak?" Ternyata Dara sudah memberiku sepiring nasi putih

"Cukup, terimakasih" ucapku dengan tulus, lagi dia hanya tersenyum, senyum yang cukup membuatku lupa akan segala hal, senyum yang membuat aku bahagia

"Kak, Kak Fanya, ayamnya segini atau kurang? Kakak kenapa dari tadi melamun?" Ujar Dara menggoyangkan tangannya di depan wajahku, sejak kapan aku melamun memikirkan Dara membuat aku aneh

"Sudah Dara jangan terlalu banyak" aku menjawab pertanyaannya tanpa melihatnya jujur aku malu sudah 2 kali dia memergoki aku aneh di depannya.

Kita makan malam dengen hening, hanya terdengar suara garpu dan sendok yang beradu dengan piring, setelah aku dan Dara selesai makan malam dan bersikeras untuk mencuci piring bekas kita makan, aku sudah menolaknya tapi Dara benar-bener gadis yang keras kepala.

Aku membiarkannya mencuci piring dan aku ke ruang tv untuk menontong film yang kusuka dari aplikasi.


Pranggg..

Aku segera berlari kearah dapur, dan melihat dara yang sedang membereskan pecahan piring yang jatuh di lantai.

"Sudah aku bilang kamu gak usah mencuci piring Dara" aku mengomelinya

"Maaf kak piringnya jadi pecah" sambil dia terus memunguti pecahannya, belum sempat aku berbicara Dara sudah berteriak karna jarinya kena pecahan beling.

"Bodoh, keras kepala" aku membawa jarinya untuk masuk ke mulutku untuk menghentikan darahnya yang mengalir, dan Dara hanya diam mematung melihat reaksiku yang mengemut jarinya sesaat waktu terasa terhenti aku hanya memandang wajah Dara yang memerah dan suara jantungku yang berdetak dengan kencang.

"Kak, itu kotor" ucap Dara memhentikan aksi tatap kita, bukannya menjawab aku hanya menelan nya dan mengeluarkan jari Dara dalam mulutku

"Kak Fanya, astaga darahnya itu ken.." ucapan Dara terpotong entah keberanian dari mana aku malah mengecup bibirnya yang akhir-akhir ini aku perhatikan, tidak ada penolakan disana mungkin karna Dara yang terkejut dengan kelakuanku setelah dia tidak coba mengindar aku menciumnya lagi sambil menggigit bibir bawahnya.

" ucapan Dara terpotong entah keberanian dari mana aku malah mengecup bibirnya yang akhir-akhir ini aku perhatikan, tidak ada penolakan disana mungkin karna Dara yang terkejut dengan kelakuanku setelah dia tidak coba mengindar aku menciumnya lagi ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never Imagined (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang