22. Ustadz! Lihat mereka ustadz! 🌙

1K 136 163
                                    

👑👑👑

"Oke deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke deh. Ini daftarnya dan ini uangnya." Yuni pun mempercayakan tanggung jawab ini pada Catur, karena gadis itu pandai menawar biasanya akan dapat lebih murah, jika Catur yang ke sana.

Setelah mencoba mengajak Kimi, ternyata gadis itu tengah asik dengan gawai di tangannya dan masih dalam mode war. Melihat Kimi yang konsen bermain, Catur pun menitipkan Kimi pada Yuni dan berjalan sendiri menuju toko retail andalannya.

Sebenernya kedatangan Catur ke Cafe yang lebih awal itu ada alasannya. Entah dia memang selalu berada di situasi absurd dengan suaminya atau memang mereka sedang diberikan cobaan puasa yang begitu berat.

👑Setengah jam yang lalu👑

Kimi tengah memakai kamar mandi. Sebelumnya gadis itu baru saja bangun dari tidurnya yang panjang setelah jalan-jalan subuh ke pasar bersama bibinya.

Catur sendiri sedang melakukan aktivitasnya selama bulan puasa. Apalagi kalau bukan membuat takjil yang berupa makanan manis.

Dwi yang baru tiba dari luar itu berjalan menuju kulkas. Bahkan dia langsung nyelonong tanpa salam yang selalu ia ajarkan pada Kimi.

Mungkin jika Kimi melihat kelakuan pamannya, gadis itu akan protes.

"Gila panas banget di luar!" Omel pria itu masih mencoba mendinginkan kepalanya di dalam kulkas.

"Iya, ini lagi panas banget. Gimana udah ketemu mandor buat ngerjain bangunan di atas?" Tanya Catur masih membubuhkan topping pada kue terakhir hari ini.

"Udah. Mulai lusa bakal dikerjain. Jadi nanti bantu-bantu bikinin kopi sama makan yah buat tukang." Kepala pria itu masih berada di antara pintu kulkas ketika berbicara dengan istrinya.

"Oke." Jawab Catur singkat, sebenernya Catur ingin menegur tingkah laku Dwi yang seperti bocah baru belajar puasa. Bisa-bisa Mille crepe di dalam sana akan rusak jika kulkas itu tidak segera di tutup.

"Mas, pindah ke kamar aja gih." Saran Catur menepuk bahu kiri Dwi.

"Ga. Ga usah bentar lagi ini." Pria itu masih kekeh bertahan di sana. Catur kembali mengerjakan kue nya yaitu memotong-motong kue bulat menjadi segitiga.

Selesai memotong dan memasukkan jualannya ke dalam cup segita, catur tidak bisa melanjutkan pekerjaannya karena Dwi masih di sana dan dia tidak bisa meletakkan kuenya ke dalam kulkas untuk didinginkan.

"Ke kamar aja ya, Mas! Masih dingin juga kok itu, Kimi tadi baru bangun juga. Biar aku nyalain lagi AC-nya." Akhirnya ia berinisiatif sendiri agar Dwi dapat beranjak dari sana.

"Eh. Ga usah." Tidak mendengarkan Dwi, Catur masih berjalan menuju kamarnya.

Dwi berusaha mengejar namun kaki panjang Catur lebih cepat bahkan sudah masuk ke dalam kamar.

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang