Dengan Martha

8 5 1
                                    

Fashakira masih berada dirumah sebelum pergi ke sekolah dia menyapa Martha yang lebih dulu duduk di ruang makan.

"Kalo gue sekolah, lo ngapain Mar?" tanya Fashakira lalu mengoleskan selai di lembar roti tawar.

"Ya ngacak-ngacak kamar lo, ngapain lagi emang?" ujar Martha tertawa, tidak serius dengan perkataan itu.

"Anterin gue ke sekolah Mar nanti gue beliin mi ayam," tukas Fashakira membujuk seseorang yang berada di sampingnya.

"Gamau kalo cuma mi ayam, kue red velvet  depan komplek enak tuh," kata Martha memberi kode meminta.

"Ih itu mah mahal, ga cukup buat gue yang bawa uang jajan dua puluh ribu perhari." ucap Fashakira mengiba.

Orang tua Fashakira hanya mendengarkan kedua anak itu berbicara dengan kehadiran Martha sekarang membuat suasana rumah yang sepi menjadi ramai. Biasanya hanya menanyakan kegiatan Fashakira lalu setelah itu berpisah lagi. Tentu saja gadis berambut sebahu itu merasa kesepian untuk ada Inggrid, Raina dan Angela yang menemani waktu sepi itu.

Martha selesai sarapan, dia beranjak untuk mencuci piring yang kotor. Tapi bi Tina melarang, "Udah Neng Martha biar Bibi aja," ucap wanita itu lalu mengambil alih piring dari tangan Martha.

Gigi rapih itu terlihat, dia hanya nyengir saja lalu berbalik keluar. Dia berjalan santai meninggalkan Fashakira yang kebingungan sambil menatapnya.

"Cepetan mau sekolah apa terus duduk aja disitu," seloroh Martha yang kembali dengan kunci motor di tangannya dan berjalan lebih dulu meninggalkan Fashakira.

Fashakira beranjak pergi menghampiri Martha. "Aku pergi dulu ma,pa!" pamit gadis itu.

Ting . Bunyi notifikasi dari ponsel Fashakira membuat gadis itu tersenyum sumringah.

"Terima kasih papa, sering-sering transfer aku uang yang banyak." tutur gadis itu mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya setelah itu dia menyusul langkah Martha.

Saat Martha menghidupkan motornya, Fasha berujar, "Kita bisa kue red velvet sepuluh, lihat nih!"Fashakira menunjukan saldo dari rekeningnya.

"Asyikk! Bener yaa!" ujar Martha memberikan helm ke Fashakira.

"Berang-berang bawa tongkat! Berangkaaat!" seloroh Fashakira kemudian.

Kedua gadis itu pergi meninggalkan rumah sambil bernyanyi di sepanjang jalan menuju sekolah membuat pengendara lain melihat ke arahnya.

Lampu merah selalu menjadi hal yang membuat resah hatinya dia takut telat di sekolah bisa-bisa bertemu bu Rini lagi seperti waktu itu.

Tapi dia kembali bercanda dengan Martha membahas apapun sesuatu yang dia lihat di jalan.

Sampai! Dia membuka helm dan memberikan pada Martha.

"Mana mi ayam? Makan selembar roti ga bikin gue kenyang Sha!" keluh Martha.

"Tuh," jari telunjuknya mengarah pada gerobak berwarna biru di seberang jalan.

Tangan Martha menengadah, "Mana uangnya?"

Fashakira mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari dompet untuk dia berikan ke temannya itu. Fashakira harus segera masuk ke kelas, ujian sebentar lagi akan dimulai.

Saat berjalan menujur ruang kelas dia berpapasan dengan Arvino kemudian lelaki itu memberikan cup choco mint  es krim kesukaan gadisnya itu.

Fashakira mengembangkan senyum manis, "Terima kasih!"

Arvino melangkahkan kakinya namun terhenti karena suara Fashakira. "Tunggu dulu!" ucapnya.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu menyerahkan pada Arvino. Lelaki itu pun merasa bingung, "Apa ini?" Menghasilkan sebuah tanya yang keluar dari mulut lelaki itu.

Dibukanya toples kecil yang sudah dihias sedemikian rupa dia mengambil salah satu isinya. Ternyata itu adalah permen rasa kopi yang ditempel bersamaan gulungan kertas.

Arvino membuka kertas itu yang ternyata kata-kata penyemangat dari tulisan tangan Fashakira. Sungguh, gadis itu sangat kreatif.

"Terima kasih banyak sayangku!" Arvino mengusak kasar rambut Fashakira dia begitu suka dengan ini padahal dia cuma memberi semangkok kecil es krim kesukaan gadisnya.

"Hmm! Masuk ke kelas!" teguran Bu Rini membuat keduanya terkejut dan berpisah saat itu juga.

Bu Rini yang tengah berkeliling untuk mengecek kondisi sekolah bertemu dengan mereka. Aura tegas selalu mendominasi dari guru berperawakan mungil itu. Bahkan, dengan tinggi Fashakira sangat berbeda.

Beda dengan dunia sekolah, beda juga dengan kondisi luar sekolah. Saat ini, gadis berkacamata itu tengah menikmati semangkok mi ayam dan segelas es teh manis. Ketika pertama kali merasakan mi ayam itu dia begitu menyukainya karena dekat kosan dia tidak ada rasa mi ayam seenak ini.

"Bang, nambah lagi semangkok! Tambah bakso tiga biji." perintahnya.

"Siap Neng." Tentu saja penjual bakso itu sangat senang sudah diberi rejeki di pagi seperti ini.

Ketika menunggu pesanannya matang dia berjalan ke sekeliling, dilihatnya anak-anak tengah bermain di taman edukasi. Dia terdiam sebentar, mengamati dengan riangnya mereka bermain. Pasti belum terasa masalah seperti yang dia hadapi. Dia ingin masa itu kembali. Hembusan napas terdengar gusar, dia segera kembali ke tempat saat suara mengalihkan lamunannya.

"Neng! Mi ayamnya udah jadi." ujar penjual mi ayam itu.

Dia meraih mangkok itu karena disini tidak tersedia meja hanya ada dua buah kursi. Berada di pinggir jalan membuat dia banyak melihat segala aktivitas. Martha segera menghabiskan makanan itu, tujuan dia setelah ini adalah memasuki taman edukasi itu.

Kembali ke Fashakira. Gadis itu sedang fokus menjawab pertanyaan dari setiap lembar soal yang sebentar lagi selesai dikerjakan. Sengaja mengulur waktu dari yang ditentukan, diam-diam dia mengaktifkan ponselnya.

"Martha, lo di mana?" 
10.30 AM

Tidak lama balasan Martha terpampang di ruang obrolan itu.

"Gue di taman seberang sekolah lo, lagi main sama anak-anak di sini."
                                                             10.31 AM

Tidak ada jawaban setelahnya karena bel berbunyi Fashakira harus segera mengumpulkan lembar jawaban itu.

"Berurutan sesuai absen!" titah seorang guru pengawas di ruangan Fashakira.

Setelah itu, dia beserta Inggrid, Raina, Angela berjalan menuju kantin. Syukurlah! Tidak ada penganggu itu lagi.

Ke empatnya duduk di spot favorit mereka. Kantin terasa begitu ramai kedatangan Arvino dan yang lainnya penyebab itu semua lalu mereka menghampiri gadis itu.

"Gimana ujiannya? Susah ga?" tanya Arvino yang tiba-tiba memijit kening Fashakira yang tengah duduk menengadahkan kepala ke langit-langit.

••••••••

TERIMA KASIH BUAT SEMUANYA YANG BACA CERITA INI DARI AWAL SAMPE NUNGGU ENDING NANTI.

JANGAN LUPA AJAK ORANG TERDEKAT KALIAN UNTUK BACA EVANESCENT.

VOTE, COMMENT SEBANYAAAK BANYAKNYA!!! FOLLOW JUGA AKUN INSTAGRAM GUE YANG ADA DI BIO! SEE U!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang