Kendaraan berlalu lalang adalah pandangan pertama yang Kiara temukan pagi ini. Dengan keadaan sedikit macet, juga matahari yang mulai menampakkan sinarnya. Kiara hanya menatap bangunan-bangunan tinggi di depannya dengan wajah berbinar.
Tidak ada wajah bosan sedikit pun yang ia tunjukkan. Hanya kebahagiaan juga rasa tak sabaran yang sedari tadi dia tunjukkan.
Senyumnya pun tidak berhenti tertarik ke atas ketika bangunan demi bangunan telah mereka lalui. Kiara terlihat tak sabar untuk segera tiba di tempat yang telah mereka rencanakan untuk di kunjungi.
Pagi tadi, Aiden mengajaknya keluar. Berjalan-jalan keliling kota dan mengunjungi tempat-tempat wisata di kota ini. Dan mereka berencana melakukan petualangan.
Kiara yang memang memiliki jiwa petualang pun akhirnya dengan semangat menyetujuinya. Dia tidak punya alasan untuk menolak. Dan tawaran itu terdengar lebih menggiurkan ketimbang keliling pusat perbelanjaan atau bahkan berbelanja. Meski dia harus melupakan kekesalannya kemarin. Tapi setidaknya itu setimpal dengan apa yang dia dapatkan hari ini.
"Apa ini masih jauh?" Kiara menoleh ke arah Aiden, yang duduk di sampingnya. Nampak fokus menyetir kendaraannya. Sama sekali tidak terganggu dengan tatapan mata Kiara yang terlihat tak sabaran.
"Sebentar lagi."
Kiara menghela nafas panjang, sedari tadi Aiden selalu mengatakan hal yang sama.
Sebentar lagi. Tapi sudah lebih dari lima belas menit mereka melakukan perjalanan, mereka bahkan tidak menemukan tanda-tanda akan segera tiba.
Dan Kiara sudah merasa tak sabaran. Jarang-jarang mereka akan pergi ke tempat-tempat seperti ini kan? Hanya berdua.
"Jika bosan kamu bisa istirahat lebih dulu. Aku akan membangunkan mu jika nanti kita sudah tiba." Tawaran Aiden terdengar menggiurkan.
Dia semalaman tidak tidur nyenyak karena ulah Aiden. Dan pagi-pagi dia sudah di bangunkan karena mereka harus segera pergi.
Dan sekarang Kiara seharusnya butuh istirahat, tapi karena merasa Aiden pasti butuh teman. Kiara tidak tega jika harus meninggalkannya tidur.
Aiden melirik Kiara yang sedari tadi terlihat sudah bosan. Tujuan mereka memang sedikit jauh dari pemukiman juga perkotaan, sengaja Aiden memilihnya. Karena Aiden tau jika Kiara sangat hobi traveling.
Hingga mereka sudah banyak melewati perkampungan, bahkan beberapa hutan pun mereka belum juga tiba di tempat tujuan.
Terlalu sibuk dengan pikirannya, juga lirikannya ke arah Kiara. Aiden sampai tidak sadar jika beberapa meter di depannya ada mobil yang berhenti.
Terparkir di depannya dengan seorang wanita yang melambai-lambai ke arah mobil mereka. Seperti memberi isyarat untuk berhenti.
Hampir saja Aiden menabraknya jika saja refleks Aiden tidak cepat. Juga pandangannya yang tidak berubah fokus.
"AIDEN." Pekik Kiara terkejut. Tanganya pun refleks memeluk tubuhnya. Kaget karena Aiden tiba-tiba berhenti mendadak. Sedang di depannya terlihat sebuah mobil dan wanita yang-berdiri dengan tubuh bergetar.
Hampir saja mereka membunuh orang jika saja Aiden tidak mengerem mendadak mobil mereka dan berhenti.
"Kiara kamu baik-baik saja?" Tanya Aiden sedikit panik, kedua tangannya pun menyentuh pundak Kiara. Memegangnya erat, memintanya menatap ke arahnya.
Memeriksa keadaan Kiara yang terlihat syok. Beruntung, Kiara hanya terkejut, tidak terjadi apapun padanya.
Dengan wajah kaku juga jantung yang tidak lagi terasa berdetak Kiara pun hanya mengangguk kaku. Bibirnya masih sulit hanya untuk sekedar bersuara.
Dia masih tidak percaya jika tadi mereka hampir mati. Juga membunuh orang. Bahkan dia sangat ketakutan luar biasa saat ini.
Setelah memastikan Kiara baik-baik saja Aiden pun buru-buru turun dari mobil. Keluar dengan rasa kesal yang membuncah. Siap meledak detik ini juga. Memaki siapapun yang berani menghalangi jalan mobilnya.
"Apa anda sudah gila?" Sentak Aiden begitu sudah berdiri di depan mobilnya. Berkacak pinggang pada seorang wanita yang kini tengah berjongkok dengan wajah menunduk. Tepat di depan mobil Aiden.
Mungkin dia pun merasa syok karena hampir tertabrak mobil Aiden.
Hanya butuh beberapa senti lagi mobil Aiden menyentuh tubuhnya.
Dengan wajah bergetar, juga jantung berdetak kencang. Wanita itu pun mengangkat wajahnya, menatap Aiden yang berdiri di depannya dengan nafas memburu karena emosi.
"Kathy?" Pekik Aiden tak percaya. Dunianya terasa begitu sempit. Hingga lagi-lagi dia harus bertemu dengan Kathy di tempat seperti ini.
Dengan wajah syok yang tidak bisa di tutupi, Aiden pun menatap Kathy dengan tubuh terasa kaku. Apalagi ketika kedua matanya menatap Aiden dengan wajah yang hampir menangis.
"Aiden?" Teguran Kiara di sampingnya pun menarik kesadaran Aiden.
Melihat respon Aiden yang hanya diam tanpa melakukan apapun, pun pada akhirnya membuat Kiara langsung beringsut maju. Memeriksa keadaan wanita yang kini terlihat ketakutan dan syok sama seperti dirinya dengan wajah menunduk. Berusaha menghindari tatapan matanya.
Kiara bahkan bisa melihat jika wanita itu terus menunduk dengan tubuh menggigil.
"Aiden, cepat bantu dia. Kita harus membawanya ke rumah sakit."
Aiden sama sekali tidak bergerak di tempatnya. Dia benar-benar di landa bingung, antara menolong Kathy atau menari Kiara menjauh. Karena jujur saja dia masih tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat.
Bagaimana mungkin wanita itu berada di tempat seperti ini?
Tapi wajah kaku Kiara dan tubuhnya yang terlihat kaget ketika Kathy mengangkat wajah pun menyadarkan Aiden satu hal. Kiara pasti akan marah jika sampai Aiden mendekati Kathy atau bahkan menolongnya. Maka satu-satunya cara untuk masalah mereka yang saat ini mereka hadapi adalah membawa pergi Kiara. Dan pura-pura tidak mengerti apa yang terjadi.
Setidaknya memanggil bantuan untuk Kathy.
"Aiden." Tegur Kiara. "Bantu aku, kita harus membawanya ke rumah sakit?" Lanjut Kiara terdengar panik.
Aiden masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.
Kiara memapah Kathy di sampingnya. Berniat berjalan membawanya ke dalam mobil. Tapi karena tubuhnya yang lebih kecil dari Kathy, maka Kiara sedikit kesulitan untuk memapahnya. Berakhir dia pun nampak kesulitan.
Menatap ragu Kiara, pada akhirnya Aiden pun berjalan ke arah Kiara. Membantu Kiara memapah Kathy di sisi lain tubuhnya dan membawanya ke dalam mobil.
"Kiara?" Aiden menahan pundak Kiara ketika dia berniat masuk ke dalam mobil.
"Lebih baik kita memanggil ambulance. Kita tidak bisa membawanya ke kota. Ini sudah terlalu jauh. Kita harus segera melanjutkan perjalanan kita."
Aiden berharap jika Kiara akan mendengarkannya, dan menerima ide yang dia sodorkan.
"Tidak masalah. Bukankah dia teman mu?"
Aiden menyesal karena menutupi semuanya dari Kiara. Tapi dia juga bingung harus mengatakan apa.
Ayah dan ibunya bisa murka jika sampai tau dia berurusan dengan Kathy lagi. Atau Kiara pun akan melakukan hal yang serupa.
"Sebaiknya kita menunggu mobil bantuan. Aku akan menelpon Tomi agar dia bisa membawa orang untuk membantu kita."
"Aiden--"
"Kiara aku tidak ingin berdebat. Biarkan Tomi yang mengurus masalah ini. Kita tunggu saja dia, tidak akan lama. Mungkin hanya beberapa menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Proposal(SELESAI); Season 2
RomanceKiara tahu, sejak dia memilih tetap tinggal di samping Aiden. Maka akan ada banyak hal yang mungkin saja akan dia ketahui suatu saat nanti. Apalagi saat mengingat banyak rahasia dibalik sikap Aiden selama ini. Maka dia harus menyiapkan segalanya, te...