38. PERASAANKU

390 37 1
                                    

"Dixie lebih baik kau pergi daripada mengganggu kami berdua!" Usir Osric.

Tapi aku yang membuatnya memiliki waktu dengan Nixon. Aku melirik Nixon yang sibuk meneliti objek di depannya. Tempat ini hanya untuk orang-orang yang pintar saja. Sedangkan aku hanya kumpulan manusia tidak memiliki kepintaran. Sayang sekali, aku tidak bisa melihat wajah tampan Nixon. Kemana aku harus pergi? Chatha juga sangat sibuk pergi dengan Dexter. Tidak ada yang mau bersamaku!

"Senior, apa kau butuh bantuan?"

"Untuk saat ini tidak. Apa kau bosan?" Tanyanya.

"Dia tidak menyukai pekerjaan seperti ini. Lebih baik kau pergi temui Shasha atau pergi ke tempat yang kau senangi. Sejak tadi kau hanya melamun saja."

Itu karena tidak ada yang bisa aku lakukan. Mereka terus berbicara hal aneh. Aku menatap diriku yang tidak melakukan apapun. Sejak Shasha pergi, hidupku memang tenang tapi aku menjadi kesepian. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka. Bahkan Nixon lebih sibuk dengan Osric. Waktuku bersamanya tidak pernah ada.

Morgan!

"Aku pergi kalau kalian tidak mau aku membantu!"

"Pergi sana!" Usir Osric.

"Jika kau tidak memiliki tujuan, datanglah kemari!" Nixon tersenyum padaku.

Perasaanku mengatakan dia selalu tersenyum pada setiap kondisi. Aku jadi ragu, mungkin aku hanya mencintai sepihak saja. Hatiku sangat yakin akan hal itu. Aku sudah kalah sebelum berperang!

"Selamat siang semua!" Aku membuka pintu tempat latihan para ksatria.

"Dixie!" Mereka melambaikan tangan padaku.

Aku lebih dekat akhir-akhir ini dengan para calon ksatria di masa depan. Alasan utamanya karena aku sering menemui Morgan. Hanya dia yang bisa menemaniku disaat teman-temanku pergi. Aku sangat kesepian!

"Apa kau ingin melihat latihan kami lagi?" Tanya Dante.

"Kau melihat Senior Morgan?"

"Morgan? Kenapa kau mencarinya?"

"Hanya mencari saja."

Dante melihat ke segala penjuru tempat latihan. Lais juga tidak terlihat disini. Kemana perginya mereka berdua?

"Dia sedang berpatroli."

Kenapa tidak ada orang yang bisa menemaniku bermain? Aku menatap Dante sedih, aku akan kembali saja. Tidak, mungkin Flora membutuhkan bantuan dariku.

"Terima kasih, aku pergi dulu!"

"Iya."

Mungkin saja Flora menginginkan sesuatu dan aku bisa mencarinya di hutan. Dengan begitu aku memiliki aktivitas yang bisa aku kerjakan.

"Stok bahan masih sangat banyak."

"Tidak ada yang kau butuhkan?"

"Maaf, Dixie. Tidak ada." Flora menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih!"

Aku berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Aku bosan! Sangat bosan! Tidak ada hal yang bisa dikerjakan tanpa mengandalkan kepintaran. Apa aku pergi saja menemui Chatha dan Dexter? Mungkin mereka sedang berburu sesuatu. Tapi, meski aku menjelajahi hutan ini. Aku tidak menemukan keberadaan dua orang itu. Apa mungkin mereka tersesat di hutan?

Hari-hariku manjadi tidak menyenangkan, semua orang sibuk dengan hidup mereka. Sedangkan aku hanya kesana-kemari tidak tahu apa yang ingin aku lakukan. Sejujurnya aku juga ingin menyibukkan diri dengan sebuah kegiatan. Tapi apa? Aku duduk melihat matahari kian tenggelam. Hari yang membosankan!

"Ada apa dengan wajahmu?" Morgan berdiri menghalangi cahaya matahari sore.

"Tidak ada."

"Benarkah?"

"Senior, teman-temanku sibuk dengan pekerjaan mereka. Tapi aku tidak memiliki pekerjaan apapun. Sejak Shasha pergi, aku merasa sangat bosan."

"Berlatihlah pedang denganku!" Morgan mengacungkan senjatanya di depan wajahku.

Apa ini tantangan? Aku mengambil pedangku dan menerjang tubuhnya dengan sangat cepat. Kami saling menyerang satu sama lain.

"Jaga rambutmu Dixie! Aku tidak akan segan-segan untuk memotongnya!" Morgan melesat dengan cepat.

"Rambutku baru saja panjang!" Aku tidak akan membiarkannya memotong rambutku yang telah sepanjang dulu. Aku sangat senang akan efektivitas ramuan rambut pada rambutku. Sekarang tidak ada orang yang akan bertanya padaku bahwa aku seorang wanita atau bukan.

"Kau bisa menumbuhkannya lagi!"

"Kalau begitu aku akan memotong rambut putihmu lebih dulu!" Aku melompat ke arah Morgan. Rambut putih itu, aku akan memotongnya.

"Aku suka keberanianmu!"

Morgan menangkis seranganku padanya dengan sangat mudah. Sulit untuk melawannya tanpa taktik yang jelas. Bagaimana jika seperti ini? Aku berlari dan menumpahkan kekuatan pada kaki kananku. Rasakan ini! Aku memukul kepalanya dengan kakiku. Morgan terkejut dan menarik kakiku yang akan mengenainya.

Brukkk...

Tunggu!

Apa yang terjadi pada kami? Aku menutup mulutku dan menjauh dari Morgan. Ciuman pertamaku!

"Dixie?" Morgan bangkit dan menyentuh bibirnya.

Apa yang barusan terjadi? Aku menutup wajahku dan berlari ke arah asrama. Sialan! Kami baru saja berciuman!

🏹🏹🏹

"Kau demam?" Tanya Chatha melihat wajahku.

"Ti-dak!" Jawabku cepat.

Aku tidak bisa melupakan kejadian sore ini. Wajah Morgan yang memerah dan ciuman kami. Aku menutup wajahku yang begitu panas. Bagaimana aku bisa melupakan kejadian itu? Jantungku berdebar-debar seperti ingin meledak. Aku sangat malu melihat wajah Morgan.

"Makanlah sayuran sebanyak mungkin, jika kau belum menemukan apa yang ingin kau lakukan. Lebih baik kau diam saja melihatku dan Senior Nixon." Osric memberiku sayuran dari tempatnya.

"Suhumu sangat panas!" Dexter menyentuh dahiku.

"Aku tidak sakit! Aku sangat sehat!" Aku menepis tangan Dexter.

Aku hanya malu! Dixie memalukan!

"Senior Morgan, kami disini!" Chatha melambaikan tangannya pada seseorang.

Aku melihatnya yang baru saja datang untuk berpatroli. Dia terkejut begitu juga denganku, aku tidak bisa melihat wajah Morgan. Aku tidak bisa!

"Aku selesai! Selamat malam semua!"

Mungkin lebih baik kami tidak bertemu sementara waktu.

🏹🏹🏹

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

MONSTER LOVER ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang