Hal Yang Wajar

819 97 9
                                    

Sakura merapikan ikatan rambut di depan cermin rias kamarnya. Gadis di dalam cermin kelihatan rapi dan siap menjalankan misi. Baju ninjanya berwarna merah gelap tanpa lengan dipadukan dengan celana hitam pendek, tertutup sempurna oleh jubah krim khas milik shinobi Konoha. Tak lupa hatae-ate terpasang indah di atas kepalanya.

Alat-alat ninja dan juga botol obat-obatan tersimpan rapi di dalam tas kecil yang terlilit di paha kanannya. Sementara persediaan makanan, selimut, dan beberapa barang pribadi di masukkan ke dalam ransel punggung kecil.

Sakura menghela napas panjang, sebelum melangkah keluar dari gedung apartemen.

Sudah siapkah ia kembali bersinggungan dengan segala sesuatu tentang lelaki itu? Meski persiapan sudah lengkap, namun hatinya ternyata membutuhkan lebih banyak waktu untuk benar-benar siap.

Sakura berjalan menuju gerbang desa.

"Sakura-chan!" Naruto menyapa. Dia tampak bersemangat sekali dengan misi ini.

Yah, tentu saja. Meski tujuan utama misi ini adalah mencari tahu maksud pertemuan kelompok Akatsuki dengan Orochimaru, tak menutup kemungkinan mereka bisa mendapatkan informasi mengenai keberadaan Sasuke.

Sakura membalas sapaan Naruto dengan malas. Mata emeraldnya bertemu dengan mata onyx milik Kakashi-sensei, pria itu berdiri santai di sebelah Naruto. Dengan berat hati, ia menganggukkan kepalanya pelan kepada pria itu, memberi salam. Bibirnya terasa kelu untuk melisankan sapaannya kepada pria yang entah sejak kapan terlihat menyebalkan dimatanya.

Setelah mendengarkan pengarahan singkat yang disampaikan oleh ketua tim, Kakashi-sensei, mereka berangkat.

Selama perjalanan, Naruto sesekali melakukan tingkah konyol, membicarakan hal-hal tidak penting yang secara acak timbul di kepalanya. Sakura hanya merespon seadanya. Tidak seperti dirinya yang biasa, gadis itu enggan menanggapi lelucon payah Naruto dengan omelan mautnya.

"Naruto, Sakura, kita istirahat dulu di bawah pohon besar di depan sana." Kakashi memberi perintah.

Keduanya mengangguk, mengambil lompatan turun dari dahan pohon.

"Kenapa kita sudah istirahat lagi, Kakashi-sensei?" Naruto protes, terdengar kekanak-kanakan sekali. "Hah, padahal kan baru berjalan beberapa jam saja. Payah!"

"Sabarlah Naruto, kita tidak perlu terburu-buru." Kakashi menyandarkan punggungnya di salah satu batang pohon yang kokoh. Mengabaikan omelan pemuda berambut pirang.

Sakura dapat melihat dari sudut matanya, Kakashi-sensei diam-diam memperhatikannya. Ia mengabaikan pandangan itu, memilih mengambil beberapa jarak dari keduanya. Enggan terlibat dengan keributan yang dibuat Naruto.

Ini pemberhentian ke-empat mereka. Entah apa yang direncanakan gurunya itu, mereka selalu istirahat setiap tiga jam perjalanan, padahal tenaga mereka masih bisa digunakan untuk dua jam perjalanan lagi.

Apa perjalanan ini tidak terlalu santai?

Sakura menenggak beberapa teguk air, membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. Sesaat, ia menoleh pada Naruto dan Kakashi yang duduk cukup jauh darinya. Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu yang serius. Namun sayang ia tidak bisa mendengar apapun dari pembicaraan itu.

Sial. Apa mereka bahkan tidak berniat untuk mengajaknya bicara?

Tangannya merogoh sesuatu dari dalam ransel, mengeluarkan sebuah benda putih tipis berbentuk persegi, dan menyelipkan benda itu kebalik jubahnya, lalu berdiri.

"Kau mau kemana, Sakura-chan?" Teriak Naruto.

Sakura menoleh ke belakang.

"Mencari toilet." Ia menaikkan sedikit suaranya, agar Naruto bisa mendengar jawabannya dengan jelas.

The Sun And MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang