"Juli suka sama gue... Juli gak suka sama gue..."
Bintang yang kurang lebih tiga menit mikirin Juli suka sama dia atau enggak, dia gak nemu jawabannya. Walaupun Juli gampang ditebak, tapi Bintang sendiri gak yakin dan takut dia cuma kegeeran selama ini.
Jujur Bintang sadar akan perubahan Juli ketika bersama dirinya. Juli jadi lebih sering diam, cewek itu juga sekarang menolak masuk kamarnya begitu juga sebaliknya. Juli terus mengunci pintu kamarnya ketika Bintang mampir ke rumah.
Bintang gak tau pasti harus bersikap gimana ke Juli. Bintang juga gak tau gimana perasaannya ke Juli. Tapi jujur, akibat overthinkingnya ini, Bintang jadi mikirin Juli terus.
Tingnong! Tingnong!
Suara bel rumah menggema, Bintang tinggalin semua kegiatannya menuju pintu. Di luar gerbang, ada Naya dengan pakaian rapi melambaikan tangan. Bintang menghampiri dengan kerutan di dahi.
"Kenapa Nay?"
"Nitip Kak Juli ya!" ujar Naya tanpa penjelasan, sebelum anak itu pergi Bintang lebih dulu bertanya.
"Mau kemana?"
"Oh.. ini mau ke rumah nenek. Paling pulang nanti malem,"
"Juli gak ikut?" tanya Bintang yang direspon dengan kerutan di dahi Naya.
"Kak Bintang gak tau? Kak Juli kan sakit..."
"Hah, sakit apa?" Bintang beneran gak tau.
"Ya ampun kalian berantem ya? Udah deh pokoknya titip Kak Juli di rumah oke??!" Naya keliatan buru-buru kembali dan masuk ke dalam mobil yang menunggunya di depan rumah. Kaca mobil terbuka menampakan ibu dari cewek itu, tersenyum ke arah Bintang.
Buru-buru Bintang melangkahkan kaki untuk menemui Juli. Dia tau mereka lagi gak ngobrol perihal kejadian canggung di perpustakaan waktu itu. Bukannya Bintang berlagak gak ada apa-apa, dia cuma gak mau atmosfer mereka jadi se-gak nyaman ini.
Masuk ke dalam rumah suasana sepi, tandanya Juli di kamar. Mengingat hubungan mereka yang gak seperti biasa, Bintang memutuskan untuk menunggu Juli dengan duduk di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya.
Bintang tau kalau Juli lapar, cewek itu pasti keluar. Jadi lebih baik dia diam disini daripada nyamperin cewek itu dan menimbulkan masalah. Tapi ditunggu hampir satu jam gak ada tanda-tanda kehadiran Juli, pun Bintang beberapa kali mendongak ke atas memastikan adanya pergerakan cewek itu.
Akhirnya tanpa mau berlama lagi, Bintang bangkit untuk menghampiri Juli di kamarnya. Bintang khawatir setengah mati, dia hapal gimana Juli kalau sakit. Apalagi sekarang Juli lagi sendirian di rumah, pasti dia gak akan peduli yang namanya makan.
Bintang telah berdiri di depan pintu kamar Juli, tangannya siap untuk membuka knop pintu. Tapi diurungkan niatnya dan malah mengetuk pintu itu. Dua hingga empat ketukan belum ada sautan dari dalam, hingga ketukan kelima pintu akhirnya dibuka. Menampakan sosok Juli yang sangat berantakan dibalut selimut.
"Lo ngapain disini?" tanya Juli heran, sedikit menyerngit. Belum dijawab, tiba-tiba tubuhnya oleng yang mana membuat Bintang spontan menompang tubuhnya.
"Kenapa gak bilang kalo sakit?" Bintang membawa Juli kembali masuk ke dalam sambil sedikit mengomel.
"Apa peduli lo..." ujar Juli pelan, sangat pelan bahkan Bintang perlu merenung sebentar untuk menangkap maksudnya.
Juli menolak tiduran, jadi dia duduk bersandar di kasurnya. Mengeratkan pelukannya pada selimut sambil sesekali bersin. Bintang berdecak melihat keadaan Juli sekarang, cewek itu dipastikan belum makan apalagi minum obat.